RSS

9 November 2009-'Terima Kasih Semuanya :)'

Senin Pagi, 9 November 2009

life's like a jack-in-the-box, we dont know what will happen tomorrow.-by Arwin Taruna Rizqurrahman

Rutinitas hari sekolah kembali dimulai setelah libur akhir pekan selama dua hari. Seperti biasanya pagi itu aku mengenakan seragam putih abu, berpamitan kepada orang tua, dan pergi ke sekolah dengan mengendarai motor. Semuanya berjalan seperti biasanya alias normal. Tak terlintas sama sekali dalam benakku bahwa hari itu akan menjadi ujian dan cobaan untukku dalam menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya..

06.05 WIB, Perempatan Jl. Bengawan-Jl. Anggrek

Saat itu jalanan masih cukup sepi dan motorku melesat dengan kecepatan cukup tinggi saat melewati Jl. Bengawan. Meskipun begitu, aku selalu mewaspadai setiap perempatan yang ada di jalan itu, terutama perempatan Bengawan-Anggrek yang memang rawan kecelakaan. Tapi pagi itu justru aku yang menjadi korban kecelakaan di perempatan itu. Aku sendiri tak menyadarinya sampai disadarkan oleh orang-orang yang telah berkerumun di sekitarku. Begitu mataku terbuka, aku sedang terbaring lemas di atas aspal dan sekelilingku sudah ramai. Kulihat ada orang yang berusaha memberiku minum, ada yang berusaha menghubungi rumahku, temanku yang berusaha menyadarkanku, orang lain yang terbaring tak sadarkan diri, motorku yang terseok di atas aspal, dan orang-orang yang menggotongku ke dalam mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Saat digotong, aku sempat melihat mulutku yang penuh darah dari pantulan kaca mobil. Aku semakin syok saat mengetahui gigiku lepas dan patah. Hanya satu hal yang aku pikirkan saat itu: Sebenarnya apa yang terjadi dan bagaimana bisa sampai terjadi? Lemas. Aku hanya bisa berteriak tanpa bisa berbuat apapun.

RS Santo Yusuf

Aku segera dilarikan ke UGD RS Santo Yusuf. Aku masih tidak mengerti kejadiannya dan terus bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Saat itu, Yogi dan Ikhsan datang menyusul ke RS. Sepertinya mereka ada di tempat waktu aku kecelakaan. Kemudian disusul polisi yang datang dan menjelaskan bahwa aku sebetulnya menabrak mobil yang mengerem mendadak karena ada motor lain yang oleng dan jatuh di depan mobil itu. Orang itu sendiri terpelanting dan pingsan dan dia ada di sebelahku. Aku mulai menerima memang inilah cobaan yang harus aku hadapi saat itu. Beberapa saat kemudian ibu dan bapakku datang. Aku hanya bisa meminta maaf sambil menahan tangis karena untuk kesekian kalinya membuat repot mereka. Lalu datang Pak Ade, Pak Pudjo, dan Bu Nurlela yang mewakili sekolah. Kabar bahwa aku mengalami kecelakaan sudah menyebar di sekolah.

Di sana, aku di-rontgen, di-CT Scan, dan difoto gigi untuk melihat separah apa kerusakan yang terjadi di dalam mulut. Bagian foto gigi ini yang membuatku merinding, karena harus melihat sendiri dari dekat mulutku yang penuh darah dan gigi yang berantakan. Aku sempat bertemu dengan sopir yang mobilnya kutabrak. Sekali lagi aku hanya bisa meminta maaf karena membuat sopir itu terlibat dalam masalah. Sekitar jam 11 siang, aku dipindahkan ke RS Borromeus karena pertimbangan dari orang tua. Lukaku baru diberi betadine dan mulutku disumpal dengan tisu untuk menahan darah yang keluar dari mulutku saat dipindahkan dengan ambulans. Saat itu aku belum tahu separah apa luka yang aku alami. Tapi kata ibuku, dagu, gusi, dan bibirku robek dan banyak mengeluarkan darah.

RS Borromeus

Tiba di Borromeus, aku langsung dibawa ke bagian UGD ditemani oleh ibuku. Kemudian tanteku datang dan langsung menangis melihatku terbaring di atas ranjang. Sekitar jam 14.15 sore, aku dibawa ke unit bedah mulut untuk dioperasi. Baru sekitar 1,5 jam kemudian operasinya selesai. Hasil dari operasi itu adalah bibir, gusi, dan daguku dijahit, gigiku dipasang kawat penahan, dan aku kehilangan 3 gigiku. Kata dokter, butuh kira-kira 2 bulan sampai gigi kembali ke keadaan 'semula'. Sementara itu, kakiku memar dan bengkak dan tanganku digips karena retak dan sendinya bergeser. Belakangan aku tahu bahwa luka di mulutku itu akibat benturan dengan stang motor bagian kiri.

Sekitar jam 17.00, aku dibawa ke ruang rawat inap Yosef 3 Suryakencana Kamar 1314 dalam keadaan belum makan dan minum dari pagi. Ditambah lagi dengan baju seragam yang terkena noda darah yang belum diganti juga dari pagi. Selama 5 hari aku menghabiskan waktuku di kamar itu untuk memulihkan kondisi tubuhku. Selama waktu itu juga aku mendapatkan sesuatu yang berharga di balik cobaan yang aku hadapi saat ini.

Di Balik Cobaan

Memang gigiku rontok 3 buah di bagian depan, patah, dan juga goyang. Kakiku sulit digerakkan karena memar dan bengkak. Tangan kiriku juga retak dan sendinya bergeser. Tapi, di balik itu semua aku bersyukur karena masih diberi umur dan kehidupan untuk kurenungi. Di saat tidak berdaya itu baru terasa bagaimana nikmatnya mengunyah makanan dengan gigi, enaknya pergi ke sekolah dan bertemu dengan teman, pentingnya tangan kiri yang menjadi partner sari tangan kanan, dan masih banyak lagi nikmat yang kita anggap sepele dan lupa untuk disyukuri.

Satu hal lagi yang aku rasakan saat di rumah sakit adalah aku bisa berpikir positif tentang keadaan lingkungan sekitarku. Di saat sakit seperti ini, aku merasakan banyak uluran tangan yang memberiku dukungan, bantuan, motivasi, dan doa untuk segera sembuh. Aku bisa lebih banyak melihat senyum dan tawa mereka, termasuk pasien di sebelahku yang menjadi teman sekamar di rumah sakit. Seperti yang Dikky bilang waktu menjengukku. "Kalau sekarang baru kerasa temen maneh teh sebenernya baik". Aku telah membuat repot semuanya dengan kejadian ini. Tapi aku yakin dengan doa, dukungan, dan kemauan dari diri sendiri, aku yakin bahwa aku bisa sembuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Pada saatnya nanti, giliran aku yang harus mengulurkan tanganku untuk membalas semua kebaikan ini.

Aku ingin menyampaikan rasa terima kasihku kepada Allah SWT yang memberiku kesempatan untuk hidup, kepada orang tuaku yang dengan tulus dan sabar merawatku selama sakit, para suster yang siap siaga selama 24 jam, dr. Alice Wenas yang sudah membedah mulutku jadi lebih baik, dr. Arthur, kepada keluarga besarku (terima kasih untuk Uu Enggis yang tiap hari datang menjenguk dan membawa makanan), orang-orang yang menolongku saat kecelakaan (terutama Gogon-Satya Reza), terima kasih juga untuk Pak Ade, Pak Pudjo, dan Bu Nurlela yang datang mewakili sekolah, anak-anak kelas XII IPA 4 (makasih buat Bilal yang udah bikin aku ketawa dengan jokes kamu dan Widi dan Tria yang sengaja datang buat mengantar satu tas komik), teman-teman semua yang datang menjenguk dan atau memberikan dukungan (makasih banget untuk Yuki dan kawan-kawan semuanya yang sudah membuat gambar untukku saat di rumah sakit, meskipun masih belum kenal dekat), dan kepada semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu namanya.

Terakhir, aku ingin menyampaikan terima kasihku untuk 'dia' yang bikin aku harus strong dan jangan mau kalah dengan luka yang aku alami.

Gigiku memang lepas 3 buah, patah, dan berantakan. Tapi aku sudah merelakannya sebab gigi-gigi yang lepas, patah, dan berantakan itu sudah ditambal dengan pelajaran dan hikmah yang aku peroleh selama dirawat di rumah sakit.

Terima kasih untuk semuanya..because of you, i am not alone to live in this world :)

0 komentar:

Posting Komentar