Sabtu, 14 Agustus 2010
Seperti yang sudah dijelaskan waktu registrasi dan pendataan di tingkat fakultas, kami (maba Fasa) harus berkumpul pada tanggal 14 Agustus untuk mengikuti acara pembekalan PFS (Pengenalan Fakultas Sastra) 2010. Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan berbagai informasi yang terkait acara PFS 2010 yang diadakan mulai tanggal 18-20 Agustus 2010. Kami harus berada di Unpad Jatinangor tepat pukul 7 pagi.
Aku berangkat dari rumah pagi-pagi di saat banyak orang tidur kembali setelah sahur dan shalat subuh, bahkan hal ini berlangsung selama satu minggu dan akibatnya aku selalu kurang tidur. Seperti biasa, aku menaiki mobil elf yang lewat arah Jatinangor. Sekarang aku menjadi tahu bukan hanya elf jurusan Bandung-Cirebon saja yang lewat saja, tapi juga elf jurusan Bandung-Cikijing dan masih banyak lagi.
Sesampainya di Unpad, aku dan yang lainnya disambut oleh senior yang sudah siap mengawasi dan berjaga di sepanjang jalan menuju lapangan parkir Fakultas Sastra. Kelihatannya mereka tatib karena memasang wajah yang muram dan galak. Meskipun sempat tegang melihat beberapa wajah senior, aku menanamkan pikiran bahwa sebenarnya mereka hanya dianugerahi bakat memasang wajah seperti itu dan punya selera humor yang baik layaknya remaja biasa. Intinya mereka galak karena tuntutan tugasnya sebagai tatib (baca: akting).
Setelah melewati barisan tatib yang bermata tajam dan angkuh, aku disambut oleh kakak PK (pembimbing kelompok) yang berteriak dan membawa papan nomor-nomor kelompok di lapangan parkir fakultas. Aku sendiri kebagian di kelompok 7. Berbeda dengan tatib, kakak PK ini begitu ramah dan menyenangkan. PK di kelompokku namanya Teh Adin dan Teh Ifa. Memang ada beberapa teman yang masuk sasta juga, seperti Fina, Arina, dan Lovi di Sastra Prancis dan satu lagi di Sastra Rusia. Tapi di antara mahasiswa baru yang kulihat sudah datang lebih dulu, tidak ada teman yang aku kenal, semuanya orang baru. Beberapa saat kemudian aku berkenalan dengan teman yang duduk di sebelahku, namanya Adit, anak Sastra Inggris asal Bandung dan dulunya sekolah di SMAN 5. Mukanya mirip dengan temanku, Todia yang sekarang kuliah di FK Unpad. Aku juga kenalan dengan temannya, Arie dan Tika yang berasal dari Karawang. Itulah teman baru yang pertama kali aku kenal di Fakultas Sastra (Fasa).
Setelah semuanya dianggap telah hadir, Kang Adit yang menjadi "komandan lapangan" datang dan memberi instruksi. Aku kira dia bakal galak dan tegas, tapi ternyata tidak galak dan tidak setegas yang kubayangkan (di dalam bayangaku dia sama seperti tatib). Kata temanku, wajahnya mirip seperti Irwansyah, haha :)) Ada Teh Icha dan Teh Syifa juga yang menjadi MC acara pagi itu. Meskipun Teh Icha itu perempuan, teriakannya hebat dan kencang. Setelah itu, aku dan yang lainnya diajari hymne Unpad, hymne Fakultas Sastra, mars almamater, dan yel-yel sastra. Kang Adit berteriak, "Posisi tangaaan!" dan disahut oleh kakak PK yang lainnya, "YUHUUU~" sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas. Lalu Kang Adit melanjutkan lagi, "Dalam hitungan ketiga, kita teriakkan yel-yel sastra!". Setelah hitungan ketiga, mereka meneriakkan yel-yel sambil menghentakkan kaki dan mengayunkan tangannya..
"We gonna GO, GO, Sastra GO! We gonna FIGHT, FIGHT, Sastra FIGHT! We gonna WIN, WIN, WIN, Sastra WIN! We gonna GO, FIGHT, WIN, SASTRAA!"Aku tertawa geli saat kakak PK itu berteriak "YUHUUU~" sambil memasang posisi tangan. Aku tertawa kenapa bunyi sahutannya mesti "YUHUUU~", haha. Setelah dicontohkan, giliran kami yang meneriakkan yel-yel tersebut. Pastinya, posisi tangan ini tidak boleh dilupakan, hehe.
Kemudian kami dibawa ke Blue Stage, sebuah panggung pertunjukan terbuka yang hanya dimiliki oleh Fasa. Di sana, di bawah terik matahari yang panas, kami diajari bernyanyi hymne Unpad, hymne Sastra, dan mars almamater oleh PSM (Paduan Suara Mahasiswa). Katanya, lagu-lagu itu akan dinyanyikan saat upacara penerimaan di Unpad Dipatiukur tanggal 16 Agustus. Para senior menyemangati kami agar Fakultas Sastra menjadi yang paling keras dan bangga menyanyikan hymne-hymne kebanggaan Unpad itu. Berkali-kali kami menyanyikan tiga lagu itu seperti sesi latihan vokal. Mungkin saja setelah pulang aku bisa meniti karier sebagai penyanyi. Karena saat itu cuaca sangat terik dan panas, beberapa teman tumbang dan pingsan.
Ada satu hal yang membuatku heran karena namaku dipanggil untuk menerima pita medik warna merah. Padahal waktu medical check-up aku hanya bilang sempat sakit demam berdarah dan ada maag. Mungkin panitia tidak ingin mengambil resiko, jadinya aku diberi pita merah. Mungkin saja ada perlakuan khusus untuk pemakai pita merah.
Acara hari itu berakhir pada pukul 11 siang. Tidak seperti fakultas lain yang memberi perintah dan tugas macam-macam, fakultasku hanya memberi tugas menyampul buku dengan kertas spotlight Asturo No.10 (warna biru sastra), dan memakai kemeja putih lengan panjang dan celana SMA untuk laki-laki saat acara tanggal 18 Agustus. Alas duduk (disebutnya permadani, tapi hanya kertas spotlight), name tag, dan pita sastra sudah diberi oleh panitia.
Pulangnya aku ikut dengan Adit yang rumahnya di sekitar Soekarno-Hatta. Ternyata dia punya saudara perempuan angkat bernama Rima dan kuliah satu jurusan denganku, Sastra Jepang, bahkan satu angkatan. Adit biasa memanggilnya dengan sebutan "Kakak" hanya karena Rima lebih tua beberapa bulan darinya. Aku ikut dengannya sampai Bundaran Cibiru dan berjalan kaki dari sana sampai Sukamiskin. Aku merasakan sensasi berjalan kaki di bawah terik matahari, mantap!
Minggu, 15 Agustus 2010
Hari minggu aku harus kembali ke Unpad Jatinangor untuk mengambil jas almamater. Ini semua berawal saat tidak berhasil mendapatkan jas almamater pada hari pertama pengambilan jas, 9 Agustus 2010. Antrean sangat panjang saat aku, Widi, Fajar, Anto, dan Amy bersama-sama mau ambil jas pada hari itu. Karena malas mengantre, kami main dulu ke Jatos sambil menunggu sampai siang. Ternyata, pada siang hari dapat kabar buruk bahwa jasnya sudah habis! Antrean masih panjang, tapi jas sudah habis? Belakangan aku tahu bahwa semua itu gara-gara kesalahan teknis konveksi. Akibatnya, pengambilan jas diundur menjadi tanggal 15 Agustus.
Tanggal 15 Agustus, aku, Fajar, dan Anto pergi ke Unpad sekitar pukul 9 pagi. Hanya butuh 30 menit bagi Fajar untuk sampai ke Jatinangor dengan mobilnya. Seperti yang sudah diduga, antrean sudah mengular panjang. Saat mengantre itu aku bertemu dengan banyak teman yang lainnya, seperti Jipeng, Medi, Chila, Reiza, Dhira, Diba, Anyun, Amy, Dape, Karina (saudara Anto), Widi, Heyne, dan masih banyak lagi. Sebenarnya ada banyak anak-anak seangkatan dari SMAN 20 yang kuliah di Unpad, tapi tersebar di berbagai fakultas. Butuh waktu satu jam hanya untuk mengantre saja. Sialnya lagi, pengambilan jas dilakukan berdasarkan jalur penerimaannya. Yang diterima lewat jalur SMUP antreannya panjang dan mengular, sedangkan jalur SNMPTN langsung melenggang saja ke GOR yang ada di sebelah Bale Santika. Aku hanya perlu menyerahkan KTM kepada petugas dan menunggu panggilan. Menunggu panggilan nama di Bale Santika juga butuh kesabaran karena di dalam ada banyak orang yang masih menunggu untuk dipanggil namanya. Akhirnya, aku berhasil juga mendapatkan jas almamater dengan ukuran M. Aku juga mengambil kaos angkatan 2010 di stand pengambilan kaos di samping Bale Santika. Aku merasa lebih tertarik desain kaos angkatan 2009 daripada 2010 karena kaos angkatan tahun lalu desain sablonnya adalah batik.
Setelah beres, aku, Fajar, Anto, Karina, Widi, Davin, Manda, dan Amy segera meluncur ke Jatos, tempat nongkrong nomor satu se-Jatinangor. Seperti kunjungan ke Jatos yang sebelum-sebelumnya, kami main billiard di lantai paling atas di Jatos. Kemudian kami pergi ke toko buku di pinggir jalan untuk membeli buku yang wajib dibawa pada tanggal 16 Agustus. Harganya sih murah, hanya Rp10.000,00, tapi bukunya sudah lama dan berusia puluhan tahun. Aku sendiri sudah membeli jauh-jauh hari. Selesai membeli buku, aku, Fajar, dan Anto mengantar Karina yang asalnya dari Majalengka ke rumah tantenya di Margahayu. Ternyata tantenya sedang pergi dan kunci rumahnya dititipkan kepada salah satu keponakan yang tinggal dekat dengannya. Nama keponakannya Pepty (begitulah yang terdengar di telingaku), anak Jurusan Kimia Unpad yang ternyata bertugas sebagai tatib di acara Prabu (Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad) 2010! Dia memberitahu bahwa tidak ada acara bentak-bentakan untuk acara tanggal 16 Agustus.
Pulangnya, sekitar pukul 15.30 sore, aku diantar oleh Fajar dan Anto dengan mobil Fajar. Untunglah, soalnya hari itu aku merasa kelelahan, bahkan sempat tertidur di mobil Fajar. Aku pun bersiap untuk menghadapi hari esok, hari penerimaan mahasiswa baru secara resmi di universitas.
0 komentar:
Posting Komentar