RSS

Here we go, life is waiting to begin!-PART2

Akhirnya tiba juga hari baru yang sesungguhnya. Mulai besok, aku akan memasang kancing kemejaku, mengenakan celanaku, mengikat tali sepatuku, dan menenteng tasku menuju sekolah baruku, Universitas Padjadjaran. Ya, besok adalah hari kuliah perdanaku setelah menjalani satu minggu masa penerimaan dan pra ospek. Besok adalah penanda bahwa hari baruku sebagai mahasiswa resmi telah dimulai.

Mulai besok dan hari-hari selanjutnya aku bakal jarang posting sesuatu di sini karena aku ingin lebih banyak terlibat dengan aktivitas kuliah, kemahasiswaan, bergaul dengan banyak orang, dan melanjutkan berbagai 'proyek-proyek' yang terbengkalai karena kesibukanku dan terlalu banyak online di komputer. Aku tidak ingin terlalu banyak diam dan ingin mulai bekerja untuk mewujudkan mimpiku.

Aku ingin menyongsong hidupku dengan melakukan berbagai aktivitas dan ingin bersosialisasi dengan banyak orang. here we go, life is waiting to begin!

::Jangan khawatir, meskipun bakal jarang posting, aku akan tetap konsisten dan berusaha untuk menulis setiap bulannya.

First Week As Unpad-ers: Part 4-Challenges And Problems To Be Solved

Judul posting bagian ke-4 ini adalah tantangan dan masalah yang harus dipecahkan. Setelah melewati tantangan bagaimana menembus PTN, kali ini pokok masalahnya adalah bagaimana beradaptasi dengan lingkungan dan suasana dunia perkuliahan yang baru bagi kita. Saat ini aku sedang mengalami masalah yang cukup berat, meskipun baru satu minggu menjalani kehidupan dunia kampus bersama teman dan lingkungan yang baru. Aku merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dan sulit juga menemukan teman baru yang cocok. Baru jarak antara Bandung-Jatinangor saja mengalami semacam shock, bagaimana nasibnya nanti aku hidup jauh di luar negeri sana? Hal itulah yang membuatku kadang tidak betah dan ingin mengulang kembali masa-masa SMA bersama teman-temanku yang dulu. Ternyata bukan hanya aku saja yang mengalami perasaan seperti itu. Ada juga teman-temanku yang mengalami kondisi yang sama denganku.

Sedari dulu aku memang lebih suka membiarkan orang lain yang memulai pembicaraan. Aku takut kalau pembicaraanku membosankan dan tidak menarik. Aku lebih banyak bergaul dengan orang secara tidak langsung, seperti lewat Twitter, Y!m, dan Facebook. Tapi, sebenarnya aku bosan dengan cara bergaul seperti itu dan ingin banyak bergaul dengan orang lain secara langsung. Aku yakin bahwa interaksi secara langsung bisa membuat hubungan dengan orang tersebut lebih dekat dan erat. Masalahnya, aku tidak tahu bagaimana cara memulainya itu. Kenyataan selalu saja berbeda dengan apa yang aku bayangkan.

Awalnya aku ingin berkenalan dengan banyak orang sejak pembagian kelompok di tingkat universitas. Tapi, setelah dibagi kelompok pun jumlah orangnya masih terlalu banyak dan tidak ada waktu untuk berkenalan secara lebih jauh. Aku hanya berkenalan dengan Adit, anak Akuntansi yang berasal dari Denpasar dan orang di sebelahku yang mirip dengan Fitra (teman SMA) yang berasal dari Lampung. Barulah pada tingkat fakultas dan jurusan, aku mulai mengenal teman-teman baruku. Ada teman kelompok PFS (kelompok 7/9 Nawal El-Saadawi), teman kelas, dan kelas mabim benkyo 9.

Sebenarnya ada teman-teman baruku yang ramai, asyik, dan menyenangkan, seperti Ryu dan Kelvin. Aku juga sempat nongkrong bersama Ryu, Kelvin, Sayuda, dan Rudi setelah acara pra ospek beres lebih cepat. Sempat juga kenalan dengan orang Korea bernama Choo Moo Jin. Tapi, tetap saja aku merasa ada yang kurang di dalam hati ini. Meskipun aku berbaur dengan mereka, aku selalu kesulitan untuk mengungkapkan pendapatku dan membagi apa yang aku miliki. Malah, aku merasa ingin lebih dekat kepada senior-senior PK (pembimbing kelompok) yang menurutku bisa diajak berbincang-bincang, meskipun saat SMA aku tidak terlalu menyukai senior. Mungkin itu karena senior-senior di kampus berbeda dari senior saat SMA. Mereka sudah memiliki visi dan misi yang jelas, pengalaman, dan memiliki pengetahuan yang baru bagiku.

Untungnya beberapa hari yang lalu, setelah selesai acara Jikoshokai (pengenalan) Sastra Jepang, aku berkenalan dengan Dara yang dulu sekolah di SMAN 14. Perkenalanku dengannya cukup unik. Aku sedang berjalan untuk pulang dan tiba-tiba dia memanggil namaku dari belakang. Aku tidak sadar sebelumnya kalau dia adalah Dara. Sebenarnya aku sudah berekenalan dengan dia lewat Y!m dan aku dikenalkan juga oleh Dikky. Kesan pertamaku adalah dia lebih kecil dari yang aku kira, haha. Akhirnya aku dan dia pulang bersama dengan menaiki bis Bhinneka karena kami searah jalur pulangnya. Sepanjang perjalanan kami bercerita banyak dan aku merasa lega bisa bercerita seperti itu dengan orang baru. Ditambah lagi dia banyak bertanya sehingga ada umpan balik antara aku dan dia. Itulah pertama kalinya sejak masuk Unpad aku merasa senang mendapat teman baru.

Aku mulai menyadari enaknya menjadi anak kosan, meskipun aku sendiri bukan anak kosan. Aku menyadarinya saat Ryu, Kelvin, Sayuda, Rudi, dan teman-teman kos lainnya mengadakan bubar (buka bareng) seusai acara Jikoshokai. Aku diajak juga, tapi tidak ikut karena memang sedang ingin pulang. Kebanyakan temanku adalah anak kos dan interaksi serta pergaulan sesama mereka sudah terjalin erat sejak di kosan. Jadi, mereka sudah saling mengenal sifat dan karakter temannya secara dekat. Berbeda dengan aku yang hanya bergaul dengan mereka saat di kampus saja, tentunya interaksiku tidak sekuat mereka yang kosan. Mereka selalu bersama sejak pergi ke kampus, kembali ke kosan, bahkan saat menjalani hari-hari di kosan.

Saat ini aku masih merasa asing dan kesepian di tengah keramaian. Aku berharap semua yang aku alami selama minggu-minggu awal ini segera berakhir dan menemukan tempat bernaung yang nyaman. Semoga aku menemukan dunia yang menyenangkan dan diriku yang sebenarnya saat menjalani kegiatan kampus dan aktivitas kemahasiswaan lainnya, seperti UKM, komunitas, dan organisasi. Ya Allah, aku memohon bantuan-Mu agar aku bisa bergaul dengan banyak orang dan memberikan dampak positif bagiku dari pergaulan itu, amin.

Satu Unpad-ku, Satu Indonesia-ku :)

"16 fakultas, 33 unit kegiatan mahasiswa, 101 program studi, 800 mahasiswa baru fakultas sastra 2010/2011, 7.812 wajah dalam replika peta Indonesia, dan 9.631 anggota keluarga besar baru Universitas Padjadjaran. we are the big family, we unite in the diversity, Bhinneka Tunggal Ika :) *make me never regret to choose you."

First Week As Unpad-ers: Lirik-lirik Hymne

Hymne Unpad
Iwan Abdurrahman

Universitas kita Padjadjaran
Tempat bernaung
Insan abdi masyarakat
Pembina nusa bangsa

Padjadjaran lambang suci
Almamater yang tercinta
Tempat ilmu dan cita
Almamaterku tercinta

Dengarkan dan download Hymne Unpad

Hymne Almamater
Iwan Abdurrahman

'Kan kutunjukkan padamu
'Kan kubuktikan padamu
Rasa bangga dan baktiku
Almamater

Jangan keringatku
Darahku pun kurelakan
Guna baktiku padamu
Almamater

Meski kan kutinggalkanmu
Meski kan jauh darimu
Hatiku slalu padamu
Almamater

Dengan lindungan Tuhanku
Dengan semangat darimu
Ku 'kan terus berjuang
Almamater

Dengarkan dan download lagu Almamater

Hymne Sastra

Tercatat namanya
Dalam kebanggaan nusa bangsa
Tercatat namanya Dalam tonggak negara
Dia lahir perkasa dan berwibawa
Sebuah nama, sebuah nama
FAKULTAS SASTRA UNPAD


First Week As Unpad-ers: Part 2-Welcome New Comers!

Di bagian kedua ini, aku akan menceritakan kejadian yang terjadi antara 16-17 Agustus. Acara pada dua hari tersebut diselenggarakan oleh pihak universitas dan nama acaranya adalah Prabu 2010 (Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad 2010). Pada dua hari tersebut aku dan yang lainnya diwajibkan datang pukul 5.30 pagi. Selama dua hari itu dan hari-hari berikutnya selama satu minggu adalah saat yang terberat karena selalu kekurangan jam tidur dan kelelahan.

Senin, 16 Agustus 2010

Sehari sebelumnya aku sudah janjian akan pergi bersama Vondra, temanku yang sama-sama baru diterima di Unpad Jurusan Akuntansi. Acara tanggal 16 Agustus dilaksanakan di Unpad Dipati Ukur (DU) dan kami sepakat untuk pergi setelah shalat subuh. Setelah selesai shalat subuh, aku pergi ke rumah Vondra dan kemudian berangkat dengan disopiri oleh kakanya, Kak Christa, anak HI Unpar 2008. Suasana jalanan pagi itu masih sangat lengang dan sepi. Tapi saat memasuki Jl. Jakarta, aku mulai melihat keramaian orang-orang yang sedang berkendara, baik itu dengan mobil, bis, atau motor, tampak menuju tempat tujuan yang sama, Unpad DU. Keramaian itu bahkan kian terlihat di Jl. Supratman. Sesaat aku tertawa geli karena mengira mereka semua pergi menuju tujuan yang sama. Kemudian, Vondra meminta kakaknya untuk mengarahkan mobil ke arah Dago. Dia sengaja meminta kakaknya memutar jauh karena khawatir macet di sekitar DU. Ternyata benar saja, saat masuk Jl. Dipati Ukur dari arah Dago (atas), jalanan menjadi sangat padat dan macet. Sudah ada banyak mahasiswa baru dengan seragam putih abu berbondong-bondong berjalan menuju lokasi.

Ada beberapa hal menarik yang aku amati dari keramaian di pagi buta itu. Aku melihat ada beberapa pedagang sedang menawarkan perlengkapan yang harus dibawa hari itu, seperti alas karton ukuran 60x60 cm dan name tag. Hal-hal menarik ini akan aku temui selama seminggu itu dan aku berkesimpulan bahwa orang Indonesia pun sebenarnya tak kalah hebatnya dengan orang Cina yang pintar menemukan peluang usaha.

Untunglah aku dan Vondra sampai di Unpad tepat pukul 05.30 pagi. Kami masuk dari gerbang yang sama, yaitu dari gerbang Jl. Teuku Umar. Ada juga yang masuk dari gerbang utama Jl. Dipati Ukur. Setelah masuk, kami berpisah karena memang berbeda kelompok. Di dalam, sudah banyak panitia dari mahasiswa lama yang sudah berjaga dan mengarahkan aku dan maba lainnya menuju tempat yang telah disediakan. Hari itu seluruh maba yang terbagi dalam 16 kelompok berkumpul di Unpad DU. Ada sebagian mahasiswa yang ditempatkan di dalam aula Gedung Sanusi Hardjadinata, tapi sebagian besar lainnya ditempatkan di luar. Untuk melihat apa yang terjadi di dalam aula, ada banyak TV LCD yang ditempatkan di luar. Aku sendiri berada di kelompok 3 (satu grup dengan Ali, Medi, Saniy, dan Gita), berada tepat di depan Gedung Sanusi Hardjadinata dan jalur tempat masuknya rektor, anggota senat, dekan, dan para guru besar. Sayangnya aku duduk di barisan paling belakang di kelompok 3.

Cukup lama aku berdiri dan menunggu kedatangan maba lainnya dan para petinggi kampus. Sebelum acara dimulai, kami melakukan gladi kecil-kecilan dan menghafal hymne yang akan dinyanyikan. Untungnya, sang pengisi acara sebelum acara utama dimulai (aku lupa namanya) punya selera humor yang baik dan pintar berkelakar. Salah satu guyonan yang aku ingat adalah "Kalian sudah menjadi maba [mahasiswa baru], tapi jangan menjadi maba [mahasiswa abadi]. Kalian juga jangan menjadi mahasiswa kupu-kupu [kuliah-pulang]." Barulah 3 jam kemudian acara utamanya dimulai dengan kedatangan rektor, anggota senat, dekan, dan guru besar. Meskipun sudah tampak tua, mereka terlihat elegan dengan toga kebesaran berwarna hitam-kuning, baret, dan medali yang terkalung di leher. Lagu kebesaran almamater Unpad turut mengiringi kedatangan mereka. Setelah mereka semua memasuki aula Gedung Sanusi Hardjadinata, sang rektor, Dr. Ganjar Kurnia, membuka Sidang Terbuka Senat Terkait Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 2010/2011 dengan mengetuk palu.

Acara sidang terbuka itu berlangsung khidmat dan tertib. Acara dimulai dengan laporan hasil penerimaan mahasiswa baru Unpad Tahun Ajaran 2010/2011. Aku kaget saat mendengar laporan hasil tersebut bahwa jumlah mahasiswa yang diterima di Unpad dan telah melakukan registrasi berjumlah 9.631 orang! Jauh melebihi prediksiku yang hanya sekitar 6.000-an. Aku semakin terkejut lagi saat mendengar bahwa mahasiswa baru Program S-1 Fakultas Sastra berjumlah 800 orang. Ini belum termasuk mahasiswa D-3 dan Pascasarjana. Inilah yang membuat Fakultas Sastra sebagai fakultas terbesar dari segi jumlah mahasiswanya. Acara berlanjut dengan pemakaian jas almamater Unpad secara simbolis yang diwakili oleh beberapa orang mahasiswa. Entah kenapa saat itu muncul perasaan bangga kepada almamater dan identitas sebagai mahasiswa Unpad. Rasa bangga itu kian membuncah saat menyanyikan hymne Unpad dan mars almamater (lirik hymne disertakan di posting berikutnya).

Acara yang tak kalah menarik adalah saat perkenalan mahasiswa asing dan slide show profil Unpad. Selain kagum kepada kewibawaan rektor beserta rombongannya, aku juga kagum kepada KPM (Korps Protokoler Mahasiswa) dan mahasiswa asing. Mereka ada yang dari Jerman, Malaysia, Jepang, Slovenia, Rusia dan Spanyol/Portugal (aku lupa). Sebelum acara dimulai, aku juga melihat seorang mahasiswi berwajah Afrika dan sangat tinggi. Mungkin dia mahasiswi pascasarjana karena mukanya kelihatan terlalu tua untuk anak S-1. Belakangan aku tahu bahwa ada Miss Zimbabwe kuliah S-2 HI Unpad dan siapa tahu, mungkin saja dia adalah orang yang aku lihat itu, haha. Saat perkenalan profil Unpad, aku jadi tahu bahwa Unpad itu begitu luas dan kampusnya tersebar di mana-mana. Di DU saja luasnya sekitar 18 hektar, di Jatinangor luasnya 200 hektar. Diresmikan sejak 24 September 1957, Unpad kini telah tumbuh menjadi 16 fakultas, 101 program studi, 39.000-an mahasiswa, dan sekitar 180.000-an alumni.

Saat acara selesai sekitar pukul 11.30 siang, aku terkejut dengan lautan manusia yang membanjiri Jl. Dipati Ukur dan sekitarnya. Jalanan menjadi macet. Maklum, sekitar 9.000 orang keluar secara bersamaan dari satu tempat. Aku berjalan sambil memperhatikan kerumunan orang yang sedang berjalan. Di antara ribuan wajah itu, aku melihat temanku, orang-orang asing (wajah India), bahkan ibu-ibu yang umurnya mungkin sudah kepala tiga atau empat! Aku merasa geli kalau membayangkan ibu-ibu itu ikut ospek juga dan terlibat dalam skenario jahil para "senior", haha (sebenarnya yang sudah senior itu siapa ya?). Saat pulang aku seangkot dengan salah seorang senior dan berkenalan dengan seorang mahasiswa Akuntansi Unpad angkatan 2007. Meskipun terlihat sepele, aku senang bisa berkenalan dengan salah satu anggota keluarga besar Universitas Padjadjaran.

Selasa, 17 Agustus 2010

Judul acara pada hari kemerdekaan tersebut adalah Student Day dan dilaksanakan di Jatinangor. Hari itu aku bangun lebih pagi lagi, sekitar pukul 3 pagi karena harus berada di sana pukul 5.30 pagi (pagi banget bikin acara, tapi untung lagi bulan puasa -_-). Seperti tanggal 16 Agustus, aku pergi bersama Vondra. Sebenarnya jarak antara Arcamanik ke Jatinangor bisa ditempuh dalam waktu 25-30 menit, tapi kalau sudah macet bisa sampai satu jam bahkan lebih.

Sesampai di Lapangan Merah (tempat acara berlangsung), aku dan maba lainnya diarahkan untuk memasuki lapangan, di bawah terpal yang sudah terpasang, jadi tidak akan merasa kepanasan. Untungnya hari itu aku duduk di bagian paling depan dan terdekat dengan panggung. Upacara pengibaran bendera dilaksanakan sebelum acara utama dimulai. Beberapa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) tampak bersiap untuk mendukung pelaksanaan acara, seperti PSM (Paduan Suara Mahasiswa), marching band Unpad, KPM (Korps Protokoler Mahasiswa), Menwa, dan pramuka.

Oh iya, tiba-tiba saja aku ingat, entah setelah atau sebelum upacara, Presiden Mahasiswa (Ketua BEM) memberi sambutan dengan suara yang sangat menggelegar. "SELAMAT DATANG DI KAMPUS PERJUANGAN!" katanya dengan suara yang berat dan lantang. Mungkin dia ingin meniru gaya Presiden Soekarno, tapi entah kenapa mendengar teriakan semangatnya kami malah ingin tertawa. Aku tahu dia sedang serius, tapi kami memang ingin menertawakannya karena teriakannya terlalu berurat dan berapi-api. Selain itu juga ada talk show bersama Bagir Manan, seorang alumni FH Unpad, yang dibawakan oleh Andromeda Mercury, alumni Unpad dan juga seorang presenter talk show yang sudah cukup berpengalaman.

Kejutan-kejutan lainnya sudah dipersiapkan oleh pihak panitia dan senior-senior untuk menyambut mahasiswa baru. Hari itu, sejarah baru kembali ditorehkan. Setelah tiga tahun yang lalu Unpad memecahkan rekor MURI dengan peserta permainan musik angklung sebanyak 10.000 orang, kali ini Unpad memecahkan rekor MURI untuk replika peta Indonesia dari foto wajah-wajah maba sebanyak 7.812 orang! Rekor baru ini memecahkan rekor lama yang dipegang oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes). Replika peta itu diberi judul dengan Satu Unpad-ku, Satu Indonesia-ku. Meskipun awalnya Unpad didirikan untuk mengakomodasi pendidikan warga Jabar, kini Unpad menjadi kebanggaan milik Indonesia yang dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa dari berbagai suku yang menuntut ilmu di Unpad. Momen ini sangat pas dengan semangat hari kemerdekaan dan semboyang negara kita, Bhinneka Tunggal Ika. Aku merasa bangga karena telah menjadi bagian dari pemecahan rekor tersebut.

Kemudian acara berlanjut dengan parade nusantara, fakultas, dan UKM. Dipandu oleh MC Austin dan Rizky (kalau tidak salah) yang dikenal sebagai penyiar radio, acaranya bertamah ramai dan penuh dengan candaan khas penyiar radio. Iring-iringan parade dimulai dari parade nusantara. Awalnya aku biasa saja sampai aku menyadari ada Irin dan Tammy di antara barisan parade itu! Hahaha, ternyata mahasiswa baru yang sedang tampil di depan. Mereka memakai pakaian tradisional nusantara, lengkap dengan make up, seperti anak-anak yang ikut lomba busana adat. Iringan parade berlanjut lagi dengan parade fakultas. Penampilan paling menarik menurutku adalah Faperta dan Fapet. Bahkan anak-anak peternakan turut membawa sapi dalam iringan mereka! Haha. Karena sang MC, Rizky, adalah anak pertanian juga, dia memelesetkan nama-nama fakultas lain dengan nama-nama yang berhubungan dengan pertanian. Contohnya FISIP menjadi Fakultas Ilmu Sawah Ilmu Padi dan FKG menjadi Fakultas Kedokteran Gabah. Penampilan dengan aura menyeramkan adalah FTG (Fakultas Teknik Geologi). Mereka berjalan melintas dengan bendera kebesaran FTG dan jaket oranye yang membuatku teringat kepada fans Persija, The Jak. Hanya sekali meneriakkan yel FTG, lalu mereka berjalan melintas tanpa mengumbar senyum sedikitpun..

Bagian dari parade yang paling menghiburku adalah parade UKM. Unpad memiliki 33 UKM yang memiliki unit kegiatan di Jatinangor dan Dipati Ukur. Para senior berusaha tampil atraktif dan semenarik mungkin. Ada yang melakukan aksi semacam orasi, demo, dan aksi teatrikal dari BEM dan LPPMD, anak-anak PSM (Paduan Suara Mahasiswa) yang tampil ceria dengan kostum era kolonial Belanda, penampilan dari marching band, capoeira, dan masih banyak lagi. Ada lagi penampilan dari Padja Dance (semacam modern dance begitu) yang tampil memukau. Bukan hanya dari gerakannya, tapi juga orang yang terlibat di dalamnya. Ada satu lelaki di antara wanita dan satu wanita berkerudung. Baru kali itu aku melihat pemandangan seperti itu. Temanku juga ada yang ikut Padja Dance, tapi dia mengambil spesialisasi breakdance. Ternyata Padja Dance masih terbagi-bagi lagi.

Setelah berkesempatan melihat aksi-aksi dari senior, aku dan maba lainnya diberi kesempatan untuk memilih UKM. Kami berbaris sangat panjang dan mengantre di bawah terik matahari yang panas, membuat beberapa maba pingsan karena tidak kuat menahan terpaan panas, ditambah lagi dalam suasana bulan puasa seperti ini. Suasana di stand UKM juga tidak begitu jauh berbeda, sangat padat! Sebenarnya aku ingin ikut berbagai kegiatan, mulai dari Spektrum (unit fotografi Unpad), beladiri, KPM (Korps Protokoler Mahasiswa-berwibawa lihat penampilannya), pecinta alam, BEM, dan masih banyak lagi. Karena aku belum tahu seperti apa kehidupan perkuliahan dan cara belajarnya, jadi aku hanya memilih satu dulu, Spektrum. Kalau ada waktu dan kesempatan, perlahan aku akan menambah lagi kegiatanku.

Setelah melewati hari yang melelahkan, akhirnya aku bisa pulang sekitar pukul 13 siang bersama Vondra dan temannya yang berasal dari Akuntansi. Tiga hari berikutnya adalah acara tingkat fakultas yang harus dihadapi dan masuk pada pukul 6 pagi. Aku berharap bisa melewati seluruh rangkaian kegiatan dengan baik dan lancar sampai selesai, meskipun kadang merasa lelah, bosan, dan jenuh..

Berita terkait:

Selamat Datang Mahasiswa Baru Unpad!
Berita Video: Prosesi Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad

Mahasiswa Baru Unpad Kumpulkan 30 Ton Beras dan Ribuan Buku untuk Kegiatan Sosial
Rektor Perkenalkan Budaya RESPECT pada Mahasiswa Baru Unpad
Satu Lagi Rekor Muri Diraih Unpad, Replika Peta Indonesia dari Rangkaian Foto Terbanyak

First Week As Unpad-ers: Part 1-Before Ceremony

Akhirnya berhasil juga melewati minggu pertama yang melelahkan di sekolah baru bernama Universitas Padjadjaran (Unpad). Sekarang aku telah resmi menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Unpad. Meskipun baru seminggu, ada banyak hal menarik yang aku lihat, dengar, dan rasakan untuk diceritakan kepada semuanya. Di bagian pertama ini, aku akan menceritakan berbagai kejadian yang terjadi mulai dari tanggal 14-15 Agustus 2010. Let's start!

Sabtu, 14 Agustus 2010

Seperti yang sudah dijelaskan waktu registrasi dan pendataan di tingkat fakultas, kami (maba Fasa) harus berkumpul pada tanggal 14 Agustus untuk mengikuti acara pembekalan PFS (Pengenalan Fakultas Sastra) 2010. Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan berbagai informasi yang terkait acara PFS 2010 yang diadakan mulai tanggal 18-20 Agustus 2010. Kami harus berada di Unpad Jatinangor tepat pukul 7 pagi.

Aku berangkat dari rumah pagi-pagi di saat banyak orang tidur kembali setelah sahur dan shalat subuh, bahkan hal ini berlangsung selama satu minggu dan akibatnya aku selalu kurang tidur. Seperti biasa, aku menaiki mobil elf yang lewat arah Jatinangor. Sekarang aku menjadi tahu bukan hanya elf jurusan Bandung-Cirebon saja yang lewat saja, tapi juga elf jurusan Bandung-Cikijing dan masih banyak lagi.

Sesampainya di Unpad, aku dan yang lainnya disambut oleh senior yang sudah siap mengawasi dan berjaga di sepanjang jalan menuju lapangan parkir Fakultas Sastra. Kelihatannya mereka tatib karena memasang wajah yang muram dan galak. Meskipun sempat tegang melihat beberapa wajah senior, aku menanamkan pikiran bahwa sebenarnya mereka hanya dianugerahi bakat memasang wajah seperti itu dan punya selera humor yang baik layaknya remaja biasa. Intinya mereka galak karena tuntutan tugasnya sebagai tatib (baca: akting).

Setelah melewati barisan tatib yang bermata tajam dan angkuh, aku disambut oleh kakak PK (pembimbing kelompok) yang berteriak dan membawa papan nomor-nomor kelompok di lapangan parkir fakultas. Aku sendiri kebagian di kelompok 7. Berbeda dengan tatib, kakak PK ini begitu ramah dan menyenangkan. PK di kelompokku namanya Teh Adin dan Teh Ifa. Memang ada beberapa teman yang masuk sasta juga, seperti Fina, Arina, dan Lovi di Sastra Prancis dan satu lagi di Sastra Rusia. Tapi di antara mahasiswa baru yang kulihat sudah datang lebih dulu, tidak ada teman yang aku kenal, semuanya orang baru. Beberapa saat kemudian aku berkenalan dengan teman yang duduk di sebelahku, namanya Adit, anak Sastra Inggris asal Bandung dan dulunya sekolah di SMAN 5. Mukanya mirip dengan temanku, Todia yang sekarang kuliah di FK Unpad. Aku juga kenalan dengan temannya, Arie dan Tika yang berasal dari Karawang. Itulah teman baru yang pertama kali aku kenal di Fakultas Sastra (Fasa).

Setelah semuanya dianggap telah hadir, Kang Adit yang menjadi "komandan lapangan" datang dan memberi instruksi. Aku kira dia bakal galak dan tegas, tapi ternyata tidak galak dan tidak setegas yang kubayangkan (di dalam bayangaku dia sama seperti tatib). Kata temanku, wajahnya mirip seperti Irwansyah, haha :)) Ada Teh Icha dan Teh Syifa juga yang menjadi MC acara pagi itu. Meskipun Teh Icha itu perempuan, teriakannya hebat dan kencang. Setelah itu, aku dan yang lainnya diajari hymne Unpad, hymne Fakultas Sastra, mars almamater, dan yel-yel sastra. Kang Adit berteriak, "Posisi tangaaan!" dan disahut oleh kakak PK yang lainnya, "YUHUUU~" sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas. Lalu Kang Adit melanjutkan lagi, "Dalam hitungan ketiga, kita teriakkan yel-yel sastra!". Setelah hitungan ketiga, mereka meneriakkan yel-yel sambil menghentakkan kaki dan mengayunkan tangannya..
"We gonna GO, GO, Sastra GO! We gonna FIGHT, FIGHT, Sastra FIGHT! We gonna WIN, WIN, WIN, Sastra WIN! We gonna GO, FIGHT, WIN, SASTRAA!"
Aku tertawa geli saat kakak PK itu berteriak "YUHUUU~" sambil memasang posisi tangan. Aku tertawa kenapa bunyi sahutannya mesti "YUHUUU~", haha. Setelah dicontohkan, giliran kami yang meneriakkan yel-yel tersebut. Pastinya, posisi tangan ini tidak boleh dilupakan, hehe.

Kemudian kami dibawa ke Blue Stage, sebuah panggung pertunjukan terbuka yang hanya dimiliki oleh Fasa. Di sana, di bawah terik matahari yang panas, kami diajari bernyanyi hymne Unpad, hymne Sastra, dan mars almamater oleh PSM (Paduan Suara Mahasiswa). Katanya, lagu-lagu itu akan dinyanyikan saat upacara penerimaan di Unpad Dipatiukur tanggal 16 Agustus. Para senior menyemangati kami agar Fakultas Sastra menjadi yang paling keras dan bangga menyanyikan hymne-hymne kebanggaan Unpad itu. Berkali-kali kami menyanyikan tiga lagu itu seperti sesi latihan vokal. Mungkin saja setelah pulang aku bisa meniti karier sebagai penyanyi. Karena saat itu cuaca sangat terik dan panas, beberapa teman tumbang dan pingsan.

Ada satu hal yang membuatku heran karena namaku dipanggil untuk menerima pita medik warna merah. Padahal waktu medical check-up aku hanya bilang sempat sakit demam berdarah dan ada maag. Mungkin panitia tidak ingin mengambil resiko, jadinya aku diberi pita merah. Mungkin saja ada perlakuan khusus untuk pemakai pita merah.

Acara hari itu berakhir pada pukul 11 siang. Tidak seperti fakultas lain yang memberi perintah dan tugas macam-macam, fakultasku hanya memberi tugas menyampul buku dengan kertas spotlight Asturo No.10 (warna biru sastra), dan memakai kemeja putih lengan panjang dan celana SMA untuk laki-laki saat acara tanggal 18 Agustus. Alas duduk (disebutnya permadani, tapi hanya kertas spotlight), name tag, dan pita sastra sudah diberi oleh panitia.

Pulangnya aku ikut dengan Adit yang rumahnya di sekitar Soekarno-Hatta. Ternyata dia punya saudara perempuan angkat bernama Rima dan kuliah satu jurusan denganku, Sastra Jepang, bahkan satu angkatan. Adit biasa memanggilnya dengan sebutan "Kakak" hanya karena Rima lebih tua beberapa bulan darinya. Aku ikut dengannya sampai Bundaran Cibiru dan berjalan kaki dari sana sampai Sukamiskin. Aku merasakan sensasi berjalan kaki di bawah terik matahari, mantap!

Minggu, 15 Agustus 2010

Hari minggu aku harus kembali ke Unpad Jatinangor untuk mengambil jas almamater. Ini semua berawal saat tidak berhasil mendapatkan jas almamater pada hari pertama pengambilan jas, 9 Agustus 2010. Antrean sangat panjang saat aku, Widi, Fajar, Anto, dan Amy bersama-sama mau ambil jas pada hari itu. Karena malas mengantre, kami main dulu ke Jatos sambil menunggu sampai siang. Ternyata, pada siang hari dapat kabar buruk bahwa jasnya sudah habis! Antrean masih panjang, tapi jas sudah habis? Belakangan aku tahu bahwa semua itu gara-gara kesalahan teknis konveksi. Akibatnya, pengambilan jas diundur menjadi tanggal 15 Agustus.

Tanggal 15 Agustus, aku, Fajar, dan Anto pergi ke Unpad sekitar pukul 9 pagi. Hanya butuh 30 menit bagi Fajar untuk sampai ke Jatinangor dengan mobilnya. Seperti yang sudah diduga, antrean sudah mengular panjang. Saat mengantre itu aku bertemu dengan banyak teman yang lainnya, seperti Jipeng, Medi, Chila, Reiza, Dhira, Diba, Anyun, Amy, Dape, Karina (saudara Anto), Widi, Heyne, dan masih banyak lagi. Sebenarnya ada banyak anak-anak seangkatan dari SMAN 20 yang kuliah di Unpad, tapi tersebar di berbagai fakultas. Butuh waktu satu jam hanya untuk mengantre saja. Sialnya lagi, pengambilan jas dilakukan berdasarkan jalur penerimaannya. Yang diterima lewat jalur SMUP antreannya panjang dan mengular, sedangkan jalur SNMPTN langsung melenggang saja ke GOR yang ada di sebelah Bale Santika. Aku hanya perlu menyerahkan KTM kepada petugas dan menunggu panggilan. Menunggu panggilan nama di Bale Santika juga butuh kesabaran karena di dalam ada banyak orang yang masih menunggu untuk dipanggil namanya. Akhirnya, aku berhasil juga mendapatkan jas almamater dengan ukuran M. Aku juga mengambil kaos angkatan 2010 di stand pengambilan kaos di samping Bale Santika. Aku merasa lebih tertarik desain kaos angkatan 2009 daripada 2010 karena kaos angkatan tahun lalu desain sablonnya adalah batik.

Kaos angkatan 2010 dan jas almamater Unpad-photo taken by me at my room, Tuesday, August 24, 2010

Setelah beres, aku, Fajar, Anto, Karina, Widi, Davin, Manda, dan Amy segera meluncur ke Jatos, tempat nongkrong nomor satu se-Jatinangor. Seperti kunjungan ke Jatos yang sebelum-sebelumnya, kami main billiard di lantai paling atas di Jatos. Kemudian kami pergi ke toko buku di pinggir jalan untuk membeli buku yang wajib dibawa pada tanggal 16 Agustus. Harganya sih murah, hanya Rp10.000,00, tapi bukunya sudah lama dan berusia puluhan tahun. Aku sendiri sudah membeli jauh-jauh hari. Selesai membeli buku, aku, Fajar, dan Anto mengantar Karina yang asalnya dari Majalengka ke rumah tantenya di Margahayu. Ternyata tantenya sedang pergi dan kunci rumahnya dititipkan kepada salah satu keponakan yang tinggal dekat dengannya. Nama keponakannya Pepty (begitulah yang terdengar di telingaku), anak Jurusan Kimia Unpad yang ternyata bertugas sebagai tatib di acara Prabu (Penerimaan Mahasiswa Baru Unpad) 2010! Dia memberitahu bahwa tidak ada acara bentak-bentakan untuk acara tanggal 16 Agustus.

Pulangnya, sekitar pukul 15.30 sore, aku diantar oleh Fajar dan Anto dengan mobil Fajar. Untunglah, soalnya hari itu aku merasa kelelahan, bahkan sempat tertidur di mobil Fajar. Aku pun bersiap untuk menghadapi hari esok, hari penerimaan mahasiswa baru secara resmi di universitas.

Let's Writing!

Menulis adalah kegiatan mengekspresikan ide, mimpi, perasaan, hasil pemikiran, dan pengalaman hidup melalui suatu rangkaian kata. Kegiatan ini adalah bentuk komunikasi aktif secara tidak langsung. Melalui tulisan, penulis bisa memengaruhi opini atau pendapat pembaca, memberi suatu informasi atau pengetahuan, memberikan motivasi atau dorongan, dan menggugah emosi pembaca untuk melakukan suatu tindakan.

Seringkali banyak orang berkata bahwa dirinya tidak bisa menulis. Seperti dulu saat pelajaran bahasa Indonesia, seorang guru menyuruh murid untuk membuat gagasan pokok suatu paragraf atau membuat karya sastra. Teman-temanku semuanya bisa menulis, tapi tidak menggerakkan ujung bolpen mereka untuk menulis. Ada bermacam-macam alasannya seperti tidak ada ide, di kepala sudah ada apa yang harus ditulis tapi bingung bagaimana menuliskannya di atas kertas, bahkan malas berpikir untuk menulis. Akhirnya, alasan-alasan ini digunakan untuk mengatakan dirinya tidak bisa menulis.

Secara umum kegiatan menulis hanya membutuhkan satu hal, yaitu berpikir, meskipun ada beberapa jenis kegiatan menulis yang membutuhkan suatu aturan khusus tertentu seperti metodologi ilmiah pada makalah. Berpikir di sini berarti bagaimana merangkai kata menjadi sebuah kalimat utuh dan padu dengan padanan kata yang tepat. Menulis juga terkadang membutuhkan keterampilan berimajinasi, analisis, daya ingat, dan penggunaan majas. Untuk memperoleh keterampilan tersebut, banyaklah membaca dan bergaul dengan banyak orang. Kegiatan membaca dapat membantu kita untuk menemukan inspirasi, pengetahuan, mengasah otak, dan mempelajari hasil karya orang lain. Tidak perlu membaca semua jenis bacaan. Cukup membaca apa yang disukai saja sudah membantu. Sementara itu, bergaul dengan banyak orang membuat kita menemukan berbagai hal menarik dan pengetahuan baru yang selama ini tidak kita ketahui yang mungkin menarik untuk ditulis.

Aku sendiri mulai suka menulis sejak kecil. Aku memulainya dari diary yang berisi cerita sehari-hari (tugas sekolah). Rasanya menyenangkan menceritakan kegiatan yang aku lakukan. Menulis diary hanya membutuhkan imajinasi, daya ingat, dan perangkaian kata. Ini adalah jenis kegiatan menulis yang paling mudah. Sejak kecil aku juga suka membaca buku cerita, biografi, dan buku-buku sejarah dalam bentuk komik yang biasanya aku pinjam dari perpustakaan kota. Baru-baru ini aku merasakan manfaat membaca dan menulis yang aku lakukan saat kecil. Aku pernah menghabiskan 7 tahun masa kecilku di Jepang sampai kelas 2 SD. Karena sering membaca dan menulis, aku menguasai huruf kanji di atas rata-rata anak kelas 2 SD.

Saat kelas 4 SD, waktu baru pindah ke Indonesia aku mulai menulis diary. Karena masih asing dan belum menguasai bahasa Indonesia, saat itu huruf yang aku tulis sangat berantakan dan pola kalimat yang sama berantakannya. Aku masih menyimpan diary itu sampai sekarang dan suka tertawa geli melihat tulisan sendiri di masa lalu itu. Kegiatan menulisku mulai mengarah ke arah yang lebih serius saat duduk di bangku SMP. Guru sejarah saat itu mendorong para muridnya untuk beranalisis. Aku ingat saat mengerjakan ulangan sejarah, untuk menjawab satu soal saja aku bisa menghabiskan setengah halaman kertas polio karena saking asyiknya "bercerita". Selain itu, aku juga mulai suka membaca buku, majalah, dan menonton berita bertema sosial dan politik, terutama politik dunia dan Islam. Waktu itu sedang hangat-hangatnya berita Perang Irak dan terorisme. Aku teringat kembali saat mengajak kedua temanku untuk bersama menulis buku tentang situasi politik saat itu dan teori konspirasi. Aku masih punya catatan rencananya, tapi rencana itu tidak pernah terwujud.

Saat SMA, aku mulai jenuh dengan tema politik karena semua hal yang aku baca dan dengar tentang berita itu hampir semuanya mengecewakan dan membuat sakit hati. Akhirnya aku mengalihkan bacaanku pada dunia traveling yang menakjubkan. Bacaan yang menginspirasiku saat itu hingga kini adalah buku Trinity (Perucha Hutagaol) yang berjudul Naked Traveler. Aku membelinya saat sang penulis buku tidak seterkenal saat ini. Setelah beres membaca buku itu, aku mencari buku-buku catatan perjalanan lainnya seperti The Lonely Planet Story yang ditulis oleh Tony Wheeler dan Maureen Wheeler. Setelah membaca buku-buku tersebut, aku bercita-cita menjadi pengelana dunia yang mencatat kisah perjalanannya. Aku mendapatkan momen yang sangat tepat karena saat itu temanku mengajakku backpacking ke Bali. Aku juga mulai belajar dunia blog dari guruku dan membuatku menemukan dunia menulis yang baru. Sekarang aku lebih menyukai menulis di blog daripada di buku karena menurutku tampilan blog lebih rapi dan menarik (lihat posting Satu Tahun Blogging (Keterpaksaan yang Menjadi Hobi).

Ada banyak manfaat yang kita dapatkan dari menulis. Selain kita bisa memperkenalkan diri lewat tulisan dan cerita, menulis juga bisa memperkuat daya ingat. Kita bisa mempelajari dan memahami pemikiran orang lain dari tulisan dan menambah teman baru serta wawasan baru. Ada juga penulis yang menjadi kaya dan terkenal berkat tulisannya yang disukai banyak orang, seperti J.K. Rowling (Harry Potter), Stephanie Meyer (Twilight, New Moon, Eclipse), Raditya Dika, Trinity, dan masih banyak lagi. Mereka pun pernah mengalami yang namanya kebuntuan ide atau mood yang jelek. Tapi mereka memiliki caranya masing-masing untuk mengencerkan kembali 'kepala yang beku' dan mengembalikan suasana hati. Kalau caraku adalah mendengarkan musik, menonton, atau tidur-tiduran sampai tertidur di sofa.

Kenali juga karakter dan gaya penulisan yang dimiliki dan jangan mencoba untuk meniru orang lain. Boleh saja meminta tips kepada penulis berpengalaman, tapi karakter dan gaya yang dimiliki jangan diubah. Gali dan temukan sendiri karakter yang secara alami kita miliki. Menulis adalah kebebasan berekspresi yang dimiliki setiap individu dan setiap individu memiliki cara berekspresi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, aku menyukai gaya penulisan dengan bahasa yang baik dan benar, meskipun kadang memakai bahasa santai dan informal. Aku juga lebih suka menulis hal-hal yang bersifat fakta dengan bahasa yang lugas tanpa banyak majas, kiasan, dan peribahasa. Aku juga suka menulis sesuatu secara detil dan panjang, meskipun terkadang membuatku repot.

Terakhir, menulis akan lebih terasa maknanya saat kita menulis dengan sepenuh hati dari perasaan yang amat mendalam. Aku pernah mengalaminya saat menulis memoar menjelang wisuda SMP. Waktu itu aku sangat bangga dengan sekolahku dan tak bisa melupakan kebersamaan dengan teman-temanku yang sudah melewati berbagai momen selama tiga tahun. Perasaanku diserang rasa bangga dan rindu yang becampur aduk. Entah bagaimana, aku bisa menulis dengan lancar dan semua kata-kata yang ingin aku sampaikan dapat tersampaikan secara sangat baik. Setelah selesai menulis, aku merasakan hatiku sangat ringan dengan kepuasan tertinggi.

So, let's writing! Bila disadari, ada banyak hal menarik yang bisa ditulis dan diceritakan karena setiap orang memiliki ide, mimpi, perasaan, hasil pemikiran, dan pengalaman hidup yang unik dan berbeda-beda. Sampaikan apa yang kamu miliki dan kenalkan dirimu pada dunia :)

"Write. Start writing today. Start writing right now. Don’t write it right, just write it –and then make it right later. Give yourself the mental freedom to enjoy the process, because the process of writing is a long one. Be wary of “writing rules” and advice. Do it your way."- Tara Moss (www.advicetowriters.com)

Growing Up Bin Laden

Istri dan Anak Osama Membawa Kita Menyelami Kehidupan Keluarga Bin Laden yang Penuh Rahasia

Penulis: Jean Sasson, Najwa Ghanem bin Laden, Omar bin Laden
Penerbit: St. Martin's Press New York, Hak Terjemah bahasa Indonesia oleh Penerbit Literati
Penerjemah: Arum Darmawan
Tahun Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 545 halaman
Harga: Rp109.000,00

Siapa yang tidak kenal dengan Osama bin Laden saat ini? Pasti ada yang tidak tahu, tapi hampir seluruh umat manusia di dunia tahu sosoknya: Teroris buronan nomor wahid sedunia yang melambungkan namanya lewat organisasi radikalnya, Al-Qaeda, dan serangkaian aksi teror yang ditujukan kepada Barat, terutama setelah Tragedi WTC 11 September 2001 yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Sosoknya yang kontroversial membuat sebagian orang menjadi penasaran tentang kehidupan seperti apa yang dia jalani, bagaimana latar belakangnya, mengapa dia bisa menjadi seorang konservatif dan radikal, bagaimana dia mengerjakan semua 'proyek' ini, ada di mana dia sekarang, dan berbagai pertanyaan yang jawabannya masih diselimuti oleh kabut kemisteriusan. Ada banyak buku dan laporan yang ditulis mengenai sepak terjang dan kehidupan Osama bin Laden, tapi kebanyakan buku dan laporan masih berupa hasil penelusuran melalui sumber yang tidak dekat dengan keluarga Osama dan isu yang perlu diverifikasi kebenarannya, sampai akhirnya Jean Sasson berhasil menulis dan menerbitkan buku memoar yang dituturkan langsung oleh keluarga Osama bin Laden. Hal tersebut membuat bukunya, Growing Up Bin Laden, menjadi buku pertama yang membahas Osama dari sudut pandang keluarga terdekatnya.

Buku Growing Up Bin Laden ditulis berdasarkan penuturan istri pertama Osama, Najwa Ghanem bin Laden dan anak keempat Osama, Omar bin Laden. Menurut catatan akhir yang ditulis oleh Jean Sasson, Omar lah yang meminta kisah ayah dan keluarganya dijadikan sebuah memoar. Awalnya Jean tidak berminat untuk menulisnya menjadi sebuah buku, namun sebagai penulis dia penasaran dengan apa yang dialami oleh keluarga Osama. Apalagi setelah dia mengetahui bahwa Omar, anak ke-4 Osama, berada di barisan depan sebagai penentang tindakan ayahnya. Sementara itu, Najwa yang kini tinggal di Suriah, terlibat dalam proses penulisan buku hanya karena diajak oleh anaknya. Jean juga menulis catatan di awal buku bahwa buku ini menceritakan sebuah kisah keluarga dan kenangan mereka selama hidup bersama dengan Osama sebagai kepala keluarga, istri-istrinya yang lain, dan anak-anaknya yang lain.

Ada banyak lika-liku dan suka-duka kehidupan yang dilalui oleh mereka selama hidup bersama Osama. Diceritakan dalam 30 bab, penuturan oleh ibu dan anak dari dua sudut pandang berbeda ini begitu menarik dan saling mendukung. Sang Ibu, Najwa, menceritakan permulaan pertemuannya dengan Osama, kasih sayang dalam membesarkan anak-anaknya bersama istri-istri Osama yang lain, dan kesabaran dalam menjalani hari-hari yang berat. Ia adalah seorang ibu yang taat ajaran agama. Meskipun mejalani hari-hari yang berat, Najwa masih menghormati suaminya yang memutuskan tak akan pernah menceraikan Najwa dan tidak mencelanya, meskipun suaminya dicap dunia sebagai teroris.

Sementara itu, Omar, putra ke-4 Osama yang sempat menjadi tumpuan harapannya, digambarkan ibunya sebagai anak yang kuat, berani, dewasa, perhatian, dan sangat menyayangi ibunya. Omar bercerita bahwa dulu dialah anak yang paling mengharapkan kasih sayang ayahnya yang begitu sibuk saat masih kecil. Dia juga bercerita tentang sikap ayahnya yang keras dan menolak kehidupan modern, mengajari anak dan istrinya untuk hidup disiplin dan berjuang dalam penderitaan, mendedikasikan hidupnya untuk Islam dan negaranya, dan yang terpenting adalah misi hidupnya dan obsesinya kepada jihad melalui jalan perang. Dialah putra yang hampir selalu berada di dekat ayahnya dan menjadi putra pilihannya.

Di bagian akhir cerita, Omar bercerita bahwa sebelum keluar dari Afghanistan, ia dan ayahnya berdebat mengenai hidup dalam kekerasan dan peperangan yang seolah tak berujung. Dia tak setuju dengan apa yang ayahnya lakukan. Ia juga diperingatkan oleh Abu Haadi, salah satu tangan kanan ayahnya, yang memperingatkannya agar segera keluar dari Afghanistan. Dia membisikkan kepada Omar bahwa ada sebuah rencana besar yang sedang dipersiapkan dan kemungkinan akan berdampak sangat membahayakan bukan hanya padanya, tapi seluruh Afghanistan. Mendengar hal itu, Omar meminta ibunya, Najwa, untuk segera keluar dari Afghanistan dan pindah ke Suriah, kampung halaman ibunya. Akhirnya Najwa meminta izin kepada sang suami, Osama, yang secara tak terduga mengizinkan kepergiannya. Osama hanya mengizinkan Abdul Rahman (anak ke-2), Rukhaiya (anak ke-10), dan Nour (anak ke-11) karena anaknya yang lain sudah menikah dan harus menetap di Afghanistan bersama ayahnya. Satu hal yang Najwa tak mengerti adalah mengapa dia tak diizinkan membawa Iman dan Ladin yang masih kecil dan butuh perhatian ibunya. Karena membantahnya pun percuma, dia menuruti suaminya dan meninggalkan negara yang dirundung perang sipil itu pada tanggal 9 September 2001, tepat dua hari sebelum Tragedi WTC. Sejak saat itu, baik Najwa maupun Omar, tak pernah berkomunikasi lagi dengan keluarganya yang tinggal di Afghanistan. Mereka cemas dan bertanya, apakah mereka selamat dari invasi Amerika tahun 2001 yang dillakukan akibat Tragedi WTC 11 September 2001.

Setelah membaca buku ini, aku membuat beberapa kesimpulan tentang sosok Osama. Dia memang sosok yang konservatif dan keras. Tapi toh dia pun manusia. Pasti ada sisi baik yang dia miliki. Meskipun keras, dia adalah orang yang loyal dan mendedikasikan hidup kepada apa yang dia perjuangkan. Sewaktu Perang Afghanistan-Rusia, dia menjadi pahlawan yang dikagumi banyak orang, Meskipun dia adalah orang yang serius, dia pernah tertawa dan mengajak keluarganya untuk bermain dan berlibur. Dia adalah orang yang taat agama. Dia juga pernah merasakan kegelisahan akan keberlangsungan hidup keluarganya saat terusir dari Arab, Sudan, dan terakhir terdampar di Afghanistan. Dia hanya menjalankan apa yang dia yakini dan berkeras mendapatkan apa yang dia inginkan dan tak ingin dibantah.

Lantas apa yang membuatnya berubah drastis?

Menurutku, seseorang berubah karena memiliki alasan. Osama bin Laden tidak serta merta menjadi teroris yang seringkali membunuh orang tak berdosa. Menurutku, dia menjadi seperti ini karena dendam pribadi dan keprihatinannya kepada dunia, terutama Barat, yang menginjak-injak harga diri umat Islam. Dia bukanlah orang bodoh, dia adalah seorang intelek yang senang mendengarkan berbagai berita. Bahkan Omar bercerita bahwa ayahnya gemar mendengarkan siaran berita radio BBC saat tinggal di Afghanistan. Hatinya sudah hancur saat loyalitasnya dikhianati oleh Kerajaan Arab Saudi yang bersekutu dengan Amerika saat Perang Teluk, terusir dari Sudah akibat tekanan dari berbagai pihak, dan melihat begitu banyak kezaliman yang membuatnya sangat marah. Ditambah lagi dengan pertemuannya dengan para pejuang radikal lain seperti Dr. Ayman Al-Zawahiri dan Omar Abdel Rahman dari Mesir. Mereka juga turut mewarnai pola pikir Osama hingga menjadi seperti yang kita tahu saat ini.

Buku ini begitu menarik dan bermakna banyak sehingga aku berhasil membaca seluruh isi buku dalam waktu satu minggu. Buku ini memberikan perspektif berbeda dalam pendekatan kepada Osama. Aku tidak setuju dengan apa yang dia lakukan, tapi aku juga ingin memahami apa yang dia pikirkan dan alami hingga akhirnya menjadi sosok yang radikal ekstremis. Di sini, baik Najwa maupun Omar, tidak menyatakan kebencian kepada ayahnya. Omar hanya menginginkan ayahnya mengubah pandangannya kepada dunia selama ini.

Akhirnya, meskipun berhasil menguak sisi lain Osama dari perspektif keluarganya, semua maksud ucapan, gagasan, dan pemikirannya yang termasuk opini pribadi Osama, tetap menjadi sebuah tanda tanya besar hingga dia muncul kembali. Wallahu a'lam bi shawab.

Ayah telah membuat pilihan, dan aku pun demikian.
Aku, akhirnya, adalah penguasa diriku sendiri
Aku tak keberatan hidup dengan cara seperti itu.

Omar bin Laden-Bab 30: 11 September 2001, hal. 482

Kini ku tak mampu lagi tuk ikuti caramu
Hanya membuatku sakit hati
Kini ku tak mau lagi
Jalanmu bukan jalanku
Dan kau tlah memilih

Andra and The Backbone-Jalanmu Bukan Jalanku

Kisah di Balik Sebuah Tiket

Tak hanya sekadar tiket, tapi juga sebuah kisah dan kenangan

Karena bosan terus-terusan online dengan komputer atau laptop (bahkan sudah muak), kemarin aku mencoba membereskan meja dan lemariku yang masih dipenuhi oleh banyak buku dan kertas-kertas yang berserakan. Padahal aku sudah membereskannya berulangkali. Selama beres-beres, aku menemukan dan mengingat kembali berbagai nostalgia yang selama ini tersimpan di atas meja dan di dalam lemariku. Ada clear holder yang menyimpan banyak kertas ulangan, soal, pengumuman sekolah, dan catatan dari SD sampai sekarang, album koleksi perangko, surat tawaran belajar dari berbagai perguruan tinggi dan politeknik, buku harian mulai dari kelas 4 SD, dan kumpulan tiket yang gambarnya ada di atas. Semuanya sangat sayang untuk dibuang, karena bagiku masa lalu adalah sesuatu yang sangat berharga dan tak akan terulang kembali. Tapi aku sempat menyesal karena dulu aku sempat menjual kartu Yu-Gi-Oh asli Jepang pemberian temanku (hanya) seharga Rp8.000 dan menjual hampir sebagian besar kenanganku saat sekolah di Jepang kepada tukang loak demi mendapatkan sedikit rupiah. Barang yang dijual meliputi buku harian, buku PR, buku pelajaran, dan tugas sekolah. Dulu aku memang belum paham dan tak menghargai masa lalu yang kumiliki.

Oke, daripada kebablasan dari tema posting sekarang, aku ingin bernostalgia tentang kisah dan kenangan yang terdapat di balik tiket-tiket yang ada di gambar di atas. Kita mulai dari tiket yang paling kiri sampai yang paling kanan.

Tiket Geotropism of The Halloween (GOTH)

Geotropism of The Halloween atau disingkat GOTH adalah bazar yang diusung pada tahun 2009 dan dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 November di sekolah setelah mengalami penundaan. Harga tiketnya Rp15.000. Sebenarnya pada saat acara GOTH, aku menjadi ketua seksi keamanan atas permintaan sang ketua pelaksana, Atria. Awalnya aku tidak mau terlibat acara ini karena memang malas. Tapi melihat kepanitaan yang sedikit berantakan dan sepertinya kekurangan tenaga, aku memutuskan untuk membantunya. Ini juga gara-gara Fajar yang sebelumnya sudah ditunjuk menjadi ketua seksi kemanan, enggan mengemban tugasnya dan mengundurkan diri.

Di acara inilah aku pertama kalinya bekerja sama dengan OSIS yang kebetulan adik kelasku. Tugasku sebagai ketua adalah menjaga kelangsungan dan ketertiban acara. Sebuah tanggung jawab yang besar mengingat keamanan dan kenyamanan saat acara berlangsung adalah hal yang penting. Aku masih ingat bagaimana aku harus berkonsultasi dengan guru, berdiskusi dengan sesama panitia dan OSIS. Aku masih ingat betul saat berkonsultasi dengan April Sensei, guru bahasa Jepang, yang begitu khawatir dan cemas berlebihan dan saat mengatur seluruh anggota OSIS untuk rapat penjelasan pengamanan saat acara berlangsung. Karena takut personel keamanan kurang, aku meminta bantuan pada teman-temanku, Davin, Dimas, Anto, dan Eris. Alhamdulillah, acaranya berlangsung lancar dan tertib, meskipun tata panggung dan dekorasinya menurutku standar.

Sebenarnya tiket ini bukan punyaku, tetapi aku membelikannya untuk Wulan (kalau tidak salah) yang minta titip tiket padaku. Akhirnya tiket itu tidak diambil dan aku simpan sampai sekarang.

Tiket Oxxygen: Being Twenty Yelling Go Green

Inilah bazar SMA Negeri 20 Bandung yang diadakan pada 1 Mei 2010. Setelah tiga tahun vakum, akhirnya bazar berhasil diadakan kembali. Tidak seperti acara bazar yang biasanya, kali ini acara hanya boleh berlangsung sampai jam 6 sore. Pada acara ini, aku 100% menjadi penonton dan penikmat. Meskipun mengusung tema Go Green, tidak ada ciri khas yang menunjukkan kalau acara ini mengusung tema tersebut. Tapi saat konvoi promosi bazar, panitia memilih menggunakan sepeda dan delman sebagai kendaraannya.

Penampilan band yang menurutku mantap dan unik adalah The Trees & The Wild yang mampu membuat hening para penonton dengan aliran musiknya, Gorilla Trampoline yang tampil energik dengan membawa sesisir pisang sebagai aksesoris panggung, Freya yang tampil jazzy, Rames yang membawa ulang lagu Fall Out Boy-Sugar, We're Going Down dan Lady Gaga-Bad Romance dengan tarikan suara yang mantap (aku tidak akan lupa kepada dua personel mereka yang memakai kostum dan beraksi teatrikal), dan tentunya RAN!

Euforia semakin hebat tatkala puncak acara itu tiba, saat RAN tampil. Orang-orang di sekitarku, terutama wanita, tak henti-hentinya meneriakkan nama-nama personel RAN, "Kyaa, Rayiiiii, Astaaaa, Ninoooo!!". Haah, inilah saatnya wanita beraksi setelah pada penampilan band-band sebelumnya laki-laki mendominasi panggung dengan beringas. Mereka tampak sangat bersemangat dan bertenanga menyanyikan lagu RAN. Aku sangat suka saat RAN menyanyikan lagu favoritku, Pandangan Pertama. Ah, RAN benar-benar easy listening dan mengajak kepada pendengarnya untuk menyelami dunia cinta dengan cara yang menyenangkan.

Aku sendiri membeli tiket ini dari Pede (sekarang kelas XII IPA 2) dan temannya saat pre-sale. Oleh karena itu aku berhasil mendapatkan tiket dengan harga yang cukup terjangkau. Bukan Rp30.000 seperti yang tercantum di poster-poster dan spanduk. Untuk ulasan lebih lengkap, lihat liputannya di photography session #23 'OXXYGEN: Being on Twenty Yelling Go Green!'.

Tiket BSM XXI: Toy Story 3

Inilah acara nonton yang sempat membuatku sangat kesal dan jengkel. Awalnya aku membayangkan teman-temanku akan nonton bersamaku, eh, ternyata hanya aku saja yang datang! Aku pernah menceritakan ini di blog-ku yang satu lagi, http://myscraptbookstory.tumblr.com

buka link ini untuk ceritanya: Alone Without Friends! (DAMN -__-)

Tiket Blitzmegaplex: Rumah Dara

Aku merasa sangat beruntung mendapatkan tiket premiere film Rumah Dara, sebuah film dengan genre
slasher dan bloody. Apalagi nonton secara gratis, di Blitzmegaplex PVJ, dan setelah nonton langsung jumpa artis! Hehe. Inilah pertama kaliny aku menonton di Blitz. Tapi, semua ini tidak datang begitu saja, tapi ada ceritanya sampai aku berhasil mendapatkan tiket gratis itu.

Beberapa minggu sebelum premiere film ini, temanku, Haryo, menawariku untuk mengikuti undian tiket nonton gratis dan premiere film Rumah Dara yang diadakan oleh situs Kaskus. 100 orang beruntung dari Bandung akan mendapatkan tiket ini. Sepertinya dia juga mengajak beberapa orang lain untuk ikut undian ini, begitupun dia ikut undian tersebut. Awalnya aku ragu untuk ikut undian ini karena merasa ragu dan pesimis bisa mendapatkan tiket itu. Eh, ternyata aku berhasil mendapatkan tiketnya bersama Dirga, temanku yang lain. Sayangnya, Haryo yang sudah mengajak justru tidak dapat.

Film garapan The Mo (baca: Ti Mo) Brothers ini ternyata menarik dan menegangkan, meskipun menurutku ada beberapa akting yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Inilah film slasher pertama Indonesia yang pertama kali kutonton. Setelah menonton diadakan jumpa artis dan sutradara. Aku dan Dirga langsung bergegas mencari posisi yang strategis. Untunglah kami mendapatkan tempat duduk paling depan. Akhirnya kami bertemu dengan Julie Estelle, Shareefa Daanish, Arifin Putra, Ario Bayu, Imelda Therinne, dan The Mo Brothers. Lumayan, kami berfoto-foto dengan mereka, minta tanda tangan, dan minta poster filmnya. Hanya satu yang disayangkan, kami tidak mendapatkan tanda tangan Julie Estelle dan kaosnya. Aaah!

Aku pernah mengunggah foto-fotonya di blog-ku yang satu lagi, Tumblr. Coba dicek saja untuk melihatnya :) http://myscraptbookstory.tumblr.com/post/350333216/pada-hari-jumat-22-januari-2010-akhirnya-aku

Tiket Symphonesia-Symphonizing The ASEAN

Ini dia acara paling mantap yang pernah aku ikuti! Acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran ini benar-benar menarik dan membuatku semakin ingin masuk Jurusan Hubungan Internasional. Acaranya ada pergelaran kebudayaan dari masing-masing negara anggota ASEAN, perkusi etnik, penampilan dari grup musik seperti Angsa dan Serigala, Endah n Rhesa, Efek Rumah Kaca, The SIGIT, Maliq&D' Essentials, dan Glenn Fredly. Mereka semua sangat berkualitas! Mungkin karena itulah tiket Symphonesia ini cukup mahal.

Acara ini diadakan pada hari Minggu, 8 November 2009. Aku datang sejak mulainya acara sampai The SIGIT tampil. Banyak juga temanku yang menonton acara itu. Ada Kania, Amy, Retno, Putri, Adi, Widi, dan Tria. Ada kesan khusus yang ingin aku ceritakan di sini, sebuah kesan yang memiliki pesan moral.

Waktu semakin malam. Kira-kira sudah hampir jam 8 malam dan saat itu The SIGIT sedang tampil. Aku masih ingin terus menonton sampai beres, tapi aku harus segera pulang ke rumah karena besok adalah hari sekolah. Selain itu, aku juga ingat kalau besok aku harus menjadi pemimpin upacara. Kemudian aku berpamitan ke Retno yang duduk di dekatku. Lalu, akupun pulang. Besoknya, pada pagi hari aku mendapati diriku tergeletak di tengah jalan dengan keadaan setengah sadar. Setelah kesadaranku pulih, mulutku sudah penuh darah, tiga gigi atasku lepas seperti mulut habis dihantam besi, tangan kiriku tak bisa digerakkan, dan kaki kiriku sangat sakit. Ah, ternyata aku mengalami kecelakaan motor yang cukup hebat. Kalau mau tahu detilnya, coba buka posting aku ini: 9 November 2009-'Terima Kasih Semuanya :)'

Angsa dan Serigala-LOVE AT FIRST LISTENING!

Endah N Rhesa-Pasangan musisi yang romantis banget!

Efek Rumah Kaca-Adrian Yunan Faisal (Bassis-Back Vocal)

Efek Rumah Kaca-Lagu yang sarat dengan pesan moral dan sosial

The SIGIT-Let's Rock The Show!

Setiap tiket tersebut memiliki kisahnya tersendiri dan tak bisa aku lupakan. Aku ingin terus mengingat setiap jejak langkah yang pernah aku jejaki di masa lalu..

Ticket: photo taken by me at my room, Wednesday, August 4, 2010
Symphonesia: phtoto taken by me at Sasana Budaya Ganesham Sunday, November 8, 2009

Halo, Agustus!

Akhirnya tiba juga bulan Agustus. Setelah kurang lebih tiga bulan menganggur, dua minggu lagi mulai disibukkan dengan urusan dunia perkuliahan, sebuah dunia yang baru bagiku. Ada banyak hal yang ingin aku kejar dan kerjakan saat kuliah nanti. Mungkin juga aku lebih jarang menerbitkan tulisan karena kesibukan yang aku alami. Tapi, aku akan menulis jika ada kesempatan dan waktu karena saat kuliah nanti ada banyak hal seru dan menarik yang sayang jika tidak ditulis.

Yah, untuk saat ini aku mempersiapkan diri untuk menghadapi acara kampus yang diadakan mulai tanggal 16 Agustus. Selain itu, aku juga punya proyek menulis catatan backpacking selama satu minggu yang kulakukan bersama empat temanku setahun yang lalu. Rencananya aku ingin menerbitkannya menjadi sebuah buku. Semoga saja keinginan ini tercapai. Oleh karena itu, aku harus segera menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.

Oh iya, hari ini aku merasa sangat senang. Ternyata membuktikan ucapan sendiri dengan perbuatan itu lebih penting daripada ucapan itu sendiri. Aku berhasil membuktikan ucapanku sendiri! Alhamdulillah, terimakasih ya Allah untuk sedikit kebahagiaan yang Engkau berikan kepadaku hari ini. Kemudian kurang lebih 10 hari lagi kita akan menghadapi bulan suci Ramadhan. Wah, tidak terasa ya? Ternyata Agustus ada cukup banyak kegiatan, mulai dari acara universitas, fakultas, dan jurusan sampai puasa. Ayo, dengan semangat kemerdekaan, kita hadapi bulan Agustus ini! (Sebentar lagi hari kemerdekaan Indonesia yang ke-65! Wah, tim Paskibraka yang bertugas di Istana Negara harus lebih bekerja keras dan menjaga kesehatan fisik-mentalnya)

photography session #24 'Together With Innocent Children'

Keceriaan anak-anak yang polos adalah salah satu objek yang sangat aku impikan untuk dipotret sejak dulu, bahkan sejak SMP. Akhirnya keinginan itu tercapai juga saat acara Prospek Angkatan 8 SMP Salman Al-Farisi, 10-17 Juni 2007. Sudah lumayan lama juga acaranya, sekitar tiga tahun yang lalu dan dilakukan pada saat transisi dari SMP menuju SMA. Prospek adalah singkatan dari Program Sepekan Pengabdian kepada Masyarakat. Semacam KKN (Kuliah Kerja Nyata) begitu.

Ada memori yang tak terlupakan tentang kamera yang aku pakai untuk memotret foto-foto di bawah ini. Foto-foto di bawah ini sebenarnya menggunakan kamera digital milik Agil dan selalu menjadi bahan rebutan antara aku dan Aban untuk menggunakannya. Sementara itu, Agil sendiri dengan berbaik hati dan ikhlas meminjamkan kameranya pada temannya yang seenaknya menggunakan barang orang lain, haha. Alhasil, hanya aku dan Aban yang bergantian memakainya. Maaf ya Gil, waktu itu aku ingin sekali memakai kamera. Aku ingat resolusi kameranya masih 3,2 megapixel. Seperti kamera HP standar zaman sekarang, tapi aku merasa senang menggunakannya. Sebenarnya aku ingin menggunakan kamera digital punya bapak, tapi dilarang oleh orangtuaku.

Oh iya, hampir lupa, lokasi pemotretan foto ini berada di Desa Rawasari, Cianjur.

Sebenarnya timing penekanan tombol dengan posenya kurang tepat. Mereka sudah bergerak untuk bubar sebelum aku menekan tombol untuk memotret. Meskipun begitu dapat juga ekspresi mereka. Kalau mau tahu mana yang bernama Agil, dia memakai baju berwarna biru dengan ekspresi yang terlihat nelangsa. Lokasi fotonya adalah di belakang SD Rawasari dan bekas kelas yang sudah diruntuhkan. Anak-anak ini yang menunjukkan lokasinya.

Aku tak menyangka mereka begitu antusias untuk difoto, haha :))

Anak-anak Indonesia harapan bangsa, sehat, kuat, dan beriman

Di depan ruang kepala sekolah

Sore hari di SD Rawasari. Sepertinya mereka bermain bersama teman sebayanya. Suasana desa yang hubungan masyarakatnya masih gemeinshaft (paguyuban) adalah sesuatu yang telah hilang dari masyarakat metropolitan.

Berangkat ke sekolah

Keceriaan anak-anak setelah mengikuti lomba. Itu di belakang ada Idang dan Adhan.

Ini adalah salah satu foto yang aku sukai. Inilah foto yang menurutku ekspresinya paling polos dari anak kecil. Jangan biarkan masa kecilnya dan masa depannya hancur. Biarkan dia berkembang dengan kepolosan dan cita-citanya :)

Terimakasih untuk seminggu yang telah kita lalui bersama saat prospek. Ada banyak kenangan dan pelajaran yang aku peroleh dari kegiatan yang sangat bermanfaat ini.

photo taken by me at Desa Rawasari, Cianjur, June 10-17, 2007

photography session #23 'quote in yearbook'

A goodbye isn't painful unless you're never going to say hello again

Perpisahan tidaklah menyakitkan kecuali jika kamu tidak akan pernah menyapa lagi. Ya, kurang lebih itulah arti dari kalimat tersebut, sebuah kalimat penututp yang terdapat di halaman terakhir buklet angkatan 2010 SMA Negeri 20 Bandung. Setelah di halaman-halaman sebelumnya disuguhi dengan profil sekolah, kelas beserta kenangannya, dan ekskul, kalimat penutup di halaman terakhir ini cukup menghibur dan mengobati rasa sedih dan rindu karena berpisah dengan teman-teman yang sudah berbagi suka dan duka selama tiga tahun. Kalimat penutup ini memberikan keyakinan kepada kita bahwa suatu hari nanti, kita masih bertemu lagi selama masih hidup, kecuali jika kita memutuskan untuk melupakan mereka. Untungnya di era teknologi informasi ini ada banyak media yang bisa kita pergunakan untuk berkomunikasi: HP, Twitter, Facebook, blog, web cam, dan lain-lain. Jadi, kita tidak akan putus kontak dengan teman-teman lama kita.

Foto ini aku potret di dalam kamar pada malam hari saat sebelum tidur. Aku matikan lampu kamar dan efek cahaya ini aku buat dengan senter penerang yang ada di HP aku. Setelah beberapa kali dipotret, barulah aku pilih hasil terbaiknya. Maklum, foto dengan penerangan kurang membuat foto menjadi blur. Kemudian aku sunting beberapa bagian dari foto ini dan jadilah seperti foto yang sekarang.

photo taken by me at my bedroom, Tuesday, July 27, 2010

Saint Loco–Santai Saja

Mungkin kau kecewa
Semua datang yang tak kau minta
Namun ini semua kenyataan kita

Rap:
Waktu kita lelah dalam menjalani
Semua macam kisah dalam hidup ini
Kadang kita lemah hanya mampu untuk pasrah
Saat kenyataan gak sejalan dengan harapan
Saat keyakinan hilang dalam kepahitan
Tetaplah tabah setidaknya kau mencoba
Menjadi lebih baik dalam jalani hidup ini
Janganlah resah tiada waktu menjawabnya

Kau harus bersabar
Semua indah pada waktunya

Reff:
Santai saja kawan
Ikuti kata hati biarkan sedihmu berlalu
Kau pasti bisa
Menjadi suatu hari dengan pagi yang baru
Tenang saja kawan
Hadapilah semua

Kau harus bersabar
Semua indah pada waktunya

Back to Reff:

Impian, Cita, dan Harapan

Semua orang di dunia ini pasti memiliki impian, cita-cita, dan harapan, tapi tak semua orang memiliki persepsi yang benar tentang hal tersebut. Selama ini aku memiliki persepsi yang salah tentang impian, cita, dan harapan. Selama ini aku terbuai oleh anganku sendiri tanpa berusaha keras untuk mewujudkannya. Hasilnya, hampir semua keinginanku, mimpiku, cita-citaku, dan harapanku hanya menjadi sesuatu yang utopis, jauh dari realitas. Setelah aku pikirkan akhir-akhir ini, ternyata mimpi itu tidak akan menunggu dan menyambut kita di masa depan, tapi dia berjalan beriringan bersama kita, menjadi lentera yang menerangi hidup dan jalan menuju masa depan.

Anggaplah impian, cita-cita, dan harapan itu sebagai manusia. Dia tidak suka menunggu kedatangan kita karena dia lebih suka kalau kita berjalan bersamanya. Sepanjang jalan, dia terus memotivasi dan memberi dorongan agar kita jangan takut melangkah menuju jalan masa depan yang gelap. Dia akan berkata, "Jangan khawatir, aku akan menerangi jalanmu. Kamu pasti bisa melewati gelapnya jalan ini bersamaku". Kelak, pada saatnya tiba, saat mimpi itu itu terwujud, mimpi akan berkata seperti ini, "Akhirnya kita berhasil keluar dari kegelapan. Inilah tujuanmu, mimpimu. Terimakasih sudah mau berjalan bersamaku menuju tempat ini. Kau sudah mengantarkanku ke tempat di mana seharusnya aku berada. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Inilah hadiah untukmu dan pasti kau senang menerimanya".

Aku sadar belakangan ini bahwa mimpi itu hadir lebih nyata dengan kemauan dan usaha yang dilakukan pada hari ini. Mimpi itu akan lebih indah apabila kita berusaha mewujudkannya daripada mengkhayalkannya. Sedikit demi sedikit, seiring dengan usaha yang dilakukan, mimpi itu tumbuh dan berkembang layaknya manusia. Semakin besar dan berpengalaman, dia akan memberikan masukan yang lebih dewasa dan bijak. Tentunya tingkat kedewasaan ini sangat dipengaruhi oleh seseorang yang memiliki mimpi itu karena impian berkembang seiring selaras dengan perkembangan manusia.

Semua hal yang aku sebutkan di atas sebenarnya adalah kondisi ideal saat mimpi itu terwujud. Impian, cita-cita, dan harapan itu sebenarnya lahir dari alam pikiran manusia. Manusia adalah makhluk lemah, terus bergantung kepada Tuhan dan orang lain, bukanlah Tuhan Sang Maha Pencipta yang memiliki kendali takdir dan hidup mati seseorang. Bagaimanakah bila impian, cita-cita, dan harapan itu tak terwujud? Itulah hidup, tidak setiap keinginan manusia terkabul meskipun sudah melakukan usaha. Di saat kita sendiri dan mimpi itu redup bahkan mati, akan datang si pikiran positif. Pikiran positif itu akan memberikan motivasi yang lebih keras kepada kita dan mimpi itu agar segera bangkit. Dia akan berkata, "Jangan menyerah! Saat ini belum terwujud, tapi kalau kamu tidak menyerah dan kembali berjalan, kesempatan itu bisa datang kembali! Ingat, banyak jalan menuju Roma! Banyak jalan menuju tujuan" atau "Jalani saja dulu apa yang ada di depan kita karena hidup harus terus berjalan. Aku tahu kamu adalah orang yang bisa bertahan di berbagai kondisi dan suasana. Mungkin sekarang inilah yang terbaik untukmu. Ada hikmah di balik ini semua".

Itu semua sebenarnya muncul dari dalam kita sendiri. Ada juga faktor dari luar seperti saran dari keluarga, teman, guru, dan orang lain, tapi hanya kitalah yang mampu menggerakkan dan menghentikan mimpi, menerangi dan menggelapkan jalan masa depan, serta menanamkan pikiran positif dan pikiran negatif.

So, do your best! No one can changes you except by yourself!

Dua Pilihan

Sering sekali aku tebentur pada dua pilihan yang sulit untuk diputuskan. Sebenarnya bukan hanya pada masalah pilihannya saja, tapi juga aku yang orangnya memang sulit untuk memutuskan sesuatu. Tiga hari yang lalu, aku kaget saat menemukan namaku sebagai salah satu dari 88.401 orang yang lulus SNMPTN. Aku diterima di pilihan kedua, Ilmu Sejarah UI. Alhamdulillah, meskipun gagal di pilihan pertama, HI UI, akhirnya diterima juga di UI lewat SNMPTN. Tahu sendiri kan, kuota kursi masuk UI lewat SNMPTN sangat sedikit. Sebenarnya aku pasrah saja waktu mengerjakan soal SNMPTN karena dua pilihan aku tersebut masing-masing hanya mendapatkan jatah 10 kursi. Meskipun tingkat persaingan di Ilmu Sejarah UI tergolong rendah, (tahun lalu saja jumlah peminat masih di bawah 200 orang) setidaknya aku diterima dan itu artinya nilaiku masuk dalam 10 besar di Ilmu Sejarah UI.

210-34-040303020 AHMAD SOLIHURRIJAL 312035 Ilmu Sejarah UI (http://www.snmptn.ac.id)

Aku sangat bersyukur bisa diterima di UI, meskipun jurusan yang aku pilih bukanlah jurusan favorit dan persaingan tinggi. Itu karena jurusan sejarah adalah salah satu jurusan yang memang aku sukai dan aku minati.

Tinggal beberapa langkah lagi aku bisa mengenakan jas almamater kuning, tapi jangan lupa kalau aku juga sudah diterima di Sastra Jepang Unpad lewat jalur SMUP jauh-jauh hari. Bahkan bapakku sudah membayar penuh kepada Unpad. Sempat menjadi dilema selama beberapa hari karena hal ini. Aku sudah merelakan UI setelah gagal di SIMAK dan UMB, tapi kesempatan itu datang kembali lewat SNMPTN. Aku harus membuang satu dari dua pilihan itu karena tidak mungkin aku kuliah Bandung-Depok. Sebelum tidur, aku memohon petunjuk kepada Allah swt. agar diberi petunjuk-Nya lewat mimpi. Di dalam mimpi itu, bapak dan ibuku lebih setuju dan senang kalau aku masuk Unpad saja. Bapakku menitipkan uang kepadaku untuk dibayarkan kepada Unpad, tapi saat itu hatiku lebih memilih UI (ya ampun, seperti dilema cinta begini).

Besoknya, tanggal 17 Juli, aku melihat pengumuman dan cara registrasi di situs resmi UI, http://penerimaan.ui.ac.id. Namaku muncul dan memang diterima di Sejarah UI saat memasukkan nomor peserta di kolom isian SNMPTN. Bahkan aku sudah mendapatkan NPM (Nomor Pokok Mahasiswa) dengan nomor 1006773364 yang digunakan untuk pembayaran biaya pendidikan.

http://penerimaan.ui.ac.id/id/result?testno=21034040303020&e=SNMPTN

Jika aku registrasi ke UI, total biaya yang harus dibayar adalah Rp10.700.000 dengan periode pembayaran mulai dari tanggal 19 Juli sampai 28 Juli 2010. Lewat dari tanggal itu dianggap mengundurkan diri. Besoknya, tanggal 29 Juli 2010 adalah registrasi administrasi. Fakultasku, FIB (Fakultas Ilmu Budaya), kebagian jam 10-12 siang. Bila lewat dari jam itu, makan dianggap mengundurkan diri juga. Sekali lagi, ini adalah pilihan sulit.

Aku sudah memikirkan lebih dan kurangnya antara kuliah di UI dan Unpad. Jika memilih UI, cita-citaku kuliah di sana tercapai. Bisa hidup mandiri, mencari pengalaman baru di lingkungan baru, dan berkenalan dengan orang-orang baru. Kalau Unpad, bisa memperkuat jaringan yang sudah ada, mencari pengalaman baru, hidup masih bersama orangtua, dan aku tidak terlalu mengalami kesulitan saat kuliah nanti karena bidang ilmu yang aku pelajari sudah cukup familiar dan ada dasarnya.

Orangtuaku, saudara, teman, dan keluarga banyak yang menyarankanku masuk Unpad saja. Kata mereka sih prospek ke depannya lebih bagus jika memilih Sastra Jepang daripada Sejarah. Padahal aku sendiri memiliki program untuk ke depan jika aku kuliah di Ilmu Sejarah. Aku tahu bahwa pelajaran sejarah tidak melulu diam menghafal dan membaca buku. Terkadang, untuk memperoleh sumber pengetahuan baru, kita perlu melakukan observasi lapangan ke situs sejarah dan melakukan wawancara dengan para saksi dan orang yang terkait. Aku juga bisa mengembangkan hobiku menulis di bidang sejarah karena sejarah erat kaitannya dengan kegiatan menulis. Kelak, setelah lulus aku ingin bekerja di UNESCO, menjadi penulis dan sejarawan, atau bekerja di National Geographic. Aku masih ragu dengan saran orang-orang karena aku ini orangnya memang cukup keras dan ingin semua berjalan sesuai dengan keinginanku.

18 Juli 2010. Kemarin aku harus ke Unpad Jatinangor untuk mengambil perlengkapan mahasiswa dan mengetahui jadwal lebih lanjut. Setelah kesana, sikapku mulai melunak dan akhirnya aku memutuskan mengikuti saran banyak orang: Aku memilih Sastra Jepang Unpad. Itu karena aku sudah terlanjur hampir menyelesaikan semua administrasi, keuangan, dan sudah dianggap menjadi almamater Unpad. Persiapannya sudah jauh lebih matang daripada persiapan ke UI. Itu artinya, aku harus melepaskan Ilmu Sejarah UI dan mengikhlaskan diri untuk mengundurkan diri. Dua-duanya adalah jurusan yang aku minati setelah HI, tapi aku harus memilih satu di antaranya. Abahku (kakek) juga bilang bahwa sejarah bisa dipelajari sendiri, sedangkan sastra harus butuh bimbingan dari orang yang sudah menguasai bidangnya. Iya deh, apalagi abahku dulunya guru bahasa Indonesia juga, sama-sama orang sastra.

Ucapan selamat dari rektor dan civitas academica

Sejak awal-awal SMA, mungkin juga akhir SMP, aku selalu berharap bisa kuliah di UI. Aku tahu itu adalah kampus yang keren dan terbaik di Indonesia. Aku juga sudah mengunjungi kampusnya di Depok. Hawanya memang panas, tapi kampusnya rimbun oleh pohon dan luas. Bahkan ada stasiun kereta di dalam kampusnya. Tapi, semua itu tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana kita. Ada rencana-Nya dan kekuasaan-Nya yang mengatur hidup ini. Ambil positifnya saja sekarang. Kalau kuliah di Unpad, aku bisa menjadi lebih sehat dengan udara segar pegunungan. Jika cuaca cerah, aku juga bisa melihat matahari pagi terbit dan bersinar. Ini bisa meningkatkan semangat untuk kuliah.

Ya sudahlah, jangan terlalu disesali. Memang sulit memilih satu di antara dua pilihan itu dan saat ini aku harus bersyukur karena diberi hak untuk memilih dan bisa kuliah. Masih banyak anak di negeri ini yang tidak lolos SNMPTN dan tidak kuliah. Sepertinya benar ya, kalau menyukai sesuatu jangan terlalu menyukainya karena suatu saat bisa jadi kita membencinya. Begitupun sebaliknya, dulu aku tidak pernah terpikir untuk kuliah di Unpad dan aku membencinya. Eh, ternyata siapa sangka aku malah kuliah di Unpad. Sekarang aku tidak terlalu beranggapan buruk kepada Unpad. Aku mencoba menyukainya dengan segala kondisi yang ada. Semoga saja semua proses ini berjalan dengan baik dan lancar, amin :)

Selamat tinggal UI, selamat tinggal jas almamater kuning..Aku bangga sempat bisa menorehkan namaku sebagai salah satu anak yang diterima di UI lewat jalur SNMPTN. Bila ada kesempatan dan keinginan lagi, insya Allah aku akan mencoba kembali ke UI dengan jurusan yang aku cita-citakan sejak dulu, Hubungan Internasional Universitas Indonesia.