RSS

photography session #24 'Together With Innocent Children'

Keceriaan anak-anak yang polos adalah salah satu objek yang sangat aku impikan untuk dipotret sejak dulu, bahkan sejak SMP. Akhirnya keinginan itu tercapai juga saat acara Prospek Angkatan 8 SMP Salman Al-Farisi, 10-17 Juni 2007. Sudah lumayan lama juga acaranya, sekitar tiga tahun yang lalu dan dilakukan pada saat transisi dari SMP menuju SMA. Prospek adalah singkatan dari Program Sepekan Pengabdian kepada Masyarakat. Semacam KKN (Kuliah Kerja Nyata) begitu.

Ada memori yang tak terlupakan tentang kamera yang aku pakai untuk memotret foto-foto di bawah ini. Foto-foto di bawah ini sebenarnya menggunakan kamera digital milik Agil dan selalu menjadi bahan rebutan antara aku dan Aban untuk menggunakannya. Sementara itu, Agil sendiri dengan berbaik hati dan ikhlas meminjamkan kameranya pada temannya yang seenaknya menggunakan barang orang lain, haha. Alhasil, hanya aku dan Aban yang bergantian memakainya. Maaf ya Gil, waktu itu aku ingin sekali memakai kamera. Aku ingat resolusi kameranya masih 3,2 megapixel. Seperti kamera HP standar zaman sekarang, tapi aku merasa senang menggunakannya. Sebenarnya aku ingin menggunakan kamera digital punya bapak, tapi dilarang oleh orangtuaku.

Oh iya, hampir lupa, lokasi pemotretan foto ini berada di Desa Rawasari, Cianjur.

Sebenarnya timing penekanan tombol dengan posenya kurang tepat. Mereka sudah bergerak untuk bubar sebelum aku menekan tombol untuk memotret. Meskipun begitu dapat juga ekspresi mereka. Kalau mau tahu mana yang bernama Agil, dia memakai baju berwarna biru dengan ekspresi yang terlihat nelangsa. Lokasi fotonya adalah di belakang SD Rawasari dan bekas kelas yang sudah diruntuhkan. Anak-anak ini yang menunjukkan lokasinya.

Aku tak menyangka mereka begitu antusias untuk difoto, haha :))

Anak-anak Indonesia harapan bangsa, sehat, kuat, dan beriman

Di depan ruang kepala sekolah

Sore hari di SD Rawasari. Sepertinya mereka bermain bersama teman sebayanya. Suasana desa yang hubungan masyarakatnya masih gemeinshaft (paguyuban) adalah sesuatu yang telah hilang dari masyarakat metropolitan.

Berangkat ke sekolah

Keceriaan anak-anak setelah mengikuti lomba. Itu di belakang ada Idang dan Adhan.

Ini adalah salah satu foto yang aku sukai. Inilah foto yang menurutku ekspresinya paling polos dari anak kecil. Jangan biarkan masa kecilnya dan masa depannya hancur. Biarkan dia berkembang dengan kepolosan dan cita-citanya :)

Terimakasih untuk seminggu yang telah kita lalui bersama saat prospek. Ada banyak kenangan dan pelajaran yang aku peroleh dari kegiatan yang sangat bermanfaat ini.

photo taken by me at Desa Rawasari, Cianjur, June 10-17, 2007

photography session #23 'quote in yearbook'

A goodbye isn't painful unless you're never going to say hello again

Perpisahan tidaklah menyakitkan kecuali jika kamu tidak akan pernah menyapa lagi. Ya, kurang lebih itulah arti dari kalimat tersebut, sebuah kalimat penututp yang terdapat di halaman terakhir buklet angkatan 2010 SMA Negeri 20 Bandung. Setelah di halaman-halaman sebelumnya disuguhi dengan profil sekolah, kelas beserta kenangannya, dan ekskul, kalimat penutup di halaman terakhir ini cukup menghibur dan mengobati rasa sedih dan rindu karena berpisah dengan teman-teman yang sudah berbagi suka dan duka selama tiga tahun. Kalimat penutup ini memberikan keyakinan kepada kita bahwa suatu hari nanti, kita masih bertemu lagi selama masih hidup, kecuali jika kita memutuskan untuk melupakan mereka. Untungnya di era teknologi informasi ini ada banyak media yang bisa kita pergunakan untuk berkomunikasi: HP, Twitter, Facebook, blog, web cam, dan lain-lain. Jadi, kita tidak akan putus kontak dengan teman-teman lama kita.

Foto ini aku potret di dalam kamar pada malam hari saat sebelum tidur. Aku matikan lampu kamar dan efek cahaya ini aku buat dengan senter penerang yang ada di HP aku. Setelah beberapa kali dipotret, barulah aku pilih hasil terbaiknya. Maklum, foto dengan penerangan kurang membuat foto menjadi blur. Kemudian aku sunting beberapa bagian dari foto ini dan jadilah seperti foto yang sekarang.

photo taken by me at my bedroom, Tuesday, July 27, 2010

Saint Loco–Santai Saja

Mungkin kau kecewa
Semua datang yang tak kau minta
Namun ini semua kenyataan kita

Rap:
Waktu kita lelah dalam menjalani
Semua macam kisah dalam hidup ini
Kadang kita lemah hanya mampu untuk pasrah
Saat kenyataan gak sejalan dengan harapan
Saat keyakinan hilang dalam kepahitan
Tetaplah tabah setidaknya kau mencoba
Menjadi lebih baik dalam jalani hidup ini
Janganlah resah tiada waktu menjawabnya

Kau harus bersabar
Semua indah pada waktunya

Reff:
Santai saja kawan
Ikuti kata hati biarkan sedihmu berlalu
Kau pasti bisa
Menjadi suatu hari dengan pagi yang baru
Tenang saja kawan
Hadapilah semua

Kau harus bersabar
Semua indah pada waktunya

Back to Reff:

Impian, Cita, dan Harapan

Semua orang di dunia ini pasti memiliki impian, cita-cita, dan harapan, tapi tak semua orang memiliki persepsi yang benar tentang hal tersebut. Selama ini aku memiliki persepsi yang salah tentang impian, cita, dan harapan. Selama ini aku terbuai oleh anganku sendiri tanpa berusaha keras untuk mewujudkannya. Hasilnya, hampir semua keinginanku, mimpiku, cita-citaku, dan harapanku hanya menjadi sesuatu yang utopis, jauh dari realitas. Setelah aku pikirkan akhir-akhir ini, ternyata mimpi itu tidak akan menunggu dan menyambut kita di masa depan, tapi dia berjalan beriringan bersama kita, menjadi lentera yang menerangi hidup dan jalan menuju masa depan.

Anggaplah impian, cita-cita, dan harapan itu sebagai manusia. Dia tidak suka menunggu kedatangan kita karena dia lebih suka kalau kita berjalan bersamanya. Sepanjang jalan, dia terus memotivasi dan memberi dorongan agar kita jangan takut melangkah menuju jalan masa depan yang gelap. Dia akan berkata, "Jangan khawatir, aku akan menerangi jalanmu. Kamu pasti bisa melewati gelapnya jalan ini bersamaku". Kelak, pada saatnya tiba, saat mimpi itu itu terwujud, mimpi akan berkata seperti ini, "Akhirnya kita berhasil keluar dari kegelapan. Inilah tujuanmu, mimpimu. Terimakasih sudah mau berjalan bersamaku menuju tempat ini. Kau sudah mengantarkanku ke tempat di mana seharusnya aku berada. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Inilah hadiah untukmu dan pasti kau senang menerimanya".

Aku sadar belakangan ini bahwa mimpi itu hadir lebih nyata dengan kemauan dan usaha yang dilakukan pada hari ini. Mimpi itu akan lebih indah apabila kita berusaha mewujudkannya daripada mengkhayalkannya. Sedikit demi sedikit, seiring dengan usaha yang dilakukan, mimpi itu tumbuh dan berkembang layaknya manusia. Semakin besar dan berpengalaman, dia akan memberikan masukan yang lebih dewasa dan bijak. Tentunya tingkat kedewasaan ini sangat dipengaruhi oleh seseorang yang memiliki mimpi itu karena impian berkembang seiring selaras dengan perkembangan manusia.

Semua hal yang aku sebutkan di atas sebenarnya adalah kondisi ideal saat mimpi itu terwujud. Impian, cita-cita, dan harapan itu sebenarnya lahir dari alam pikiran manusia. Manusia adalah makhluk lemah, terus bergantung kepada Tuhan dan orang lain, bukanlah Tuhan Sang Maha Pencipta yang memiliki kendali takdir dan hidup mati seseorang. Bagaimanakah bila impian, cita-cita, dan harapan itu tak terwujud? Itulah hidup, tidak setiap keinginan manusia terkabul meskipun sudah melakukan usaha. Di saat kita sendiri dan mimpi itu redup bahkan mati, akan datang si pikiran positif. Pikiran positif itu akan memberikan motivasi yang lebih keras kepada kita dan mimpi itu agar segera bangkit. Dia akan berkata, "Jangan menyerah! Saat ini belum terwujud, tapi kalau kamu tidak menyerah dan kembali berjalan, kesempatan itu bisa datang kembali! Ingat, banyak jalan menuju Roma! Banyak jalan menuju tujuan" atau "Jalani saja dulu apa yang ada di depan kita karena hidup harus terus berjalan. Aku tahu kamu adalah orang yang bisa bertahan di berbagai kondisi dan suasana. Mungkin sekarang inilah yang terbaik untukmu. Ada hikmah di balik ini semua".

Itu semua sebenarnya muncul dari dalam kita sendiri. Ada juga faktor dari luar seperti saran dari keluarga, teman, guru, dan orang lain, tapi hanya kitalah yang mampu menggerakkan dan menghentikan mimpi, menerangi dan menggelapkan jalan masa depan, serta menanamkan pikiran positif dan pikiran negatif.

So, do your best! No one can changes you except by yourself!

Dua Pilihan

Sering sekali aku tebentur pada dua pilihan yang sulit untuk diputuskan. Sebenarnya bukan hanya pada masalah pilihannya saja, tapi juga aku yang orangnya memang sulit untuk memutuskan sesuatu. Tiga hari yang lalu, aku kaget saat menemukan namaku sebagai salah satu dari 88.401 orang yang lulus SNMPTN. Aku diterima di pilihan kedua, Ilmu Sejarah UI. Alhamdulillah, meskipun gagal di pilihan pertama, HI UI, akhirnya diterima juga di UI lewat SNMPTN. Tahu sendiri kan, kuota kursi masuk UI lewat SNMPTN sangat sedikit. Sebenarnya aku pasrah saja waktu mengerjakan soal SNMPTN karena dua pilihan aku tersebut masing-masing hanya mendapatkan jatah 10 kursi. Meskipun tingkat persaingan di Ilmu Sejarah UI tergolong rendah, (tahun lalu saja jumlah peminat masih di bawah 200 orang) setidaknya aku diterima dan itu artinya nilaiku masuk dalam 10 besar di Ilmu Sejarah UI.

210-34-040303020 AHMAD SOLIHURRIJAL 312035 Ilmu Sejarah UI (http://www.snmptn.ac.id)

Aku sangat bersyukur bisa diterima di UI, meskipun jurusan yang aku pilih bukanlah jurusan favorit dan persaingan tinggi. Itu karena jurusan sejarah adalah salah satu jurusan yang memang aku sukai dan aku minati.

Tinggal beberapa langkah lagi aku bisa mengenakan jas almamater kuning, tapi jangan lupa kalau aku juga sudah diterima di Sastra Jepang Unpad lewat jalur SMUP jauh-jauh hari. Bahkan bapakku sudah membayar penuh kepada Unpad. Sempat menjadi dilema selama beberapa hari karena hal ini. Aku sudah merelakan UI setelah gagal di SIMAK dan UMB, tapi kesempatan itu datang kembali lewat SNMPTN. Aku harus membuang satu dari dua pilihan itu karena tidak mungkin aku kuliah Bandung-Depok. Sebelum tidur, aku memohon petunjuk kepada Allah swt. agar diberi petunjuk-Nya lewat mimpi. Di dalam mimpi itu, bapak dan ibuku lebih setuju dan senang kalau aku masuk Unpad saja. Bapakku menitipkan uang kepadaku untuk dibayarkan kepada Unpad, tapi saat itu hatiku lebih memilih UI (ya ampun, seperti dilema cinta begini).

Besoknya, tanggal 17 Juli, aku melihat pengumuman dan cara registrasi di situs resmi UI, http://penerimaan.ui.ac.id. Namaku muncul dan memang diterima di Sejarah UI saat memasukkan nomor peserta di kolom isian SNMPTN. Bahkan aku sudah mendapatkan NPM (Nomor Pokok Mahasiswa) dengan nomor 1006773364 yang digunakan untuk pembayaran biaya pendidikan.

http://penerimaan.ui.ac.id/id/result?testno=21034040303020&e=SNMPTN

Jika aku registrasi ke UI, total biaya yang harus dibayar adalah Rp10.700.000 dengan periode pembayaran mulai dari tanggal 19 Juli sampai 28 Juli 2010. Lewat dari tanggal itu dianggap mengundurkan diri. Besoknya, tanggal 29 Juli 2010 adalah registrasi administrasi. Fakultasku, FIB (Fakultas Ilmu Budaya), kebagian jam 10-12 siang. Bila lewat dari jam itu, makan dianggap mengundurkan diri juga. Sekali lagi, ini adalah pilihan sulit.

Aku sudah memikirkan lebih dan kurangnya antara kuliah di UI dan Unpad. Jika memilih UI, cita-citaku kuliah di sana tercapai. Bisa hidup mandiri, mencari pengalaman baru di lingkungan baru, dan berkenalan dengan orang-orang baru. Kalau Unpad, bisa memperkuat jaringan yang sudah ada, mencari pengalaman baru, hidup masih bersama orangtua, dan aku tidak terlalu mengalami kesulitan saat kuliah nanti karena bidang ilmu yang aku pelajari sudah cukup familiar dan ada dasarnya.

Orangtuaku, saudara, teman, dan keluarga banyak yang menyarankanku masuk Unpad saja. Kata mereka sih prospek ke depannya lebih bagus jika memilih Sastra Jepang daripada Sejarah. Padahal aku sendiri memiliki program untuk ke depan jika aku kuliah di Ilmu Sejarah. Aku tahu bahwa pelajaran sejarah tidak melulu diam menghafal dan membaca buku. Terkadang, untuk memperoleh sumber pengetahuan baru, kita perlu melakukan observasi lapangan ke situs sejarah dan melakukan wawancara dengan para saksi dan orang yang terkait. Aku juga bisa mengembangkan hobiku menulis di bidang sejarah karena sejarah erat kaitannya dengan kegiatan menulis. Kelak, setelah lulus aku ingin bekerja di UNESCO, menjadi penulis dan sejarawan, atau bekerja di National Geographic. Aku masih ragu dengan saran orang-orang karena aku ini orangnya memang cukup keras dan ingin semua berjalan sesuai dengan keinginanku.

18 Juli 2010. Kemarin aku harus ke Unpad Jatinangor untuk mengambil perlengkapan mahasiswa dan mengetahui jadwal lebih lanjut. Setelah kesana, sikapku mulai melunak dan akhirnya aku memutuskan mengikuti saran banyak orang: Aku memilih Sastra Jepang Unpad. Itu karena aku sudah terlanjur hampir menyelesaikan semua administrasi, keuangan, dan sudah dianggap menjadi almamater Unpad. Persiapannya sudah jauh lebih matang daripada persiapan ke UI. Itu artinya, aku harus melepaskan Ilmu Sejarah UI dan mengikhlaskan diri untuk mengundurkan diri. Dua-duanya adalah jurusan yang aku minati setelah HI, tapi aku harus memilih satu di antaranya. Abahku (kakek) juga bilang bahwa sejarah bisa dipelajari sendiri, sedangkan sastra harus butuh bimbingan dari orang yang sudah menguasai bidangnya. Iya deh, apalagi abahku dulunya guru bahasa Indonesia juga, sama-sama orang sastra.

Ucapan selamat dari rektor dan civitas academica

Sejak awal-awal SMA, mungkin juga akhir SMP, aku selalu berharap bisa kuliah di UI. Aku tahu itu adalah kampus yang keren dan terbaik di Indonesia. Aku juga sudah mengunjungi kampusnya di Depok. Hawanya memang panas, tapi kampusnya rimbun oleh pohon dan luas. Bahkan ada stasiun kereta di dalam kampusnya. Tapi, semua itu tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana kita. Ada rencana-Nya dan kekuasaan-Nya yang mengatur hidup ini. Ambil positifnya saja sekarang. Kalau kuliah di Unpad, aku bisa menjadi lebih sehat dengan udara segar pegunungan. Jika cuaca cerah, aku juga bisa melihat matahari pagi terbit dan bersinar. Ini bisa meningkatkan semangat untuk kuliah.

Ya sudahlah, jangan terlalu disesali. Memang sulit memilih satu di antara dua pilihan itu dan saat ini aku harus bersyukur karena diberi hak untuk memilih dan bisa kuliah. Masih banyak anak di negeri ini yang tidak lolos SNMPTN dan tidak kuliah. Sepertinya benar ya, kalau menyukai sesuatu jangan terlalu menyukainya karena suatu saat bisa jadi kita membencinya. Begitupun sebaliknya, dulu aku tidak pernah terpikir untuk kuliah di Unpad dan aku membencinya. Eh, ternyata siapa sangka aku malah kuliah di Unpad. Sekarang aku tidak terlalu beranggapan buruk kepada Unpad. Aku mencoba menyukainya dengan segala kondisi yang ada. Semoga saja semua proses ini berjalan dengan baik dan lancar, amin :)

Selamat tinggal UI, selamat tinggal jas almamater kuning..Aku bangga sempat bisa menorehkan namaku sebagai salah satu anak yang diterima di UI lewat jalur SNMPTN. Bila ada kesempatan dan keinginan lagi, insya Allah aku akan mencoba kembali ke UI dengan jurusan yang aku cita-citakan sejak dulu, Hubungan Internasional Universitas Indonesia.

High School Story-[Part 6 Hymne 20]

Mentari pagi bersinar terang, menyinari bumi persada
Dan kusambut pagi dengan langkah pasti
Tuk belajar dan berjuang, menuju harapan bangsa
Ku akan berbakti padamu, kujunjung namamu
SMA 20..

Inilah lagu yang pertama kali harus aku hafal waktu pertama kali aku masuk SMA 20. Aku ingat sekali dulu kakak kelas begitu galaknya dan memaksa kami, murid baru, untuk menghafal hymne 20. Inilah lagu yang selalu dinyanyikan saat sekolahku bertanding olahraga melawan sekolah lain dan saat upacara bendera tiap senin. Hahaha.

Belakangan ini aku rindu dan kangen menyanyikan lagu ini saat-saat upacara. Apalagi tahun ajaran baru sudah dimulai sejak tiga hari yang lalu. Semakin saja dadaku terasa sesak bila mengingat kembali masa-masa SMA yang sudah aku tamatkan dan tak akan kembali lagi itu.

Aku teringat pada ucapan temanku, Raudhah Asy-Syarifah. "1 bulan tuh kerasa LAMBAT banget buat mulai hidup baru, tapi kerasa CEPET banget buat ninggalin hidup yg udah terlanjur disayangin." Aduh, benar sekali..Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan baru dan jangan putuskan hubungan silaturrahim yang sudah terjalin lama, amin.

Terima kasih sekolah dan almamaterku, SMAN 20 Bandung. Meskipun aku sudah tidak bersekolah di sana lagi, aku akan tetap menjaga nama baik almamater dan selalu merasa bangga pernah menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 20 Bandung.

High School Story-[Part 5 Black and White]

Hidup ini tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Hidup juga tidak sesempurna yang kita bayangkan karena hidup ini selalu memiliki dua sisi yang berlawanan: Baik dan buruk, putih dan hitam. Meskipun tahu hidup ini tidak sempurna, pada kenyataannya belum tentu semua orang menerima hal itu dengan lapang dada. Terkadang rasa muak karena sisi buruk itu lebih mudah terlihat membuat sebagian orang putus asa dan frustrasi. Aku juga sering mengalami perasaan seperti itu. Tapi, bagaimanapun juga aku harus menerima ketidaksempurnaan ini. Aku percaya sisi baik itu masih bisa mengobati luka hati akibat terlalu sering melihat sesuatu dr sisi buruk.

Selama 3 tahun bersekolah di SMAN 20 Bandung, sekolah negeri pertamaku di Indonesia, sudah banyak hal yang aku alami dan rasakan bersama teman-temanku. Mulai dari hal yang menyenangkan sampai yang menyebalkan, semuanya bercampur menjadi satu. Hal yang menyenangkan selama aku bersekolah di sana adalah aku mendapatkan banyak teman, tidak seperti saat SMP yang satu angkatannya hanya 44 orang saja. Bayangkan saja perbandingannya dengan teman satu angkatan di SMA yang jumlahnya 308 orang! Aku bisa bergaul dengan bermacam-macam teman, bisa menambah jaringan pertemananku, dan tidak kesepian lagi. Dengan sering bergaul bareng temanmu, kamu akan lebih mudah diingat oleh temanmu!

Selain mendapatkan banyak teman, aku juga bisa saling bertukar pikiran, ide, gagasan, menambah wawasan, dan mendapatkan pengalaman seru bersama mereka. Aku benar-benar merasakan hal itu saat aku kelas XI, saat aku mencoba melakukan petualangan baru dan hal-hal baru bersama teman-temanku. Mereka adalah salah satu inspirasiku dan aku harus berterima kasih kepada mereka. Aku juga mendapatkan teman sekaligus sahabat yang sangat berarti bagiku. Aku sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan mereka. Kalau saja aku tidak sekolah di SMAN 20 Bandung, aku tidak akan bertemu dan merasakan hal-hal menyenangkan bersama mereka.

Teman-temanku adalah orang yang luar biasa dengan segala bakat dan kelebihan yang mereka miliki. Aku bisa mengagumi dan belajar dari kelebihan mereka, walaupun terkadang aku merasa iri dengan kelebihan mereka itu. Ada temanku yang jago desain grafis, basket, sepak bola, pintar bergaul dan mencari jaringan, kemampuan berorganisasi, fotografi, menulis, band, dan masih banyak lagi. Aku rasa tidak akan mungkin cukup untuk menyebut kelebihan mereka satu-satu dalam posting ini.

Hubungan antara senior dan junior di sekolah juga menurutku baik. Tidak ada senioritas atau supremasi senior di sekolah. Semuanya akrab, asalkan sebagai adik kelas menghormati kakak kelasnya saja. Kakak kelasku dulu adalah orang-orang yang menyenangkan meskipun ada sedikit yang urakan.

Sayangnya, hidup ini selalu memiliki dua sisi yang berlawanan. Ada kelebihan, maka ada kekurangan. Sering juga aku menemukan kekurangan selama aku bersekolah di sana. Celakanya, orang pada umumnya lebih mudah mengingat kekurangan atau keburukan daripada kelebihan. Kekurangan atau bisa dikatakan hal menyebalkan yang aku temui di sekolah adalah hampir tidak ada semangat kompetisi dan interaksi antara guru-murid yang responsif di dalam kelas. Akibatnya, murid menjadi malas untuk belajar. Malas belajar membuat siswa memiliki kebiasaan mencontek. Kadang aku muak melihat kebiasaan mereka yang suka mencontek ini. Mulai dari ulangan biasa sampai UN, semuanya tidak ada yang bersih. Aku sendiri tidak pernah mencontek waktu ulangan. Aku pernah berani mendapat nilai nol dalam pelajaran matematika daripada dapat nilai tapi mencontek.

Aku juga pernah syok gara-gara melihat temanku merokok. Awalnya aku sangat tidak suka melihat kebiasaan buruk mereka ini. Imej seorang teman di mataku bisa jatuh hanya gara-gara dia merokok. Ada juga cerita pengalaman seks yang diceritakan temanku. Kadang aku merasa prihatin dengan sikap mereka ini. Ada lagi cerita perkelahian, cerita geng-gong, cerita mabuk, dan masih banyak kebiasaan buruk yang harus aku lihat dan maklumi di SMA, meskipun aku tidak suka sama sekali melihat keadaan ini. Aku memakluminya karena aku bersekolah di sekolah negeri, di mana lingkungannya heterogen dengan berbagai latar belakang dari masing-masing siswa.

Tahun pertama aku bersekolah, aku muak menerima keadaan ini. Tapi lama-lama aku bisa beradaptasi dengan lingkungan yang heterogen seperti di sekolah negeri ini. Yang penting jangan sampai terpengaruh oleh pengaruh buruk lingkungan. Aku harus tetap punya identitas dan prinsip yang kuat untuk menangkal pengaruh buruk lingkungan itu. Alhamdulillah, secara umum aku masih bisa menolak pengaruh buruk dari lingkungan itu, meskipun ada beberapa hal penting yang hilang dari dalam diriku. Itu karena aku adalah tipe orang yang konservatif, sulit mengubah kebiasaan dan menerima perubahan. Aku adalah tipe yang susah untuk mengubah imej yang sudah dikenali oleh orang lain.

Meskipun ada sisi buruknya, sekali lagi aku harus mengingatkan diriku bahwa hidup bukanlah dunia sempurna dan ideal. Kalau aku tidak bisa menerima ketidaksempurnaan ini, tentunya aku akan terus membenci dunia ini. Padahal hidup tidaklah 100% buruk, tidak juga 100% baik. Setiap kali aku mengingat keburukan mereka, aku juga teringat akan kebaikan dan kelebihan mereka. Menerima kelebihan dan kekurangannya adalah salah satu cara untuk bersikap bijak dan menjadi dewasa. Asalkan tidak salah bergaul dan punya prinsip yang kuat, aku yakin bisa masuk ke berbagai lingkungan yang situasinya berbeda-beda. Kalau bisa, aku yang harus mengubah keadaan yang buruk menjadi baik. Aku harus membuat diriku berguna bagi orang lain, bukannya membebani orang lain.

Dengan mengingat kebaikan mereka, aku bisa merasakan kebahagiaan. Dengan mengingat keburukan mereka, aku bisa merasakan hidup ini adalah penderitaan dan kebencian. Meskipun sulit untuk menerima ketidaksempurnaan ini, aku harus terus hidup selama aku diberi umur dan bersikap dewasa.

Tuhan, berikanlah aku kekuatan untuk bertahan dalam kerasnya arus kehidupan ini. Engkau campurkan antara hitam dan putih menjadi ujian dari kehidupan ini. Aku tahu selama ini aku hanya banyak bicara tanpa bisa melakukan apa yang aku bicarakan. Maaf..Sebaiknya aku mulai bertindak daripada menulis saja seperti ini.

Manusia adalah makhluk
Bukanlah Sang Pencipta yang Mahasempurna