RSS
Tampilkan postingan dengan label story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label story. Tampilkan semua postingan

More than Thousand Words..

Setelah berkeliling di dalam Jonas Photo, Jl. Banda, aku mampir ke Tokyo Connection untuk sejenak menikmati me-time dan menulis apa yang sudah aku amati di dalam Jonas tadi. Tadi pagi, awalnya sih enggak ada maksud untuk datang ke Jonas ataupun Tokyo Connection, tapi si adek yang sedang menghadiri acara wisuda minta aku untuk mengantarkan buku novel karangannya sebagai kenang-kenangan untuk sekolahnya..ya sudah deh..sekalian mampir aja jadinya, hehe..

Kembali ke topik, di Jonas, aku memperhatikan foto-foto orang bersama keluarganya, temannya, koleganya, atau orang-orang terdekatnya yang dipajang dalam bingkai di dinding. Ada foto Wali Kota Dada Rosada bersama keluarganya, Wakil Gubernur Dede Yusuf bersama istrinya, foto bersama teman-teman satu sekolahnya, dan lain-lain. Aku tahu itu adalah contoh hasil cetakan Jonas untuk dipamerkan agar orang-orang bisa membayangkan ukuran fotonya bila ingin order, menilai kualitas cetakan, dan menambah atmosfer bagus tokonya. Dari ketiga hal itu, aku mendapatkan atmosfernya. Ada foto yang terlihat anggun, resmi, atau santai dengan ekspresi kebahagiaan dan keceriaan orang-orang di dalam foto itu. Tentu aku bukanlah bagian dari mereka yang ada di foto itu. Tapi aku bisa merasakan emosi-emosi mereka dan merasa ikut senang melihat foto-foto yang dipajang di sana. Terlepas dari kehidupan realita mereka, aku bisa menilai dari ekspresi-ekspresi di foto itu, "wah, ini keluarga yang bahagia ya. Kompak pada ngumpul semua", "kayaknya asik banget ini teman-temannya, kelihatan seneng semua, kompak". Sebuah foto itu memang bisa bermakna lebih dari ribuan kata, begitu kata orang. Penjelasan berupa kata-kata untuk sebuah foto, sesungguhnya sudah terwakili dan terkandung dalam foto itu sendiri. Biarkan setiap orang yang melihat, menilai dengan persepsinya sendiri. Itulah alasan mengapa sebuah foto bisa bermakna lebih dari ribuan kata.

Bicara soal foto lagi, aku punya beberapa cerita. Dosen tamu orang Jepang (Sensei) yang pernah mengajariku bilang dia terkesan dengan foto keluarganya orang Indonesia. Alasannya adalah di sini foto keluarganya ekspresif dan harganya murah. Hampir semua keluarga di Indonesia punya foto keluarga ukuran besar yang dipajang di rumahnya. Kata sensei, di Jepang tidak seperti itu. Hmm, mungkin ada perbedaan budaya juga kali ya? Kalau keluarga aku sendiri tidak pernah foto keluarga di studio foto begitu. Makanya di rumahku tidak ada foto keluarga yang dipajang seperti keluarga-keluarga lainnya. Alasannya sih mungkin keluargaku tidak begitu doyan di foto, haha. Kemarin aku bertanya pada ibuku, "Bu, nanti kalau aku wisuda kuliah, kita foto keluarga enggak (di studio foto)?". Ibuku ketawa saja, kemudian aku melanjutkan lagi, "Ah, asa gimana gitu Bu ih, asa repot. Mending di luar aja langsung". 

Satu hal lagi, menurutku, sebuah foto akan semakin dalam maknanya seiring berjalannya waktu. Semakin lama, semakin dalam maknanya. Memori atau kenangan dalam foto akan semakin menguat dan memberikan makna yang istimewa. Ada banyak cerita yang bisa muncul dari foto yang penuh kenangan itu. Aku sendiri bisa merasakan emosi yang lebih saat melihat foto-foto lama. Seolah membangkitkan ingatan yang lama, ingin memutar waktu ke masa itu.. 

Pagi yang Luar Biasa

Hari Jumat, 15 Juni 2012. Awalnya sih pagi itu tidak ada kejadian apa-apa. Matahari bersinar dengan cerahnya, sementara angin pagi berhembus dingin dan segar. Aku bangun seperti biasa, terus masih meringkuk di atas kasur, lalu mandi, sarapan, dan mengerjakan rangkuman Nihonbungaku Nyumon (Pengantar Kesusasteraan Jepang). Saat mengerjakan rangkuman itu, HP-ku berdering tanda ada SMS masuk..Oh ternyata dari Ayu, kenapa ya? Saat aku baca isinya, raut wajahku langsung jadi senang sumringah. Yeah! Isinya begini,
"Amaaaaad kamu keterima beasiswa ppa nya hehe, barusan aku dari liat di kampus." 
Alhamdulillah, nembus juga beasiswa PPA-nya :) *seneng..Oh iya, buat yang belum tahu, beasiswa PPA itu singkatan dari beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik. Mungkin tujuannya semacam reward kali ya, biar semakin berprestasi di bidang akademik, haha. Padahal waktu mengajukan berkas persyaratannya sekitar setahun lalu ke kantor SBP (Sub Bagian Pendidikan) Fasa, aku tidak begitu berharap bakal dapet dan sebenarnya agak ragu juga dengan beberapa hal (rahasia deh, hehe). Ingat dulu si berkas itu sempat dikembalikan lagi dengan alasan "ganti SPT dengan slip gaji bulanan aja". Waktu itu aku ngasih ke SBP itu SPT bapak aku yang isinya penghasilan tahunan beserta pajak-pajaknya. Tapi, bapakku berkeras tidak mau ganti dan bilang "udah masukin ajalah yang itu, orang itu juga surat penghasilan". OK deh, akhirnya diajukan juga dan akhirnya...gooool! hehe, jadi curhat deh...

Kembali ke topik, itu adalah kabar kejutan pertama yang bikin seneng. Lalu, tak lama kemudian, muncul lagi kabar kejutan yang lebih heboh dan menggemparkan daripada kejutan pertama :O Kali ini datangnya dari jejaring sosial burung berkicau, Twitter. Berawal dari retweet-an temanku, kemudian mataku tertuju pada sebuah akun bernama SMUnpad (Serikat Mahasiswa Unpad) beserta tweet-tweet-nya. Di akun yang terhitung masih sangat baru dan gresss itu (baru tanggal 14 Juni buatnya), si pemilik akun berkicau tentang adanya "mafia" dan korupsi di Unpad sambil menyebutkan proyek apa yang digerogoti para "mafia" beserta inisial-inisial yang terlibat di dalamnya! Waw, tiba-tiba muncul dan langsung membuat heboh. Sontak menjadi pembicaraan yang hangat di timeline. Di bawah ini aku kutip beberapa tweet mereka tentang kasus korupsi di Unpad. Kalau ada tweet yang bersambung, bacanya dari bawah ya :)

Awal Mula Kisah... 
Dugaan Korupsi..Pembangunan gedung rektorat baru dan gedung pascasarjana juga masuk..
Inisialnya LP dan EH (gatau siapa, tapi ada juga yang udah tau). Coba perhatikan bagian yang di-high light. Dalam berita media, jumlah uang yang dibobol 95 juta rupiah (Silakan buka link: Gedung Rektorat Unpad di Jatinangor dibobol ), bandingkan dengan jumlah 397 juta rupiah! Apakah ini murni tindakan pembobolan oleh maling atau perbuatan yang disengaja oknum tertentu?
Ada anggota dewan yang meng-back up?
Akankah kasus-kasus "mafia pendidikan" akan terungkap? Sepertinya akan jadi skenario besar..
Mereka menjamin bahwa apa yang dituduhkan itu berdasar karena berasal dari orang dalam institusi yang terlibat..
Menjawab keraguan, siap membeberkan data!
Siapakah admin dari akun twitter yang muncul tiba-tiba ini? Kita tunggu saja kelanjutan gerakan ini...
Kasusnya masih baru dan belum tersentuh..siap-siap menjadi berita panas (sepertinya)
Siap membeberkan fakta sesungguhnya di balik dana SMUP!
Baru dibuat Kamis 14 Juni 2012, jumlah pengikut sudah mencapai angka 1.142 (Jumat, 15 Juni 2012, sekitar 23.30 WIB) 
Itulah dua hal yang membuat kaget dan menjadi pagi yang luar biasa. Sebenarnya bobolnya rektorat pun suatu kabar yang mengejutkan juga..Jadi, yaa anggap saja ada tiga, haha. Kita lihat bagaimana kisah kelanjutan dari usaha menyingkap tabir "mafia pendidikan" di Universitas Padjadjaran...

Dreams

Mimpi, haha..ya, mimpi. Suatu fantasi dan angan manusia yang terbayangkan dalam kepala. Mimpi itu terkadang absurd dan aneh, apalagi mimpi yang terjadi pada saat kita tidur. Dia terkadang surealis, realistis, bisa lebih indah kenyataan atau sebaliknya. Aku pernah baca bahwa mimpi itu berasal dari pengalaman yang pernah kita alami atau bisa juga sesuatu yang kita peroleh melalui hasil penginderaan seperti melihat, mendengar, meraba, mencium, dan mengecap.

Sama seperti mimpiku tadi malam yang sampai sekarang terbayang dan membuatku tertawa geli. Tadi malam aku mimpi indah yang membuatku sangat tenang saat tidur (sepertinya untuk pertama kalinya). Aku bermimpi menjadi seorang laki-laki yang romantis dengan memberikan afeksi yang di dunia nyata tak pernah kulakukan kepada seorang perempuan yang ternyata adalah temanku sendiri!

Ceritanya sih di mimpi itu sudah malam. Aku dan temanku itu sedang berjalan menyusri jalan..(aku identifikasi mungkin Jl. Bandung-Sumedang dekat kampus Unpad Jatinangor). Aku menggenggam erat tangan temanku itu sambil cerita-cerita begitu. Entahlah aku tidak ingat..Tiba-tiba ada sekumpulan orang sedang mengejar seorang pengendara motor. Aku merasa ada gelagat buruk dan langsung saja teriak, "Jambreeet!". Eh, ternyata ada seseorang menyuruhku agar jangan berisik sambil sedikit mengancam begitu. Lalu, terjadilah keramaian. Aku juga tidak ingat dan masa bodoh dengan hal itu. Aku melanjutkan perjalanan bersama teman itu. Aku gandeng tangannya lalu berjalan kembali...

Entah bagaimana ceritanya, aku dan temanku tiba di suatu rumah, lebih tepatnya lagi di atas ranjang tidur sebuah kamar. Tapi, jangan mikir yang macam-macam dulu (--") Di sana sambil tiduran aku dan temanku saling curhat. Tiba-tiba saja temanku itu menangis setelah curhat..Lalu apa yang aku lakukan? Masih bisa kubayangkan saat itu langsung menghapus air matanya dan mengelus kepalanya. Kemudian, aku kunci kamarnya perlahan..Aku lakukan berulang kali sampai dia tenang dan tersenyum lagi. Setelah itu aku dan temanku itu tertidur. Dia tidur di sampingku, mungkin di atas perutku? Saat seperti itu, aku merasa tenang dan nyaman. Ceritanya sampai di situ karena setelahnya aku tidak begitu ingat apa yang terjadi, haha~

Dari pengalamanku saat tidur, aku pernah mengalami berbagai macam mimpi, mulai dari yang menyenangkan sampai menyeramkan. Mulai dari yang terasa nyata sekali sampai yang sangat absurd. Pengalaman mimpi yang menyeramkan tidak sebaiknya diceritakan di sini :p Tapi pengalaman yang absurd, menegangkan-tapi tidak menyeramkan, dan menyenangkan bolehlah dibagi sedikit-sedikit.

1. Mimpi sedang naik mobil dengan kecepatan tinggi di jalan yang menanjak. Setelah beberapa saat, jalanan berubah menjadi turunan dengan 90 derajat! Bayangin aja coba haha, seperti orang baik jet coaster! Mungkin mimpi ini aku rasakan karena di dunia nyata pernah naik jet coaster dengan kemiringan turunan ekstrim begitu O_O

2. Mimpi yang dialami oleh seorang lelaki yang akan beranjak dewasa :p ini rahasia~

3. Mimpi dapat uang (kalau tidak salah) yang banyak sampai-sampai masih dalam tidur berharap ini bukanlah sebuah mimpi, haha

4. Mimpi waktu SMP, saat itu aku menangis karena temanku memasang cincin di jari kecenganku dan teganya memasangnya di depan aku -_- *bahagia di atas kesedihan orang lain

5. Mimpi bareng kecengan, haha. Di dunia mimpi mereka terlihat jauh lebih terbuka dan ramah, hehe..

6. Hmm, mimpi apa lagi ya? Haha, nanti deh sambil diingat lagi..

Pokoknya, apapun jenis mimpinya yang penting have a nice dream :) jangan lupa berdoa sebelum tidur! Good night! お休み~

Family Trip to Singapore! PART 1~intro

Akhirnya setelah sekian lama tidak menulis di blog ini, aku kembali lagi menulis untuk menceritakan berbagai hal yang aku alami selama masa vakum. Seminggu yang lalu, tepatnya sejak hari Jumat, 28 Oktober sampai dengan hari Minggu, 30 Oktober, aku dan sekeluarga liburan ke Singapura. Alhamdulillah, setelah sekian lama bisa juga melancong jauh bersama keluarga di akhir pekan, hehe. Jarang-jarang ada kesempatan seperti ini karena masing-masing dari kami memiliki kesibukannya sendiri. Selama 3 hari 2 malam itu, ada banyak pengalaman dan cerita menarik yang aku dapatkan, meskipun hanya jalan menyusuri jalanan di negara-kota-Singapura tanpa banyak mengunjungi objek wisata favorit di sana, seperti Universal Studio di Sentosa Island.

Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan sebelum berangkat kesana. Sebenarnya Bapak menyuruh aku dan adek-adekku untuk membuat itinerary atau daftar kegiatan di sana. Tapi berhubung tidak punya banyak waktu (maklum aku masih sibuk dengan kegiatan di kampus dan UTS), itinerary itu dibuat 1-3 hari sebelum berangkat. Sementara itu, Bapak mengurus penginapan di sana, paspor, dan beberapa urusan lainnya. Bapak sempat ngomel melihat aku dan adek-adekku yang terlalu santai dalam mempersiapkan agenda dan keberangkatan kesana. Yah, memang beginilah, aku termasuk tipe orang yang malas untuk mempersiapkan dan mengurus hal-hal yang berhubungan dengan acara pergi, seperti packing barang dan agenda kegiatan (Fyi, packing barang dilakukan malam sebelum pergi dan paginya). Sempat aku melihat dan mengubek-ngubek info tentang Singapura di internet, tapi malah membuat jadi pusing dan galau sendiri karena saking lengkapnya info tentang negara itu. Selain itu, sebelum pergi aku belum bisa membayangkan seperti apa Singapura itu dan bagaimana kehidupannya. Meskipun masih tetanggaan, aku takut kehidupan di sana beda jauh dengan Indonesia.

But, finally i found the answer when visited the country..
Akhirnya aku menemukan jawabannya setelah mengunjunginya. Seperti apa petualangan 3 hari 2 malam di sana? check it out!

my family~281011 @ BDO
(akunya enggak ada, maklum tukang foto haha)

to be continued to part 2!

proud of you, dad :)

Jumat, 27 Mei 2011

Hari itu, aku dan keluargaku menghadiri acara Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Hari itu menjadi momen yang penting bagi ayahku karena dia akan menyampaikan pidato yang berkaitan dengan keilmuan yang ditekuninya selama ini dan manfaat ilmu tersebut terhadap umat manusia di hadapan majelis guru besar, dosen, keluarga, rekan, mahasiswa, dan tamu undangan lainnya. Pidatonya hari itu menandai buah dari kerja keras dan pengabdiannya kepada ITB selama hampir 20 tahun hingga diangkat menjadi seorang guru besar di bidang fisika material. Meskipun aku sendiri tidak mengerti isi pidatonya, aku tetap bangga melihat ayahku berdiri di atas podium dan memaparkan ilmu yang ditekuninya di hadapan tamu undangan dengan penuh percaya diri. Setelah ayahku menyampaikan pidatonya, giliran Prof. Satria Bijaksana yang menyampaikan pidato ilmiahnya.

Ayahku saat menyampaikan pidato yang berjudul "Material dan Devais MOS: Keadaan Kini dan Perspektif Masa Depan"

Di akhir pidatonya, ayahku sempat mengatakan, "Terima kasih kepada Ahmad, Irfan, dan Taufiq yang telah memberikan saya semangat". Semangat? Saat ayahku mengatakan hal itu, aku merasa malu karena apa yang telah aku lakukan sehingga ayahku menjadi bersemangat? Kalau diingat lagi, aku yang justru malah sering merepotkan...

Di luar pekerjaannya sebagai dosen, ayahku adalah seorang pemimpin keluarga yang pekerja keras, berdedikasi, bijak, dan serbabisa. Aku juga berharap bisa menjadi seperti ayahku, bahkan kalau bisa melampauinya. Aku akan berusaha dengan bidang yang aku geluti dan aku sukai. Selain berusaha dengan menekuni bidang ilmuku saat ini, yaitu sastra Jepang, aku juga harus belajar dari school of life dan memantapkan soft skill. Pelajaran School of life itu bisa didapatkan dari pengalaman saat berinteraksi dengan berbagai macam orang dengan karakter khasnya, sedangkan soft skill itu keahlian tambahan. wish me luck!

my family and I taken by Tizar

photo taken by me at Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Friday, May 27, 2011

photography session #25 ”戦国時代”祭り 24.04.11

日曜日、2011年4月24日

「戦国時代」祭りのポスター

3日前、僕はパジャジャラン大学日本語学生会が行った祭りへ行きました。本当に楽しかったです。この祭りは毎年行われるイベントです。今年のテーマは”戦国時代”でした。日本の戦国時代を語っていました。委員会は戦国時代のときの争そう氏族の名前を使いました。例えば、武田家、徳川家、足利家です。他にまだありますが、名前を忘れてしまいました。それぞれの氏族は別の任務を持っていました。祭りの委員会は袴や浴衣を着て、カッコイイーと思いました。

祭りにいろんなパフォーマンスやバザーがありました。パフォーマンスは"Souran Bushi & Tarian Sakura", Taiko Okinawa, 演歌、Jakarta Keion, コスプレ、バンドなどがありました。みんな頑張っていい準備をしたので、悪いパフォーマンスはないと思いました。みんな熱心に演奏して、感心しました。でも、コスプレのとき、アニメをあまり見ませんから、わかりません。アニメのようにユニークな衣服を着て、コスプレは面白いと思いました。バザーにいろんなものが売られていました。食べ物や飲み物や日本の漫画雑誌やアクセソリーなどがありました。いろんなものを買いたいですが、値段がちょっと高いと思って、とうとう何も買いませんでした。僕は一日中写真を撮って、その日は食べませんでした。

最後に一緒に踊って、花火を見ました。その日は楽しくて、とても満足でした。来年また来たいです!!:D

祭りで撮った写真をアップロードしてあげます。どうぞごゆっくり見て下さい :)

我々は武田家でござる!

デリー先輩。祭りの委員長

桜の舞-Tarian Sakura 1

桜の舞-Tarian Sakura 2 綺麗な舞ですね。

騒乱武士(Souran Bushi )-「努力」"そうらん~そうらん!どっこいしょ~どっこいしょ~”

太鼓。Jakarta Keionが沖縄地方の歌を歌いました。沖縄に行きたいな~

演歌!日本人が歌ってくれました。本当に楽しかった!「心の友」と「Kemesraan」を歌いました :D

バザーで漫画を選んでいます~紀伊國屋(Kinokuniya)書店も日本語の漫画雑誌を安く売っていました。一万ルピア~本当の値段はそれよりもっと高い!

「Bleach」のコスプレ!僕が好きなアニメだ :D

これ何のアニメのコスプレでしょう?でも、この写真好きです!はは (笑)

みんな喜んでいる~楽しくバンドを聴いてるね :)

Visual Band:It!

Circle of Dream!

踊り~初めて大学に入ったから今までいつもちびまるこちゃんの歌をつかっています。他の歌がないかなあ?

花火!Boom Boom Boom! Katy Perryの名曲「Firework」を思い出しました!気分最高だ!それで、祭りが終わりました。みんな頑張りましたね :D お疲れ様でした :)

祭りは10時ごろに終わりました。疲れたけど、翌日授業がまた始まります。頑張らなきゃ!ははは、寝不足しました :p でも、本当楽しかった :) 実は、写真がまだたくさんあります。一日中写真を撮ったから :)..*ダラ先輩、カメラを貸してくれて本当にありがとう :)

photo taken by me at PSBJ Unpad Jatinangor, Sunday, April 24, 2011

"Apakah Anda Pernah Melihat Blue Film?"

Pertanyaan di atas sekaligus judul posting kali ini pernah diajukan oleh Pak Fahmi, seorang dosen Kewarganegaraan, Agama Islam, dan Sastra Arab, saat semester pertama. Beliau mengajukan pertanyaan tersebut kepada seluruh mahasiswa yang saat itu menghadiri kelasnya tanpa memandang dia seorang laki-laki maupun perempuan. Tentu saja para perempuan menggelengkan kepala dan menjawab "tidak!" sambil memendam rasa herannya atas pertanyaan yang diajukan beliau. Sementara itu, para lelaki, satu per satu mengangguk dan menjawab "pernah" dengan senyum kecut dan menahan malu. Seingatku, tidak ada laki-laki yang menjawab "tidak, saya tidak pernah melihat!". Semua juga tahu bahwa itu adalah perbuatan (semoga tidak menjadi kebiasaan) yang salah, baik dilihat dari norma kesusilaan maupun keagamaan. Meskipun tahu itu adalah salah, entah kenapa para lelaki sangat mudah terpengaruh untuk melihat 'film layar biru' dan juga gambar-gambar terlarang yang masuk kategori 'layar biru'. Aku tidak memungkirinya karena aku pun seorang laki-laki dan pernah melihat hal seperti itu.

Setelah beres dengan pertanyaan yang cukup membuat malu tersebut, beliau memberikan pertanyaan kedua. "Mengapa Anda melihat 'blue film' itu padahal tahu itu adalah salah?". Pertanyaan kedua ini sulit sekali dijawab. Memang kebiasaan beliau suka memberikan pertanyaan sulit seperti itu yang ternyata jawabannya sangat mudah dipahami. Kemudian beliau menjawab sekaligus memberikan penjelasan yang sangat mudah dipahami.
"Anda senang melihat 'blue film' karena tidak mengenal siapa yang 'bermain' di dalamnya. Coba bayangkan yang 'main' di film tersebut adalah orang-orang terdekat Anda. Bayangkan yang 'bermain' di film tersebut adalah ibu Anda, kakak Anda, adik Anda, saudara-saudari Anda, dan teman-teman Anda. Pasti Anda, jika akalnya masih berjalan dengan baik, akan merasa tidak senang bahkan prihatin mengetahui orang-orang terdekat Anda 'bermain' di dalamnya karena tahu perbuatan itu buruk, salah dan tidak ingin keburukan tersebut menimpa mereka."
Penjelasan Pak Fahmi saat itu sudah aku buktikan malam ini saat blogwalking. Perhatianku tertuju pada sebuah blog salah satu teman perempuan saat SMA dulu. Memang temanku itu memiliki fisik yang menarik dan berbakat menjadi model. Saat aku melihat blognya, ada beberapa foto dengan modelnya adalah dia. Awalnya aku biasa saja melihatnya karena foto-foto tersebut tidak ada bedanya dengan foto model lainnya yang biasa aku lihat. Setelah menggerakkan scroll untuk melihat lebih banyak isi blog itu, aku dikagetkan oleh sebuah foto dia dengan busana yang sangat minim. Dia hanya mengenakan (maaf) bra dan celana dalam di sebuah studio foto, lalu menjadi model untuk difoto! Aku rasa tidak ada di antara teman perempuanku yang mau menjadi model foto dalam keadaan minim busana begitu dan mengunggahnya di blog yang notabene dilihat oleh publik. Memang foto tersebut belum sampai pada tingkat 'blue film', tapi menurutku tidak sepantasnya dia berfoto dengan busana minim seperti itu. Adakah orang tua yang mau anak perempuannya difoto dengan busana seperti itu di sebuah studio foto?

Aku mengakui dan tidak memungkiri bahwa aku pun pernah melihat 'blue film', baik gambar maupun videonya. Saat melihat 'blue film' yang diperankan oleh orang yang tidak aku kenal, tidak ada perasaan kaget atau prihatin. Yang ada hanyalah perasaan terpuaskannya hawa nafsu. Sementara itu, baru melihat foto seorang teman perempuan dengan busana minim seperti itu, muncul perasaan kaget dan prihatin. "Kok dia mau menjadi model dengan busana minim begitu?". Kira-kira begitulah pertanyaan yang terlintas di kepalaku pertama kali melihat foto tersebut.

Mungkin bagi sebagian orang, pemikiranku kaku dan kolot. Sekarang adalah zamannya kebebasan berekspresi, entah bagaimana batasannya aku pun tidak tahu karena terlalu banyak standar yang digunakan manusia. Bagi masyarakat yang kehidupannya lebih liberal dan menjunjung tinggi HAM seperti masyarakat Barat, pose foto dengan busana minim seperti itu biasa saja dan dapat dimaklumi sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Seiring dengan kemajuan teknologi, pengaruh-pengaruh luar yang negatif seperti itu masuk juga ke dalam kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai, norma, dan adat yang sifatnya memaksa dan mengikat seperti masyarakat Timur. Pengaruh-pengaruh tersebut awalnya terlihat asing dan aneh. Namun lama-kelamaan, kita terbiasa, bahkan menganggapnya sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, menghadapi pengaruh itu karena masuk secara kontinu dan masif. Aku pun tidak menampik jika pengaruh tersebut sudah menjadi hal yang biasa aku lihat karena tersebar di mana-mana, layar kaca, layar lebar, mall, dan tempat umum lainnya. Hanya saja aku tidak biasa bahkan aneh jika temanku sendirilah yang terkena pengaruh itu (catat: berpose dengan pakaian [super] minim seperti yang sudah dijelaskan di atas).

Seharusnya suatu keburukan jangan dibiasakan karena membuat keburukan itu menjadi sesuatu yang tidak buruk lagi..

sapa tengah malam :)

Selamat malam, kembali lagi dengan saya, Ahmad Solihurrijal, di blog let's go! because life is waiting to begin! :D (Y). Jam di komputer sudah menunjukkan pukul 12.40 malam, dini hari. Aku tidak akan membahas sesuatu yang serius sekarang, sedikit santai dulu lah, hehe. Soalnya cuma mau sapa dan menengok blog yang belakangan jadi terabaikan (sedih). Sebenarnya aku menulis di tengah malam ini gara-gara melihat blog temanku juga. Biasalah kerjaan iseng blogwalking, hehe. Entah kenapa karena lihat itu aku jadi kangen banget dengan blog-ku ini. Ya sudah deh, aku putuskan untuk membuat satu posting saja buat malam ini ;)

Aku ingin sekali menulis secara konsisten di blog ini, minimal yaa satu bulan satu posting gitu. Tapi apa daya, kesibukan di kampus dan konsentrasi penuh pada pelajaran mata kuliah membuatku tidak sempat menulis sebanyak dulu. Aku jadi panitia JECUF (Japan Education and Culture Fair), ikutan panitia kegiatan lain, ikutan kegiatan klub fotografi jurusan, badminton, dan padatnya jadwal kuliah yang enggak enak. Tapi kalau dilihat lebih dalam dan jernih, mungkin semua ini karena kemalasan aku saja sebenarnya, HAHA!
(Ayo dong Mad, bentar lagi udah 19 tahun, jangan malas lagi ah!)
Di posting berikutnya, insya Allah aku akan bahas berbagai cerita yang aku alami selama masa kuliah ini. Mulai dari lingkungan kampus, masalah kelas, pertemanan, kegiatan-kegiatan sampaaaai love life, haha! Tunggu aja ya enggak akan lama-lama kok ;)

Oke, segini aja dulu posting singkat tengah malam ini. see you again dan おやすみ! 

Something Precious :)

Aku terus mengayuh sepedaku menyusuri jalan kecil kompleks rumahku hingga jalan utama kota pagi tadi. Awalnya aku tidak berniat mengayuh sepedaku untuk pergi ke Car Free Day yang biasa diadakan di Jalan Dago setiap hari Minggu mulai jam 6 pagi sampai 10 siang. Ya, hari Minggu ini aku janjian untuk pergi ke Car Free Day dan bermain badminton bersama teman kelasku saat SMA. Ide untuk membawa sepeda sebenarnya berasal dari Haryo. Awalnya aku ragu untuk membawa sepedaku, tapi akhirnya kubawa juga meskipun jarak yang kutempuh cukup jauh. Sekalian olahraga menggerakkan badan yang kaku, ditambah lagi dengan cuaca cerah yang mendukung.

Aku terus mengayuh sepedaku, meskipun kakiku pegal dan kayuhanku mulai melambat sampai HP-ku berbunyi. Aku menepi di tepi Jalan Taman Cibeunying Selatan yang cukup rimbun. Ternyata ada SMS dari Haryo. Dia menanyakan posisiku dan aku membalasnya. Kemudian aku mengayuh kembali sepedaku. Haryo membalas lagi, tapi tidak aku perhatikan. Aku baru membuka balasan dia di Hotel Amaris dekat SMA 20, sekolahku dulu. Dia memintaku untuk bertemu di SMA 20. Padahal aku meminta mereka untuk bertemu di pom bensin Petronas Dago. Tapi ya sudahlah, aku mengayuh sepedaku lagi menuju SMA 20.

Aku duduk sendirian di bangku panjang pos satpam SMA 20 yang menghadap ke Jalan Citarum sambil mengistirahatkan badanku setelah kelelahan mengayuh sepeda. Aku mengirim SMS kepada Fajar yang tadi miss call HP-ku. Ternyata dia masih di rumahnya menunggu Davin yang sudah pergi dari Rancaekek. Baiklah, aku di sini menunggu mereka dan bisa hampir kupastikan bahwa hanya berempat yang akan pergi ke CFD. Padahal malam kemarin aku sudah memberitahu hampir seluruh temanku lewat SMS, Twitter, dan Facebook. Singkat cerita, akhirnya Haryo datang dengan menumpang mobil kakaknya dan terakhir Fajar dan Davin yang menggunakan motor. Haryo membawa dua sepeda lipat, satu berwarna merah yang ternyata bermasalah di pedalnya dan satu lagi berwarna biru. Akhirnya aku, Haryo, dan Fajar menggunakan sepeda, sementara Davin menggunakan motornya.

Jalanan pagi itu sangat ramai: Pasar Gasibu yang ramai oleh kegiatan jual beli, para tukang delman dan sewa kuda yang sedang menunggu orang yang akan menyewa jasa mereka, penganut agama Kristen yang beribadah, dan tentunya Car Free Day. Satu hal yang membuatku bersemangat adalah cuaca yang cerah dan bersahabat. Jadinya Keramaian ini terasa sangat menyenangkan. Aku bisa bertemu dengan ratusan orang dengan berbagai macam karakter yang berkumpul di satu titik. Akhirnya, setelah mengayuh sepeda dari sekolah, kami tiba di lokasi CFD yang panjangnya mungkin kurang lebih satu kilometer. Kami memulai perjalanan singkat mengesankan ini dari titik awal perempatan Dago bawah yang dilintasi oleh fly over. Kali ini aku mencoba untuk berjalan menikmati keramaian ini dan giliran Davin, Fajar, dan Haryo yang menggunakan sepeda.

Di awal perjalanan saja sudah menemukan banyak hal menarik yang jarang bisa kita temukan di hari-hari lain selain Minggu. Lautan manusia yang asyik dengan kegiatannya masing-masing: joging, mengayuh sepeda, senam, membawa hewan peliharaan kesayangan mereka (baca: anjing), latihan bartender, konser musik jalanan, skateboarding, kumpulan orang yang menggunakan peralatan olahraga yang belum pernah aku lihat sebelumnya, hunting foto, siaran radio on the road, sekadar jalan dan nongkrong, dan orang yang sedang berdagang aneka jenis barang dan makanan, bahkan tadi ada yang menjual sepeda onthel. Kalau beruntung, kita bisa melihat event khusus yang diadakan oleh lembaga tertentu. Seperti CFD tadi pagi ada Flashmob dari Mizone (tidak sempat lihat) dan acara menggulingkan bola balon raksasa sepanjang jalan Dago seperti foto di bawah, meskipun aku sendiri tidak tahu apa maksudnya. Yang penting aku ikut senang bersama semua orang di sana.

Di tulisan balonnya ada IMA Gunadharma, gambar Ganesha, dan Arsitektur. Berarti mereka yang membuat ini. Ikut rame aja bersama mereka :)

Setelah digulingkan ke Dago bawah, balon itu kembali digulingkan ke atas. Aku kaget karena balon itu menggelinding ke arahku. Tapi, orang-orang yang berada di sekitarku bukannya menghindar. Mereka malah berbaring di tengah jalan dan menunggu badan mereka "dilindas" balon itu seolah itu adalah hal yang menyenangkan. Pada kenyataannya mereka memang tidak apa-apa. Melihat itu aku juga malah ikut-ikutan mereka. Segera saja kutaruh tas dan kameraku, termasuk donat J.Co yang kubeli dititipkan dulu di Fajar, dan berbaring di tengah jalan (sesuatu yang tidak pernah kulakukan di hari-hari biasa). Lalu balon itu "melindas" tubuhku dan tidak terjadi apa-apa. Balon itu tidak membebani tubuhku, bahkan sangat hampa dan tak terasa! Hahaha. Hal yang sederhana tetapi menyenangkan.

Di tengah perjalanan menuju titik finish CFD, kami sempat bertemu dan berpapasan dengan beberapa orang yang aku kenal. Yang pertama, ada orang berteriak dari lajur sebelah kanan memanggil Fajar. "WOI, FAJAAAAR!". Ketika menoleh, dia melihat sesosok perempuan yang dia kenal. Namanya Dinda dan dia adalah teman Fajar di klub Baseball SMA sekaligus adik kelas aku juga. Melihat dia dan beberapa temannya, Fajar langsung menghampiri mereka. Aku langsung tahu bahwa temannya sedang berjualan. Biasanya sih kegiatan danus atau mencari dana untuk suatu kegiatan. Ternyata mereka sedang mencari dana untuk persiapan kegiatan bazar sekolah. Mereka juga akhirnya menghampiriku, Haryo, dan Davin dan mulai menawari dagangan mereka, donat J.Co. Aku memerhatikan temannya yang memakai kacamata dan baju hijau tua. Dia cukup menarik dan cantik menurutku. Anak itu namanya Citra. Mereka memohon-mohon agar kami membeli donatnya. Melihat itu aku juga tidak sanggup menolak. Aku memang lemah terhadap tawaran-tawaran seperti itu, hahaha. Aku selalu berpikiri kalau aku tidak beli, pasti mereka kecewa. Akhirnya aku beli juga donat itu Rp15.000 per dua buah. Yah, apa salahnya membantu mereka yang sedang mencari uang untuk acara sekolah. Lagipula mereka itu adik kelasku, haha. Sayangnya aku lupa berkenalan dengan mereka. Seharusnya acara CFD dimanfaatkan untuk berkenalan dengan orang-orang baru.

Kami terus berjalan lagi. Pagi yang cerah dan keramaian orang terasa sangat menyenangkan bagiku. Pohon tinggi dan cukup rimbun di sisi jalan membuat kawasan ini menjadi sejuk. Aku memerhatikan orang-orang di sekitarku, termasuk ngeceng perempuan-perempuan yang menarik. Kemudian mataku tertuju ke arah sisi jalan di mana sebuah konser jalanan sedang diadakan. Aku kaget karena penyanyi yang sedang berdiri di panggung kecil itu pernah asyik dance sendirian di depan sebuah mobil radio yang sedang memutar lagu saat CFD beberapa waktu lalu. Waktu itu dia menari, menyanyi, bergoyang, dan menjadi pusat perhatian karena kelakuan itu. Aku sempat berpikir kalau perempuan itu adalah orang gila atau autis yang punya talenta seperti itu. Tapi, kata-kata Fajar lebih pas untuk menggambarkan karakter dia: nyentrik! Semoga saja begitu.

Akhirnya kami tiba juga di pom bensin Petronas, tempat titik awal berkumpul. Area pom bensin yang luas itu benar-benar dimanfaatkan oleh orang-orang. Ada yang hanya duduk nongkrong istirahat, free style sepeda, atau skateboarding. Tapi suasana di situ terlalu ramai dan panas, akhirnya kami bergerak sedikit lebih atas untuk mencari tempat berteduh dan beristirahat. Saat istirahat itulah, kami bertemu (lagi) dengan Retno dan Reni yang sama-sama sedang berjualan kue sus. Sebelumnya Reni dan Yuan yang duluan menawarkan kue sus, tapi kami tidak bergeming. Entah kenapa begitu Retno yang menawarkan, kami menjadi luluh dan membeli. Rp4.000 per dua buah, itu pun setelah Fajar tawar. Aku tahu mereka berjualan untuk menambah uang klub basket kampus mereka (Unisba) dan kalau tidak salah Retno adalah salah satu bendaharanya. Minggu sebelumnya Retno menjual arumanis dengan harga Rp5.000. Jadi tertarik juga untuk mencoba kegiatan danus atau mengumpulkan uang.

Akhirnya acara pagi itu bubar pada jam 10 pagi. Saat kami turun, satu per satu mobil dan kendaraan bermotor lainnya mulai memasuki jalanan dan memulai kembali rutinitas sehari-hari. Walaupun sebenarnya mereka yang memang berhak menggunakan jalan itu, entah kenapa aku merasa tidak sudi kendaraan-kendaraan itu memasuki Jalan Dago. Kehadiran mereka seperti orang yang hendak membubarkan acara senang-senang dan merusak kesenangan kami. Kami kembali menuju SMA 20 untuk beristirahat dulu sambil berpikir di mana kami akan mengisi perut yang sudah lapar dan membasahi tenggorokan yang kering.

Ini dia Davin!

Setelah istirahat beberapa lama, kami memutuskan untuk pergi makan ke warung soto dan rawon yang ada di depan Lapangan Saparua. Warung itu sebenarnya sebuah tenda di tepi jalan dan mereka membawa mobil yang berisi dagangan mereka. Suasana Saparua yang teduh membuat tempat itu cocok untuk melepas lelah. Awalnya aku tidak punya niat makan, tapi melihat rawon dengan irisan daging sapi lembaran, seleraku tergugah dan ikut memesan. Rawon itu rasanya enak, ditambah lagi dengan teh manis dan semilir angin sejuk yang turut menemani kami melepas rasa lelah. Saat kami sibuk menghabiskan santapan, ibu pemilik warung itu dengan ramah menyuruh kami mengambil kerupuk yang sudah disediakan.

"Ambillah kerupuknya, itu gratis kok."
"Wah, beneran Bu gratis?"
"Iya gratis, itu gantinya vetsin. Kita di sini enggak pakai vetsin."
"Wah, pantes enak Bu!"

Kemudian Ibu itu menanyakan asal kampus kami. Awalnya Ibu itu mengira kalau kami adalah teman anaknya dari Itenas. Kami tentu saja menjawab bukan. Ibu itu bercerita bahwa teman anaknya langganan di warung tendanya. Tak lama kemudian, mereka muncul dan terlihat sangat akrab dengan ibu itu. Sementara itu, kami larut dengan berbagai topik obrolan. Mulai dari masalah cinta, cerita kehidupan kampus, film, sampai rencana liburan minggu terakhir semuanya dibahas. Maklum, kami tidak akan lagi bertemu sesering saat SMA. Setelah puas, kami segera beranjak dari tempat duduk dan membayar apa yang sudah kami makan dan minum. Sebelum pergi, Davin sempat menanyakan anak ibu itu. Anak paling besarnya sudah dipekerjakan oleh Chevron, sementara anaknya yang satu lagi, Bambang, bersekolah di SMA 10 Bandung. Ternyata Davin mengenalnya sebagai salah satu personel Monster Junior, sebuah band indie. Di sana ada temanku juga, Remiel dan Medi. Ibu itu bilang mereka sedang menggarap rencana ke Singapura dan Malaysia untuk merintis karier band mereka. Entah kenapa aku merasa takjub dan sedikit iri. Mereka sudah memiliki rencana dan melakukan sesuatu. Sementara itu aku hanya terdiam tanpa melakukan apapun. Setelah pamit kepada ibu itu, aku, Fajar, dan Haryo kembali lagi ke sekolah. Sementara itu Davin pulang lebih dulu karena merasa lelah.

Di sekolah, aku, Fajar, dan Haryo duduk-duduk sambil berbagi cerita tentang banyak hal. Di bawah pohon rindang hanya bertiga. Sebenarnya kami menunggu Haryo dijemput oleh kakaknya dari gereja sekitar jam dua sore, lalu bereslah acara hari ini. Obrolan kami ngalor-ngidul mulai dari masalah traveling sampai ke pertemanan. Aku sempat juga cerita masalahku di kampus. Aku merasa di kampus terlalu bosan, kering, dan hampa. Tidak ada teman yang benar-benar bisa menginspirasiku. Ditambah lagi dengan permasalahan kelas yang benar-benar membuat interaksi menjadi sangat renggang. Fajar dan Haryo menyarankanku untuk mencari banyak kegiatan dan terlibat dalam komunitas. Dengan begitu aku akan menemukan teman yang cocok untuk saling berbagi. Aku sangat menyadari itu, kekuranganku akan kegiatan yang bermanfaat dan permasalahan dalam hal interaksi dengan berbagai macam orang. Aku terlalu banyak diam..

Apa yang aku dapatkan hari ini? Aku pernah dengar, jalan kaki selama 30 menit bisa menurunkan stres. Aku percaya akan hal itu. Melihat dan memerhatikan berbagai macam orang menyadarkanku bahwa dunia ini warna-warni. Di sana aku bisa melihat kelebihan mereka semua dan mungkin akan tertarik dengan mereka. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan selain berdiam diri. Salah satunya apa yang aku lakukan hari ini :) Aku mulai merasakan lagi cita-citaku yang harus segera dirintis. Semua itu butuh tindakan, bukan teori atau pengetahuan!

Akhirnya Haryo dijemput sekitar setengah tiga sore dan acarapun beres. Kami saling berpamitan. Kemudian, aku mengayuh sepedaku menuju rumahku dengan perasaan ringan. Seringan beban di tubuhku yang lepas, hanya baju yang melekat di tubuhku yang tersisa. Setidaknya untuk hari ini :)

Yeah, geng sepeda hari ini, haha! @ under fly over Pasupati

*thanks buat Fajar, Haryo, dan Davin. akhirnya acara yang jadi hanya CFD doang, tapi ya enggak apa-apa. tetep jadi sport day yang seru, haha.

photo taken by me at Car Free Day Dago, Sunday, January 30, 2011

First Week As Unpad-ers: Part 4-Challenges And Problems To Be Solved

Judul posting bagian ke-4 ini adalah tantangan dan masalah yang harus dipecahkan. Setelah melewati tantangan bagaimana menembus PTN, kali ini pokok masalahnya adalah bagaimana beradaptasi dengan lingkungan dan suasana dunia perkuliahan yang baru bagi kita. Saat ini aku sedang mengalami masalah yang cukup berat, meskipun baru satu minggu menjalani kehidupan dunia kampus bersama teman dan lingkungan yang baru. Aku merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dan sulit juga menemukan teman baru yang cocok. Baru jarak antara Bandung-Jatinangor saja mengalami semacam shock, bagaimana nasibnya nanti aku hidup jauh di luar negeri sana? Hal itulah yang membuatku kadang tidak betah dan ingin mengulang kembali masa-masa SMA bersama teman-temanku yang dulu. Ternyata bukan hanya aku saja yang mengalami perasaan seperti itu. Ada juga teman-temanku yang mengalami kondisi yang sama denganku.

Sedari dulu aku memang lebih suka membiarkan orang lain yang memulai pembicaraan. Aku takut kalau pembicaraanku membosankan dan tidak menarik. Aku lebih banyak bergaul dengan orang secara tidak langsung, seperti lewat Twitter, Y!m, dan Facebook. Tapi, sebenarnya aku bosan dengan cara bergaul seperti itu dan ingin banyak bergaul dengan orang lain secara langsung. Aku yakin bahwa interaksi secara langsung bisa membuat hubungan dengan orang tersebut lebih dekat dan erat. Masalahnya, aku tidak tahu bagaimana cara memulainya itu. Kenyataan selalu saja berbeda dengan apa yang aku bayangkan.

Awalnya aku ingin berkenalan dengan banyak orang sejak pembagian kelompok di tingkat universitas. Tapi, setelah dibagi kelompok pun jumlah orangnya masih terlalu banyak dan tidak ada waktu untuk berkenalan secara lebih jauh. Aku hanya berkenalan dengan Adit, anak Akuntansi yang berasal dari Denpasar dan orang di sebelahku yang mirip dengan Fitra (teman SMA) yang berasal dari Lampung. Barulah pada tingkat fakultas dan jurusan, aku mulai mengenal teman-teman baruku. Ada teman kelompok PFS (kelompok 7/9 Nawal El-Saadawi), teman kelas, dan kelas mabim benkyo 9.

Sebenarnya ada teman-teman baruku yang ramai, asyik, dan menyenangkan, seperti Ryu dan Kelvin. Aku juga sempat nongkrong bersama Ryu, Kelvin, Sayuda, dan Rudi setelah acara pra ospek beres lebih cepat. Sempat juga kenalan dengan orang Korea bernama Choo Moo Jin. Tapi, tetap saja aku merasa ada yang kurang di dalam hati ini. Meskipun aku berbaur dengan mereka, aku selalu kesulitan untuk mengungkapkan pendapatku dan membagi apa yang aku miliki. Malah, aku merasa ingin lebih dekat kepada senior-senior PK (pembimbing kelompok) yang menurutku bisa diajak berbincang-bincang, meskipun saat SMA aku tidak terlalu menyukai senior. Mungkin itu karena senior-senior di kampus berbeda dari senior saat SMA. Mereka sudah memiliki visi dan misi yang jelas, pengalaman, dan memiliki pengetahuan yang baru bagiku.

Untungnya beberapa hari yang lalu, setelah selesai acara Jikoshokai (pengenalan) Sastra Jepang, aku berkenalan dengan Dara yang dulu sekolah di SMAN 14. Perkenalanku dengannya cukup unik. Aku sedang berjalan untuk pulang dan tiba-tiba dia memanggil namaku dari belakang. Aku tidak sadar sebelumnya kalau dia adalah Dara. Sebenarnya aku sudah berekenalan dengan dia lewat Y!m dan aku dikenalkan juga oleh Dikky. Kesan pertamaku adalah dia lebih kecil dari yang aku kira, haha. Akhirnya aku dan dia pulang bersama dengan menaiki bis Bhinneka karena kami searah jalur pulangnya. Sepanjang perjalanan kami bercerita banyak dan aku merasa lega bisa bercerita seperti itu dengan orang baru. Ditambah lagi dia banyak bertanya sehingga ada umpan balik antara aku dan dia. Itulah pertama kalinya sejak masuk Unpad aku merasa senang mendapat teman baru.

Aku mulai menyadari enaknya menjadi anak kosan, meskipun aku sendiri bukan anak kosan. Aku menyadarinya saat Ryu, Kelvin, Sayuda, Rudi, dan teman-teman kos lainnya mengadakan bubar (buka bareng) seusai acara Jikoshokai. Aku diajak juga, tapi tidak ikut karena memang sedang ingin pulang. Kebanyakan temanku adalah anak kos dan interaksi serta pergaulan sesama mereka sudah terjalin erat sejak di kosan. Jadi, mereka sudah saling mengenal sifat dan karakter temannya secara dekat. Berbeda dengan aku yang hanya bergaul dengan mereka saat di kampus saja, tentunya interaksiku tidak sekuat mereka yang kosan. Mereka selalu bersama sejak pergi ke kampus, kembali ke kosan, bahkan saat menjalani hari-hari di kosan.

Saat ini aku masih merasa asing dan kesepian di tengah keramaian. Aku berharap semua yang aku alami selama minggu-minggu awal ini segera berakhir dan menemukan tempat bernaung yang nyaman. Semoga aku menemukan dunia yang menyenangkan dan diriku yang sebenarnya saat menjalani kegiatan kampus dan aktivitas kemahasiswaan lainnya, seperti UKM, komunitas, dan organisasi. Ya Allah, aku memohon bantuan-Mu agar aku bisa bergaul dengan banyak orang dan memberikan dampak positif bagiku dari pergaulan itu, amin.

Satu Unpad-ku, Satu Indonesia-ku :)

"16 fakultas, 33 unit kegiatan mahasiswa, 101 program studi, 800 mahasiswa baru fakultas sastra 2010/2011, 7.812 wajah dalam replika peta Indonesia, dan 9.631 anggota keluarga besar baru Universitas Padjadjaran. we are the big family, we unite in the diversity, Bhinneka Tunggal Ika :) *make me never regret to choose you."

First Week As Unpad-ers: Part 2-Welcome New Comers!

Di bagian kedua ini, aku akan menceritakan kejadian yang terjadi antara 16-17 Agustus. Acara pada dua hari tersebut diselenggarakan oleh pihak universitas dan nama acaranya adalah Prabu 2010 (Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad 2010). Pada dua hari tersebut aku dan yang lainnya diwajibkan datang pukul 5.30 pagi. Selama dua hari itu dan hari-hari berikutnya selama satu minggu adalah saat yang terberat karena selalu kekurangan jam tidur dan kelelahan.

Senin, 16 Agustus 2010

Sehari sebelumnya aku sudah janjian akan pergi bersama Vondra, temanku yang sama-sama baru diterima di Unpad Jurusan Akuntansi. Acara tanggal 16 Agustus dilaksanakan di Unpad Dipati Ukur (DU) dan kami sepakat untuk pergi setelah shalat subuh. Setelah selesai shalat subuh, aku pergi ke rumah Vondra dan kemudian berangkat dengan disopiri oleh kakanya, Kak Christa, anak HI Unpar 2008. Suasana jalanan pagi itu masih sangat lengang dan sepi. Tapi saat memasuki Jl. Jakarta, aku mulai melihat keramaian orang-orang yang sedang berkendara, baik itu dengan mobil, bis, atau motor, tampak menuju tempat tujuan yang sama, Unpad DU. Keramaian itu bahkan kian terlihat di Jl. Supratman. Sesaat aku tertawa geli karena mengira mereka semua pergi menuju tujuan yang sama. Kemudian, Vondra meminta kakaknya untuk mengarahkan mobil ke arah Dago. Dia sengaja meminta kakaknya memutar jauh karena khawatir macet di sekitar DU. Ternyata benar saja, saat masuk Jl. Dipati Ukur dari arah Dago (atas), jalanan menjadi sangat padat dan macet. Sudah ada banyak mahasiswa baru dengan seragam putih abu berbondong-bondong berjalan menuju lokasi.

Ada beberapa hal menarik yang aku amati dari keramaian di pagi buta itu. Aku melihat ada beberapa pedagang sedang menawarkan perlengkapan yang harus dibawa hari itu, seperti alas karton ukuran 60x60 cm dan name tag. Hal-hal menarik ini akan aku temui selama seminggu itu dan aku berkesimpulan bahwa orang Indonesia pun sebenarnya tak kalah hebatnya dengan orang Cina yang pintar menemukan peluang usaha.

Untunglah aku dan Vondra sampai di Unpad tepat pukul 05.30 pagi. Kami masuk dari gerbang yang sama, yaitu dari gerbang Jl. Teuku Umar. Ada juga yang masuk dari gerbang utama Jl. Dipati Ukur. Setelah masuk, kami berpisah karena memang berbeda kelompok. Di dalam, sudah banyak panitia dari mahasiswa lama yang sudah berjaga dan mengarahkan aku dan maba lainnya menuju tempat yang telah disediakan. Hari itu seluruh maba yang terbagi dalam 16 kelompok berkumpul di Unpad DU. Ada sebagian mahasiswa yang ditempatkan di dalam aula Gedung Sanusi Hardjadinata, tapi sebagian besar lainnya ditempatkan di luar. Untuk melihat apa yang terjadi di dalam aula, ada banyak TV LCD yang ditempatkan di luar. Aku sendiri berada di kelompok 3 (satu grup dengan Ali, Medi, Saniy, dan Gita), berada tepat di depan Gedung Sanusi Hardjadinata dan jalur tempat masuknya rektor, anggota senat, dekan, dan para guru besar. Sayangnya aku duduk di barisan paling belakang di kelompok 3.

Cukup lama aku berdiri dan menunggu kedatangan maba lainnya dan para petinggi kampus. Sebelum acara dimulai, kami melakukan gladi kecil-kecilan dan menghafal hymne yang akan dinyanyikan. Untungnya, sang pengisi acara sebelum acara utama dimulai (aku lupa namanya) punya selera humor yang baik dan pintar berkelakar. Salah satu guyonan yang aku ingat adalah "Kalian sudah menjadi maba [mahasiswa baru], tapi jangan menjadi maba [mahasiswa abadi]. Kalian juga jangan menjadi mahasiswa kupu-kupu [kuliah-pulang]." Barulah 3 jam kemudian acara utamanya dimulai dengan kedatangan rektor, anggota senat, dekan, dan guru besar. Meskipun sudah tampak tua, mereka terlihat elegan dengan toga kebesaran berwarna hitam-kuning, baret, dan medali yang terkalung di leher. Lagu kebesaran almamater Unpad turut mengiringi kedatangan mereka. Setelah mereka semua memasuki aula Gedung Sanusi Hardjadinata, sang rektor, Dr. Ganjar Kurnia, membuka Sidang Terbuka Senat Terkait Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 2010/2011 dengan mengetuk palu.

Acara sidang terbuka itu berlangsung khidmat dan tertib. Acara dimulai dengan laporan hasil penerimaan mahasiswa baru Unpad Tahun Ajaran 2010/2011. Aku kaget saat mendengar laporan hasil tersebut bahwa jumlah mahasiswa yang diterima di Unpad dan telah melakukan registrasi berjumlah 9.631 orang! Jauh melebihi prediksiku yang hanya sekitar 6.000-an. Aku semakin terkejut lagi saat mendengar bahwa mahasiswa baru Program S-1 Fakultas Sastra berjumlah 800 orang. Ini belum termasuk mahasiswa D-3 dan Pascasarjana. Inilah yang membuat Fakultas Sastra sebagai fakultas terbesar dari segi jumlah mahasiswanya. Acara berlanjut dengan pemakaian jas almamater Unpad secara simbolis yang diwakili oleh beberapa orang mahasiswa. Entah kenapa saat itu muncul perasaan bangga kepada almamater dan identitas sebagai mahasiswa Unpad. Rasa bangga itu kian membuncah saat menyanyikan hymne Unpad dan mars almamater (lirik hymne disertakan di posting berikutnya).

Acara yang tak kalah menarik adalah saat perkenalan mahasiswa asing dan slide show profil Unpad. Selain kagum kepada kewibawaan rektor beserta rombongannya, aku juga kagum kepada KPM (Korps Protokoler Mahasiswa) dan mahasiswa asing. Mereka ada yang dari Jerman, Malaysia, Jepang, Slovenia, Rusia dan Spanyol/Portugal (aku lupa). Sebelum acara dimulai, aku juga melihat seorang mahasiswi berwajah Afrika dan sangat tinggi. Mungkin dia mahasiswi pascasarjana karena mukanya kelihatan terlalu tua untuk anak S-1. Belakangan aku tahu bahwa ada Miss Zimbabwe kuliah S-2 HI Unpad dan siapa tahu, mungkin saja dia adalah orang yang aku lihat itu, haha. Saat perkenalan profil Unpad, aku jadi tahu bahwa Unpad itu begitu luas dan kampusnya tersebar di mana-mana. Di DU saja luasnya sekitar 18 hektar, di Jatinangor luasnya 200 hektar. Diresmikan sejak 24 September 1957, Unpad kini telah tumbuh menjadi 16 fakultas, 101 program studi, 39.000-an mahasiswa, dan sekitar 180.000-an alumni.

Saat acara selesai sekitar pukul 11.30 siang, aku terkejut dengan lautan manusia yang membanjiri Jl. Dipati Ukur dan sekitarnya. Jalanan menjadi macet. Maklum, sekitar 9.000 orang keluar secara bersamaan dari satu tempat. Aku berjalan sambil memperhatikan kerumunan orang yang sedang berjalan. Di antara ribuan wajah itu, aku melihat temanku, orang-orang asing (wajah India), bahkan ibu-ibu yang umurnya mungkin sudah kepala tiga atau empat! Aku merasa geli kalau membayangkan ibu-ibu itu ikut ospek juga dan terlibat dalam skenario jahil para "senior", haha (sebenarnya yang sudah senior itu siapa ya?). Saat pulang aku seangkot dengan salah seorang senior dan berkenalan dengan seorang mahasiswa Akuntansi Unpad angkatan 2007. Meskipun terlihat sepele, aku senang bisa berkenalan dengan salah satu anggota keluarga besar Universitas Padjadjaran.

Selasa, 17 Agustus 2010

Judul acara pada hari kemerdekaan tersebut adalah Student Day dan dilaksanakan di Jatinangor. Hari itu aku bangun lebih pagi lagi, sekitar pukul 3 pagi karena harus berada di sana pukul 5.30 pagi (pagi banget bikin acara, tapi untung lagi bulan puasa -_-). Seperti tanggal 16 Agustus, aku pergi bersama Vondra. Sebenarnya jarak antara Arcamanik ke Jatinangor bisa ditempuh dalam waktu 25-30 menit, tapi kalau sudah macet bisa sampai satu jam bahkan lebih.

Sesampai di Lapangan Merah (tempat acara berlangsung), aku dan maba lainnya diarahkan untuk memasuki lapangan, di bawah terpal yang sudah terpasang, jadi tidak akan merasa kepanasan. Untungnya hari itu aku duduk di bagian paling depan dan terdekat dengan panggung. Upacara pengibaran bendera dilaksanakan sebelum acara utama dimulai. Beberapa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) tampak bersiap untuk mendukung pelaksanaan acara, seperti PSM (Paduan Suara Mahasiswa), marching band Unpad, KPM (Korps Protokoler Mahasiswa), Menwa, dan pramuka.

Oh iya, tiba-tiba saja aku ingat, entah setelah atau sebelum upacara, Presiden Mahasiswa (Ketua BEM) memberi sambutan dengan suara yang sangat menggelegar. "SELAMAT DATANG DI KAMPUS PERJUANGAN!" katanya dengan suara yang berat dan lantang. Mungkin dia ingin meniru gaya Presiden Soekarno, tapi entah kenapa mendengar teriakan semangatnya kami malah ingin tertawa. Aku tahu dia sedang serius, tapi kami memang ingin menertawakannya karena teriakannya terlalu berurat dan berapi-api. Selain itu juga ada talk show bersama Bagir Manan, seorang alumni FH Unpad, yang dibawakan oleh Andromeda Mercury, alumni Unpad dan juga seorang presenter talk show yang sudah cukup berpengalaman.

Kejutan-kejutan lainnya sudah dipersiapkan oleh pihak panitia dan senior-senior untuk menyambut mahasiswa baru. Hari itu, sejarah baru kembali ditorehkan. Setelah tiga tahun yang lalu Unpad memecahkan rekor MURI dengan peserta permainan musik angklung sebanyak 10.000 orang, kali ini Unpad memecahkan rekor MURI untuk replika peta Indonesia dari foto wajah-wajah maba sebanyak 7.812 orang! Rekor baru ini memecahkan rekor lama yang dipegang oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes). Replika peta itu diberi judul dengan Satu Unpad-ku, Satu Indonesia-ku. Meskipun awalnya Unpad didirikan untuk mengakomodasi pendidikan warga Jabar, kini Unpad menjadi kebanggaan milik Indonesia yang dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa dari berbagai suku yang menuntut ilmu di Unpad. Momen ini sangat pas dengan semangat hari kemerdekaan dan semboyang negara kita, Bhinneka Tunggal Ika. Aku merasa bangga karena telah menjadi bagian dari pemecahan rekor tersebut.

Kemudian acara berlanjut dengan parade nusantara, fakultas, dan UKM. Dipandu oleh MC Austin dan Rizky (kalau tidak salah) yang dikenal sebagai penyiar radio, acaranya bertamah ramai dan penuh dengan candaan khas penyiar radio. Iring-iringan parade dimulai dari parade nusantara. Awalnya aku biasa saja sampai aku menyadari ada Irin dan Tammy di antara barisan parade itu! Hahaha, ternyata mahasiswa baru yang sedang tampil di depan. Mereka memakai pakaian tradisional nusantara, lengkap dengan make up, seperti anak-anak yang ikut lomba busana adat. Iringan parade berlanjut lagi dengan parade fakultas. Penampilan paling menarik menurutku adalah Faperta dan Fapet. Bahkan anak-anak peternakan turut membawa sapi dalam iringan mereka! Haha. Karena sang MC, Rizky, adalah anak pertanian juga, dia memelesetkan nama-nama fakultas lain dengan nama-nama yang berhubungan dengan pertanian. Contohnya FISIP menjadi Fakultas Ilmu Sawah Ilmu Padi dan FKG menjadi Fakultas Kedokteran Gabah. Penampilan dengan aura menyeramkan adalah FTG (Fakultas Teknik Geologi). Mereka berjalan melintas dengan bendera kebesaran FTG dan jaket oranye yang membuatku teringat kepada fans Persija, The Jak. Hanya sekali meneriakkan yel FTG, lalu mereka berjalan melintas tanpa mengumbar senyum sedikitpun..

Bagian dari parade yang paling menghiburku adalah parade UKM. Unpad memiliki 33 UKM yang memiliki unit kegiatan di Jatinangor dan Dipati Ukur. Para senior berusaha tampil atraktif dan semenarik mungkin. Ada yang melakukan aksi semacam orasi, demo, dan aksi teatrikal dari BEM dan LPPMD, anak-anak PSM (Paduan Suara Mahasiswa) yang tampil ceria dengan kostum era kolonial Belanda, penampilan dari marching band, capoeira, dan masih banyak lagi. Ada lagi penampilan dari Padja Dance (semacam modern dance begitu) yang tampil memukau. Bukan hanya dari gerakannya, tapi juga orang yang terlibat di dalamnya. Ada satu lelaki di antara wanita dan satu wanita berkerudung. Baru kali itu aku melihat pemandangan seperti itu. Temanku juga ada yang ikut Padja Dance, tapi dia mengambil spesialisasi breakdance. Ternyata Padja Dance masih terbagi-bagi lagi.

Setelah berkesempatan melihat aksi-aksi dari senior, aku dan maba lainnya diberi kesempatan untuk memilih UKM. Kami berbaris sangat panjang dan mengantre di bawah terik matahari yang panas, membuat beberapa maba pingsan karena tidak kuat menahan terpaan panas, ditambah lagi dalam suasana bulan puasa seperti ini. Suasana di stand UKM juga tidak begitu jauh berbeda, sangat padat! Sebenarnya aku ingin ikut berbagai kegiatan, mulai dari Spektrum (unit fotografi Unpad), beladiri, KPM (Korps Protokoler Mahasiswa-berwibawa lihat penampilannya), pecinta alam, BEM, dan masih banyak lagi. Karena aku belum tahu seperti apa kehidupan perkuliahan dan cara belajarnya, jadi aku hanya memilih satu dulu, Spektrum. Kalau ada waktu dan kesempatan, perlahan aku akan menambah lagi kegiatanku.

Setelah melewati hari yang melelahkan, akhirnya aku bisa pulang sekitar pukul 13 siang bersama Vondra dan temannya yang berasal dari Akuntansi. Tiga hari berikutnya adalah acara tingkat fakultas yang harus dihadapi dan masuk pada pukul 6 pagi. Aku berharap bisa melewati seluruh rangkaian kegiatan dengan baik dan lancar sampai selesai, meskipun kadang merasa lelah, bosan, dan jenuh..

Berita terkait:

Selamat Datang Mahasiswa Baru Unpad!
Berita Video: Prosesi Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad

Mahasiswa Baru Unpad Kumpulkan 30 Ton Beras dan Ribuan Buku untuk Kegiatan Sosial
Rektor Perkenalkan Budaya RESPECT pada Mahasiswa Baru Unpad
Satu Lagi Rekor Muri Diraih Unpad, Replika Peta Indonesia dari Rangkaian Foto Terbanyak

First Week As Unpad-ers: Part 1-Before Ceremony

Akhirnya berhasil juga melewati minggu pertama yang melelahkan di sekolah baru bernama Universitas Padjadjaran (Unpad). Sekarang aku telah resmi menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Unpad. Meskipun baru seminggu, ada banyak hal menarik yang aku lihat, dengar, dan rasakan untuk diceritakan kepada semuanya. Di bagian pertama ini, aku akan menceritakan berbagai kejadian yang terjadi mulai dari tanggal 14-15 Agustus 2010. Let's start!

Sabtu, 14 Agustus 2010

Seperti yang sudah dijelaskan waktu registrasi dan pendataan di tingkat fakultas, kami (maba Fasa) harus berkumpul pada tanggal 14 Agustus untuk mengikuti acara pembekalan PFS (Pengenalan Fakultas Sastra) 2010. Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan berbagai informasi yang terkait acara PFS 2010 yang diadakan mulai tanggal 18-20 Agustus 2010. Kami harus berada di Unpad Jatinangor tepat pukul 7 pagi.

Aku berangkat dari rumah pagi-pagi di saat banyak orang tidur kembali setelah sahur dan shalat subuh, bahkan hal ini berlangsung selama satu minggu dan akibatnya aku selalu kurang tidur. Seperti biasa, aku menaiki mobil elf yang lewat arah Jatinangor. Sekarang aku menjadi tahu bukan hanya elf jurusan Bandung-Cirebon saja yang lewat saja, tapi juga elf jurusan Bandung-Cikijing dan masih banyak lagi.

Sesampainya di Unpad, aku dan yang lainnya disambut oleh senior yang sudah siap mengawasi dan berjaga di sepanjang jalan menuju lapangan parkir Fakultas Sastra. Kelihatannya mereka tatib karena memasang wajah yang muram dan galak. Meskipun sempat tegang melihat beberapa wajah senior, aku menanamkan pikiran bahwa sebenarnya mereka hanya dianugerahi bakat memasang wajah seperti itu dan punya selera humor yang baik layaknya remaja biasa. Intinya mereka galak karena tuntutan tugasnya sebagai tatib (baca: akting).

Setelah melewati barisan tatib yang bermata tajam dan angkuh, aku disambut oleh kakak PK (pembimbing kelompok) yang berteriak dan membawa papan nomor-nomor kelompok di lapangan parkir fakultas. Aku sendiri kebagian di kelompok 7. Berbeda dengan tatib, kakak PK ini begitu ramah dan menyenangkan. PK di kelompokku namanya Teh Adin dan Teh Ifa. Memang ada beberapa teman yang masuk sasta juga, seperti Fina, Arina, dan Lovi di Sastra Prancis dan satu lagi di Sastra Rusia. Tapi di antara mahasiswa baru yang kulihat sudah datang lebih dulu, tidak ada teman yang aku kenal, semuanya orang baru. Beberapa saat kemudian aku berkenalan dengan teman yang duduk di sebelahku, namanya Adit, anak Sastra Inggris asal Bandung dan dulunya sekolah di SMAN 5. Mukanya mirip dengan temanku, Todia yang sekarang kuliah di FK Unpad. Aku juga kenalan dengan temannya, Arie dan Tika yang berasal dari Karawang. Itulah teman baru yang pertama kali aku kenal di Fakultas Sastra (Fasa).

Setelah semuanya dianggap telah hadir, Kang Adit yang menjadi "komandan lapangan" datang dan memberi instruksi. Aku kira dia bakal galak dan tegas, tapi ternyata tidak galak dan tidak setegas yang kubayangkan (di dalam bayangaku dia sama seperti tatib). Kata temanku, wajahnya mirip seperti Irwansyah, haha :)) Ada Teh Icha dan Teh Syifa juga yang menjadi MC acara pagi itu. Meskipun Teh Icha itu perempuan, teriakannya hebat dan kencang. Setelah itu, aku dan yang lainnya diajari hymne Unpad, hymne Fakultas Sastra, mars almamater, dan yel-yel sastra. Kang Adit berteriak, "Posisi tangaaan!" dan disahut oleh kakak PK yang lainnya, "YUHUUU~" sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas. Lalu Kang Adit melanjutkan lagi, "Dalam hitungan ketiga, kita teriakkan yel-yel sastra!". Setelah hitungan ketiga, mereka meneriakkan yel-yel sambil menghentakkan kaki dan mengayunkan tangannya..
"We gonna GO, GO, Sastra GO! We gonna FIGHT, FIGHT, Sastra FIGHT! We gonna WIN, WIN, WIN, Sastra WIN! We gonna GO, FIGHT, WIN, SASTRAA!"
Aku tertawa geli saat kakak PK itu berteriak "YUHUUU~" sambil memasang posisi tangan. Aku tertawa kenapa bunyi sahutannya mesti "YUHUUU~", haha. Setelah dicontohkan, giliran kami yang meneriakkan yel-yel tersebut. Pastinya, posisi tangan ini tidak boleh dilupakan, hehe.

Kemudian kami dibawa ke Blue Stage, sebuah panggung pertunjukan terbuka yang hanya dimiliki oleh Fasa. Di sana, di bawah terik matahari yang panas, kami diajari bernyanyi hymne Unpad, hymne Sastra, dan mars almamater oleh PSM (Paduan Suara Mahasiswa). Katanya, lagu-lagu itu akan dinyanyikan saat upacara penerimaan di Unpad Dipatiukur tanggal 16 Agustus. Para senior menyemangati kami agar Fakultas Sastra menjadi yang paling keras dan bangga menyanyikan hymne-hymne kebanggaan Unpad itu. Berkali-kali kami menyanyikan tiga lagu itu seperti sesi latihan vokal. Mungkin saja setelah pulang aku bisa meniti karier sebagai penyanyi. Karena saat itu cuaca sangat terik dan panas, beberapa teman tumbang dan pingsan.

Ada satu hal yang membuatku heran karena namaku dipanggil untuk menerima pita medik warna merah. Padahal waktu medical check-up aku hanya bilang sempat sakit demam berdarah dan ada maag. Mungkin panitia tidak ingin mengambil resiko, jadinya aku diberi pita merah. Mungkin saja ada perlakuan khusus untuk pemakai pita merah.

Acara hari itu berakhir pada pukul 11 siang. Tidak seperti fakultas lain yang memberi perintah dan tugas macam-macam, fakultasku hanya memberi tugas menyampul buku dengan kertas spotlight Asturo No.10 (warna biru sastra), dan memakai kemeja putih lengan panjang dan celana SMA untuk laki-laki saat acara tanggal 18 Agustus. Alas duduk (disebutnya permadani, tapi hanya kertas spotlight), name tag, dan pita sastra sudah diberi oleh panitia.

Pulangnya aku ikut dengan Adit yang rumahnya di sekitar Soekarno-Hatta. Ternyata dia punya saudara perempuan angkat bernama Rima dan kuliah satu jurusan denganku, Sastra Jepang, bahkan satu angkatan. Adit biasa memanggilnya dengan sebutan "Kakak" hanya karena Rima lebih tua beberapa bulan darinya. Aku ikut dengannya sampai Bundaran Cibiru dan berjalan kaki dari sana sampai Sukamiskin. Aku merasakan sensasi berjalan kaki di bawah terik matahari, mantap!

Minggu, 15 Agustus 2010

Hari minggu aku harus kembali ke Unpad Jatinangor untuk mengambil jas almamater. Ini semua berawal saat tidak berhasil mendapatkan jas almamater pada hari pertama pengambilan jas, 9 Agustus 2010. Antrean sangat panjang saat aku, Widi, Fajar, Anto, dan Amy bersama-sama mau ambil jas pada hari itu. Karena malas mengantre, kami main dulu ke Jatos sambil menunggu sampai siang. Ternyata, pada siang hari dapat kabar buruk bahwa jasnya sudah habis! Antrean masih panjang, tapi jas sudah habis? Belakangan aku tahu bahwa semua itu gara-gara kesalahan teknis konveksi. Akibatnya, pengambilan jas diundur menjadi tanggal 15 Agustus.

Tanggal 15 Agustus, aku, Fajar, dan Anto pergi ke Unpad sekitar pukul 9 pagi. Hanya butuh 30 menit bagi Fajar untuk sampai ke Jatinangor dengan mobilnya. Seperti yang sudah diduga, antrean sudah mengular panjang. Saat mengantre itu aku bertemu dengan banyak teman yang lainnya, seperti Jipeng, Medi, Chila, Reiza, Dhira, Diba, Anyun, Amy, Dape, Karina (saudara Anto), Widi, Heyne, dan masih banyak lagi. Sebenarnya ada banyak anak-anak seangkatan dari SMAN 20 yang kuliah di Unpad, tapi tersebar di berbagai fakultas. Butuh waktu satu jam hanya untuk mengantre saja. Sialnya lagi, pengambilan jas dilakukan berdasarkan jalur penerimaannya. Yang diterima lewat jalur SMUP antreannya panjang dan mengular, sedangkan jalur SNMPTN langsung melenggang saja ke GOR yang ada di sebelah Bale Santika. Aku hanya perlu menyerahkan KTM kepada petugas dan menunggu panggilan. Menunggu panggilan nama di Bale Santika juga butuh kesabaran karena di dalam ada banyak orang yang masih menunggu untuk dipanggil namanya. Akhirnya, aku berhasil juga mendapatkan jas almamater dengan ukuran M. Aku juga mengambil kaos angkatan 2010 di stand pengambilan kaos di samping Bale Santika. Aku merasa lebih tertarik desain kaos angkatan 2009 daripada 2010 karena kaos angkatan tahun lalu desain sablonnya adalah batik.

Kaos angkatan 2010 dan jas almamater Unpad-photo taken by me at my room, Tuesday, August 24, 2010

Setelah beres, aku, Fajar, Anto, Karina, Widi, Davin, Manda, dan Amy segera meluncur ke Jatos, tempat nongkrong nomor satu se-Jatinangor. Seperti kunjungan ke Jatos yang sebelum-sebelumnya, kami main billiard di lantai paling atas di Jatos. Kemudian kami pergi ke toko buku di pinggir jalan untuk membeli buku yang wajib dibawa pada tanggal 16 Agustus. Harganya sih murah, hanya Rp10.000,00, tapi bukunya sudah lama dan berusia puluhan tahun. Aku sendiri sudah membeli jauh-jauh hari. Selesai membeli buku, aku, Fajar, dan Anto mengantar Karina yang asalnya dari Majalengka ke rumah tantenya di Margahayu. Ternyata tantenya sedang pergi dan kunci rumahnya dititipkan kepada salah satu keponakan yang tinggal dekat dengannya. Nama keponakannya Pepty (begitulah yang terdengar di telingaku), anak Jurusan Kimia Unpad yang ternyata bertugas sebagai tatib di acara Prabu (Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad) 2010! Dia memberitahu bahwa tidak ada acara bentak-bentakan untuk acara tanggal 16 Agustus.

Pulangnya, sekitar pukul 15.30 sore, aku diantar oleh Fajar dan Anto dengan mobil Fajar. Untunglah, soalnya hari itu aku merasa kelelahan, bahkan sempat tertidur di mobil Fajar. Aku pun bersiap untuk menghadapi hari esok, hari penerimaan mahasiswa baru secara resmi di universitas.