RSS

More than Thousand Words..

Setelah berkeliling di dalam Jonas Photo, Jl. Banda, aku mampir ke Tokyo Connection untuk sejenak menikmati me-time dan menulis apa yang sudah aku amati di dalam Jonas tadi. Tadi pagi, awalnya sih enggak ada maksud untuk datang ke Jonas ataupun Tokyo Connection, tapi si adek yang sedang menghadiri acara wisuda minta aku untuk mengantarkan buku novel karangannya sebagai kenang-kenangan untuk sekolahnya..ya sudah deh..sekalian mampir aja jadinya, hehe..

Kembali ke topik, di Jonas, aku memperhatikan foto-foto orang bersama keluarganya, temannya, koleganya, atau orang-orang terdekatnya yang dipajang dalam bingkai di dinding. Ada foto Wali Kota Dada Rosada bersama keluarganya, Wakil Gubernur Dede Yusuf bersama istrinya, foto bersama teman-teman satu sekolahnya, dan lain-lain. Aku tahu itu adalah contoh hasil cetakan Jonas untuk dipamerkan agar orang-orang bisa membayangkan ukuran fotonya bila ingin order, menilai kualitas cetakan, dan menambah atmosfer bagus tokonya. Dari ketiga hal itu, aku mendapatkan atmosfernya. Ada foto yang terlihat anggun, resmi, atau santai dengan ekspresi kebahagiaan dan keceriaan orang-orang di dalam foto itu. Tentu aku bukanlah bagian dari mereka yang ada di foto itu. Tapi aku bisa merasakan emosi-emosi mereka dan merasa ikut senang melihat foto-foto yang dipajang di sana. Terlepas dari kehidupan realita mereka, aku bisa menilai dari ekspresi-ekspresi di foto itu, "wah, ini keluarga yang bahagia ya. Kompak pada ngumpul semua", "kayaknya asik banget ini teman-temannya, kelihatan seneng semua, kompak". Sebuah foto itu memang bisa bermakna lebih dari ribuan kata, begitu kata orang. Penjelasan berupa kata-kata untuk sebuah foto, sesungguhnya sudah terwakili dan terkandung dalam foto itu sendiri. Biarkan setiap orang yang melihat, menilai dengan persepsinya sendiri. Itulah alasan mengapa sebuah foto bisa bermakna lebih dari ribuan kata.

Bicara soal foto lagi, aku punya beberapa cerita. Dosen tamu orang Jepang (Sensei) yang pernah mengajariku bilang dia terkesan dengan foto keluarganya orang Indonesia. Alasannya adalah di sini foto keluarganya ekspresif dan harganya murah. Hampir semua keluarga di Indonesia punya foto keluarga ukuran besar yang dipajang di rumahnya. Kata sensei, di Jepang tidak seperti itu. Hmm, mungkin ada perbedaan budaya juga kali ya? Kalau keluarga aku sendiri tidak pernah foto keluarga di studio foto begitu. Makanya di rumahku tidak ada foto keluarga yang dipajang seperti keluarga-keluarga lainnya. Alasannya sih mungkin keluargaku tidak begitu doyan di foto, haha. Kemarin aku bertanya pada ibuku, "Bu, nanti kalau aku wisuda kuliah, kita foto keluarga enggak (di studio foto)?". Ibuku ketawa saja, kemudian aku melanjutkan lagi, "Ah, asa gimana gitu Bu ih, asa repot. Mending di luar aja langsung". 

Satu hal lagi, menurutku, sebuah foto akan semakin dalam maknanya seiring berjalannya waktu. Semakin lama, semakin dalam maknanya. Memori atau kenangan dalam foto akan semakin menguat dan memberikan makna yang istimewa. Ada banyak cerita yang bisa muncul dari foto yang penuh kenangan itu. Aku sendiri bisa merasakan emosi yang lebih saat melihat foto-foto lama. Seolah membangkitkan ingatan yang lama, ingin memutar waktu ke masa itu.. 

0 komentar:

Posting Komentar