RSS

Satu Tahun Blogging (Keterpaksaan yang Menjadi Hobi)

Sudah satu tahun berlalu sejak aku berkecimpung di dunia blog. Dulu aku tak pernah berpikir untuk memulai blogging di dunia maya ini. Tapi, semua hal tentang dunia blog yang aku ketahui sekarang berawal dari tugas yang diberikan oleh guru TIK SMA tempat aku belajar, Pak Ihsan, lebih tepatnya lagi Ihsan Zakian, sekitar bulan April 2009. Jujur saja, aku memulai blogging karena keterpaksaan untuk mengejar nilai tugas TIK. Waktu itu Pak Ihsan memberikan tugas membuat blog dengan situs blog gratis, Blogspot. Blog tersebut harus diisi dengan posting, Alexa Traffic Ranking (mengukur tingkat kepopuleran blog), dan kolom iklan. Tugas tersebut semuanya dikumpulkan di http://computer.myzakian.com, website-nya Pak Ihsan.

Kebanyakan dari temanku hanya sekadar menunaikan kewajiban saja dan setelah itu blog-nya terbengkalai begitu saja. Tapi aku berpikiran lain. Apa salahnya mencoba meneruskan dan membuat posting-posting yang lain? Rasanya sayang juga kalau membiarkan blog yang sudah dibuat terbengkalai. Lagi pula, aku memang punya hobi menulis dan mengungkapkan apa yang ada di dalam kepalaku. Berawal dari alasan seperti itu aku memulai langkah untuk menulis segala hal yang aku rasakan di dalam blog ini. Harapan dan tujuan aku blogging sebenarnya pernah aku tulis di posting pertama blog ini dengan judul 'WELCOME TO MY BLOG (INTRODUCTION)' yang diterbitkan pada tanggal 17 April 2009. Sementara itu, posting hari ini adalah posting ke-66 dan ada dua entri lagi yang belum diterbitkan.

Kira-kira tiga bulan setelah mencoba Blogspot, aku membuat blog baru di situs Tumblr. Bagiku, ada perbedaan fungsi mendasar yang membedakan Blogspot dan Tumblr. Aku menuliskan berbagai pengalaman pribadi dan pemikiranku di Blogspot. Sementara itu, Tumblr aku pakai untuk menulis cerita-cerita ringan yang terjadi di sekitarku. Penggunaan bahasanya juga lebih santai di Tumblr dari pada Blogspot. Aku masih aktif posting entri di Blogspot dan Tumblr, walaupun aku lebih suka posting entri di Tumblr daripada Blogspot. Situs Tumblr menyajikan berbagai informasi menarik, kreatif, unik, dan inovatif serta jumlah pengguna yang banyak. Tetapi aku akan berusaha konsisten untuk menulis di blog punyaku di Blogspot dan juga Tumblr. Aku tidak ingin berhenti di tengah-tengah, bahkan aku berencana membuat blog di Wordpress yang berisi tentang berbagai peristiwa menarik yang terjadi di dunia ini. Oh iya, alasanku membuat blog di situs-situs yang berbeda adalah membandingkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki situs-situs tersebut. Lagi pula aku tidak ingin mengembangkan blog secara monoton.

Ternyata, setelah menjalani semua ini selama satu tahun, aku menyadari betapa blogging itu menyenangkan. Aku lebih suka langsung menulis di blog ini dari pada menulis terlebih dahulu di selembar kertas. Mungkin kalau blog itu tulisannya rapi dan enak dipandang, haha. Harapanku ke depan adalah aku masih ingin terus menulis dan membagi ide, cerita dan gagasanku kepada dunia ini.

Ah, blogging, hobi yang berawal dari keterpaksaan. Mungkin aku akan menemukan hobi-hobi lain yang berawal dari keterpaksaan, haha :))


Here we go, life is waiting to begin! Life is the adventure :)

Menjelang Detik-Detik Hari Kelulusan

Beberapa jam lagi hari penentuan itu akan tiba. Hari penentuan di mana kita, siswa-siswi SMA angkatan 2010, akan menerima kabar kelulusan UN. Banyak di antara teman-temanku yang berharap sambil cemas dan galau menunggu kabar kelulusan itu. Padahal jauh hari sebelum hari pengumuman kelulusan itu tiba, kita malah merasa biasa dan tenang-tenang saja. Tak terpikirkan sebelumnya kalau ternyata beberapa hari menjelang pengumuman itu justru ketegangan datang menghampiri dan semakin memuncak seiring mendekatnya hari penentuan itu. Semoga saja besok kita semua menerima kabar baik bahwa kita menerima surat kelulusan, Amin. Sebenarnya kalau kita memerhatikan kebijakan pemerintah, besok (26/04) bukanlah pengumuman untuk menentukan siswa yang lulus dan tidak lulus, akan tetapi pengumuman siswa yang lulus dan mengulang kembali (remedial) UN. Walaupun namanya remedial, tetap saja kita maunya lulus hanya dengan satu kali ujian.

Menjelang hari pengumuman tiba, aku merenungi kembali segala hal dan peristiwa yang terjadi sebelum UN. Ternyata, setelah aku renungkan dan flash back ke masa lalu, tanpa sadar aku sudah banyak membuang waktu dengan percuma tanpa mempersiapkan UN secara matang. Aku teringat kembali tentang kelakuanku saat semester pertama kelas XII, saat pertama kalinya aku mabal pelajaran yang sedang tidak aku suka, kemudian saat pemantapan UN malah tidak memerhatikan guru (soalnya aku kadang enggak ngerti apa yang lagi dibahas oleh guru), sudah dibiayai les di SSC malah datang telat dan tidur di kelas, dan menjelang UN malah semakin banyak main, terutama main kartu poker di kelas. Aku mulai berlatih soal-soal malah beberapa minggu menjelang ujian dan semakin intensif saat UN tinggal satu minggu lagi. Aku teringat kembali akan buku-buku pemantapan yang banyak kosong tak terisi karena malas mencatat saat pemantapan UN. Hanya di awal-awal saja aku semangat mengikuti pemantapan. Selanjutnya jadi malas, walaupun aku masuk kelas terus saat pemantapan. Maklum, tingkat kejenuhan semakin meningkat seiring dengan mendekatnya UN. Suasana bertambah jenuh dan konsentrasi terbagi dengan kenyataan bahwa aku bukan hanya menghadapai UN, tetapi juga tes masuk PTN.

Beberapa hari menjelang UN, bukan hanya sibuk belajar saja, tetapi juga sibuk mempersiapkan dan mencari bocoran kunci jawaban UN kepada oknum tertentu. Aku ingat waktu di kelas, semua anak kelas berunding untuk membeli kunci jawaban UN dengan harga Rp55.000,00 per orang. Sebenarnya aku prihatin dengan kelakuan ini, tapi aku juga memahami kalau mereka sebenarnya melakukan itu karena dihinggapi rasa takut dan cemas akan kegagalan mengerjakan soal. Manusia itu memiliki rasa takut karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Waktu itu aku bilang, "Daripada dipakai buat beli bocoran, mending dipakai buat beli CD porno!". Yah, aku memang sensitif dengan hal-hal seperti itu yang bertentangan dengan prinsip hidupku.

Tiga hari menjelang UN, tepatnya hari Jumat, sekolah mengadakan doa bersama menjelang UN. Acara doa dan pemberian motivasi bagi siswa ini tidak aku ikuti dengan serius. Tetap saja banyak ketawa, malah sibuk ngobrol sendiri, dan tidur pada saat acara berlangsung. Saat muhasabah berlangsung, barulah kondisi dan suasana mulai serius karena cara bicara pemateri yang begitu menggebu-gebu dan penuh penghayatan. Acara terakhir ditutup dengan salam dan saling bermaaf-maafkan sambil meminta doa kelancaran untuk ujian.

Akhirnya hari-H tiba juga. Aku melangkahkan kaki ke sekolah dengan persiapan UN seada dan sebisa yang aku persiapkan. Aku ingat hari pertama UN, Senin, 22 Maret 2010 adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Satu hal yang akan selalu aku ingat sebelum masuk ruang ujian adalah anak-anak kelas sibuk menghimpun dan mengumpulkan bocoran kunci jawaban yang sudah beredar lewat SMS. Beberapa jam sebelum ujian, ada beberapa oknum yang telah dibayar mengerjakan soalnya dan mengedarkan jawabannya pada pagi hari. Kalau anak-anak kelas lain melakukannya di rumah tertentu yang sudah disepakati, kelas aku melakukannya di depan kelas ruang ujian. Untungnya ruang ujian kelas aku berada di tempat yang tidak begitu mencolok dan tidak terlihat oleh panitia dan pengawas ujian. Begitulah selama seminggu praktik itu berlangsung.

Masalah muncul begitu ternyata kunci bocoran dan jawaban dari soal begitu jauh berbeda. Hal itu terjadi pada saat ujian hari pertama. Banyak jawaban yang tidak akurat dan menyesatkan. Katanya sih, soal yang aslinya diduga bocor sehingga diganti dengan soal cadangan lainnya, makanya kuncinya juga jadi berbeda lagi (Aku sendiri tidak mengerti soal yang begini). Lalu, ada cerita dari teman juga kalau ada anak suatu sekolah yang menggunakan kunci bocoran dan begitu tersadar, itu adalah kunci yang berbeda kode dengan kode soal yang dia kerjakan. Waduh, gawat juga kalau begitu, ckck. Kalau tidak salah, entah hari Kamis atau Jumat, bocoran kunci justru datang dari Garut! Katanya sih memang benar jawabannya. Walaupun bocoran sudah beredar luas, teman-temanku tidak begitu saja percaya dan mengikuti bocoran itu. Ada beberapa teman yang pintar dan cerdas memastikan keakuratan dari kunci bocoran. Istilahnya 'tembus' dan 'tidak tembus'.

Aku sendiri hanya mengamati kelakuan mereka saja. Aku tidak menggunakan bocoran itu, meskipun sebelumnya aku mencatat bocoran itu karena penasaran dengan tingkat keakuratannya. Ternyata tingkat persiapan menentukan juga pada saat mengerjakan soal. Jujur saja, saat materi ujian memasuki pelajaran MIPA, aku tidak begitu lancar mengisi jawabannya. Di setiap mata pelajaran MIPA, ada 10-15 soal yang aku tembak dari 40 soal. Paling parah ya matematika, dari 40 soal kurang lebih yang dikerjakan hanya 24 soal saja. Sisanya apalagi kalau tidak ditembak? Mungkin kalau dirata-rata, hasil ujiannya sedikit di atas level pas-pasan (Insya Allah LULUS, amin).

Ada satu hal lagi yang membuatku jengkel dan kesal selain masalah bocoran itu, yaitu kesombongan pemerintah yang menjamin soal UN tidak akan bocor. Oke, secara prosedur tetap dan teori aku akui itu bagus. Tapi pada praktik dan kondisi lapangan, siapa yang tahu hal begitu bisa dijamin? Semua hal seperti itu bergantung pada mental individu masing-masing. Pemerintah jangan naif dan menafikan soal kebocoran UN. Ini sudah menjadi rahasia umum di dunia pendidikan kita.

Kini, UN telah berlalu dan tiba juga saatnya hari pengumuman. Menjelang detik-detik hari penentuan ini ketegangan semakin memuncak di benak seluruh angkatan 2010. Hal yang wajar sebagai sifat alami dari manusia yang mencemaskan dan mengkhawatirkan masa depan yang tak pasti. Tapi, setahap demi setahap, tirai ketidakpastian masa depan itu akan tersibak seiring dengan berjalannya waktu. Apapun yang terjadi nanti, kita harus mempersiapkan mental kita. Kalau lulus, alhamdulillah harus disyukuri. Kalau tidak, bukan berarti tidak lulus. Hanya saja harus diremedial satu kali lagi, artinya masih ada kesempatan satu kali lagi. Jangan sampai jatuh pada depresi dan frustrasi, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali. Hmm, bicara itu memang paling gampang, tapi praktiknya belum tentu bisa setegar itu.

Disaat tukang pos begitu penting-@reizaa via Twitter

photography session #22 'we have a same dream to wear a yellow jacket :)'

2 Maret 2010. Aku mulai memasuki etape akhir terberat SMA yang harus kulalui: UN dan persiapan ujian SIMAK UI. Mulai hari itu setiap selasa, kamis, dan sabtu, aku-mau tidak mau-mengikuti intensif SIMAK UI khusus IPS di SSC Jl. Diponegoro. Aku ingat hari pertama les adalah pelajaran matematika dan datang telat 30 menit, haha :)) Waktu itu kelas masih belum dibagi jadi dua sehingga begitu aku masuk, kelas sudah hampir terisi penuh. Hari pertama masuk, teman yang pertama kali aku kenal adalah Lidhiya, anak SMAN 1 Bandung. Jurusan yang dia pilih adalah Psikologi UI. Waktu awal masuk semuanya berjalan seperti biasa saja, tidak ada kesan-kesan sama sekali. Tapi dalam hati, sebenarnya aku ingin mengenal teman-teman baruku lebih jauh lagi, saling berbagi mimpi kuliah di UI. Intinya, aku ingin mengenal mereka, tapi aku malu untuk bertanya.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai akrab dengan teman-teman baruku. Apalagi setelah kelas dibagi menjadi dua. Aku kebagian di R.534 bersama delapan temanku (mereka inilah yang paling sering nongol di kelas) dan dua orang lagi yang jarang hadir di kelas. Mereka adalah Idzan, Mega, Tami, Icha, Finna, Blenda, Dea dan Lidhiya. Yep, 2 laki berbanding 6 wanita. Kadang kalau tidak ada Idzan, jadi 1 laki berbanding 6 wanita, hahaha. "Dikelilingi wanita, serasa jadi raja Arab!" begitulah kata Dea.

Menurutku, orang yang paling meramaikan suasana kelas adalah Icha dan Finna. Si Icha tukang nyeletuk dan Finna si jago ketawa dan nge-garing. Gara-gara mereka suasana kelas jadi hangat dan ramai. Pernah kita bermimpi membayangkan rasanya jadi anak kosan, padahal diterima saja belum, hahaha :))

kiri atas: Idzan dan aku kiri bawah: Mega dan Tami

Oke, sekarang langsung saja aku menyampaikan kesan-kesan pertama bertemu teman-teman baruku ini, dimulai dari yang paling menonjol di kelas:

1. Icha (Rizka Sucianty Gunawan): Anak asli Sumedang ini punya hobi nyeletuk sana-sini dan paling aktif berbicara. Sudah alumni dan berumur 19 tahun. Kata aku sih anaknya Tomboy, ditambah dengan rambut pendek dan celana pendek tiap kali les, hahaha :))

2. Finna (Alifinna Mayshadika M.): Anak SMAN 3, awalnya aku kira anak biasa aja. Tapi temanku di SMAN 3, Bajje, bilang kalau Finna anaknya berisik dan rame abis. Hmm, awalnya aku tidak percaya. Eh, semakin ke sini bener juga apa kata Bajje. Di kelas intensif, dia paling jago dalam masalah ketawa dan nge-garing! Tipe yang supel dan cepat bergaul.

3. Idzan (Akhmad Hafidzan Adzani): Anak SMAN 3 juga dan waktu pertama kali kenal dia, maunya pilih jurusan HI. Tapi entah benar atau enggak dia memilih jurusan itu. Anaknya cukup berwawasan luas dan sepertinya sangat akrab dan punya banyak kenalan perempuan :)) haha

4. Tami (Roberta Octami Sorongan): Pertama kali melihat dia, aku menyangka dia adalah alumni dan sudah kuliah. Maklum dandanannya kelihatan dewasa dengan rambut pendeknya, kacamata, dan scarf yang selalu melilit di lehernya. Tapi aku kaget saat dia bilang masih sekolah di SMAN 3 Bandung, ditambah lagi dengan fakta bahwa dia umurnya dua tahun lebih muda dari aku dan yang lainnya! (kelahiran 1994). Ternyata dia ikut kelas akselerasi di SMP dan SMA. Pantas saja. Satu hal yang akan aku ingat adalah aku dan dia selalu masuk dalam formasi anak-anak paling telat pulang, haha.

5. Blenda (Blenda Wijoyo): Anak SMAN 3 Bandung juga, emm..kesan khususnya apa ya? haha :))

6. Lidhiya (Lidhiya Safroh Khaira Ummah): Anak SMAN 1 Bandung dan dia adalah orang yang pertama kali aku kenal di tempat les. Satu hal yang menjadi ciri khasnya adalah suaranya yang lembut dan kecil.

7. Mega: Anak SMAN 5 Bandung. Tapi waktu pertama kali aku kenal, kesannya dia seperti yang sudah kuliah, ckckck.

8. Dea (Mutia Amalia): Anak SMAN 3 Bandung, menurutku dia cukup perkasa untuk seorang wanita. Terlihat dari gaya bicara dan topik pembicaraannya. Kata Bajje, dia adalah anak KANST (keamanan 3) sekaligus Kioser (tongkrongan anak 3). Meskipun begitu, dia rame kalau diajak ngobrol santai.

Hari terakhir les intensif SIMAK UI :'( (9/4/10)

Petemuan demi pertemuan telah dilalui sampai akhirnya tiba juga hari di mana masa intensif telah selesai. Meskipun baru saja saling mengenal selama satu bulan, tapi rasanya seperti yang sudah akrab selama satu tahun. Mungkin itu semua karena kita memiliki mimpi dan tujuan yang sama. Sangat menyenangkan kita bisa saling berbagi mimpi-mimpi yang kita miliki.

Terakhir, kita main bareng ke Ciwalk pada tanggal 12 April 2010. Meskipun waktu itu badan terasa sangat capek karena UAS praktik olah raga, aku tetap datang main untuk melepas rasa lelahku. Di sana makan-makan, karaokean, dan photobox (itu pertama kalinya aku mencoba seperti apa rasanya photobox itu). Kapan lagi ya kita bisa main seperti itu, hahaha :))

Anak-anak R.534: Idzan, Mega, Tami, Finna, Icha, dan Blenda (Minus Dea dan Lidhiya)

semoga kita semua bisa bertemu lagi di kampus impian kita dengan jaket almamater kuning, amin. Because we have a same dream to wear a yellow jacket :)

photo 1 and 3 taken at Ciwalk, Monday, April, 12, 2010
photo 2 taken by me at SSC Diponegoro, Friday, April 9, 2010

Banyak Jalan Menuju Roma

Belakangan ini aku sering merasa gelisah, galau, khawatir, cemas, dan perasaan-perasaan lain yang satu kelompok dengan rasa takut. Maklumlah kalau aku merasakan hal seperti itu, karena saat ini aku berada di akhir kelas XII dan menunggu pengumuman kelulusan SMA dan perguruan tinggi. Begitupun dengan teman-temanku angkatan 2010. Inilah salah satu bagian dari ujian hidup yang harus dilewati.

Minggu lalu aku mengikuti ujian SIMAK UI. Jurusan yang aku ambil ada tiga, HI, ilmu politik, dan sastra Jepang. Kekhawatiranku mulai muncul setelah ujian SIMAK UI selesai. Aku tidak mengisi jawaban dengan maksimal saat mengerjakan ujian karena soalnya tergolong sulit dan tertekan secara mental dengan suasana tegang di ruang ujian. Hasilnya, dari total 120 soal yang diujikan (60 soal kemampuan dasar dan 60 soal kemampuan IPS), kira-kira sekitar 40 soal yang berhasil dijawab. Itu pun tidak semuanya diisi benar. Sekarang aku hanya bisa pasrah dan berdoa dalam kegelisahan ini agar saat pengumuman ujian 15 Mei nanti, aku diterima di kampus impianku. Amiin :)

Kemudian minggu depan masih ada ujian SMUP UNPAD yang harus harus ditempuh. Kalau dibandingkan dengan UI, soal ujiannya lebih mudah karena yang diujikan hanya TKA (Tes Kemampuan Akademik-Matematika dasar, bahasa Indonesia, bahasa Inggris) dan TKB (Tes Kemampuan Bakat-semacam TPA). Jurusan yang aku ambil ada dua, HI dan sastra Jepang. Rencananya dalam kondisi buruk (semoga saja tidak terjadi), jika UNPAD diterima tetapi UI tidak diterima, aku langsung mengambil UNPAD. Jadi istilahnya UNPAD menjadi cadangan. Berkaca dari pengalaman saat mengerjakan soal SIMAK UI, semoga saja soal SMUP UNPAD bisa dikerjakan lebih baik.

Tapi ada satu hal yang jauh lebih penting daripada sekadar mengerjakan soal-soal ujian berbagai perguruan tinggi, yaitu bagaimana cara menyikapi jalan kehidupan yang akan kita tempuh. Kita memang tidak tahu masa depan seperti apa yang akan kita temui kelak. Tapi kita sudah hampir memasuki usia dewasa, jadi cara bersikap juga harus lebih dewasa, bijak, dan siap menanggung segala konsekuensi yang akan dihadapi.

Jika kita berhasil menempuh ujian ini, tentunya harus disyukuri karena tidak semua orang bernasib sama atau mujur. Ada juga orang yang gagal dan harus mencoba lagi. Satu hal lagi, jangan terlena dengan keberhasilan sesaat ini. Segera rencanakan apa saja yang akan dilakukan saat kuliah nanti sebagai modal awal untuk bekerja dan hidup mandiri. Malu kan kalau sudah besar tapi hidup masih bergantung kepada orang lain? Kalaupun gagal, jangan sampai terpuruk dalam kegagalan itu, segera cari peluang-peluang lain yang ada karena hidup ini penuh dengan peluang dan jalan. Kalau sampai stres gara-gara gagal juga kan tidak akan menyelesaikan masalah.

Bukankah kita sering mendengar ungkapan 'Banyak jalan menuju Roma'. Untuk menuju Roma di Italia, bisa saja kita langsung memakai pesawat, memutari lautan dengan kapal, ataupun lewat darat sambil singgah di berbagai negara dulu. Begitupun juga saat meyikapi kegagalan. Saat kita gagal menempuh cara pertama, pilih cara yang kedua. Bila gagal juga, pilih cara ketiga, dan seterusnya sampai kita berhasil mencapai tujuan yang diinginkan, walaupun cara yang harus ditempuh itu berputar kesana kesini, naik turun, dan ke kanan lalu ke kiri dulu. Boleh saja menempuh cara apapun, asalkan halal dan tidak merugikan orang lain, hehe. Hal ini tidak hanya berlaku untuk menghadapi ujian saat ini, tapi juga di waktu-waktu lain saat dihadapkan pada ujian kehidupan yang mengharuskan kita untuk mengambil satu pilihan.

Terakhir, apapun pilihan yang diambil, jangan lupa berdoa, berikhtiar, sabar, dan tawakal kepada Allah, karena hanya dengan mengingat-Nya kita bisa merasakan ketenangan, sesulit apapun kondisi hidup yang kita alami. Sukses buat 2010! :D Don't ever give up just try and try to get what you want

Ya Allah, berikanlah kekuatan padaku untuk tetap konsisten dengan ucapanku, amin..